Dana sangat sebal dengan ketidak sopanan Awan padanya.
"Aku kan kakak kelas dia, benar-benar gak ada sopan santunnya, itu yang suka dibangga-banggain nyokap?" Dana mengerutu saat masuk kamar. Mama menyusulnya masuk ke kamar setelah membereskan beberapa tanaman Anggerek yang ia tanam sendiri.
"Kamu ditanya mama kok malah mlengos?" mama masih berdiri di depan pintu kamar anak perempuannya.
"Mama mau jawaban seperti apa?" kata Dana membuka pembicaraan.
"Dia baik kan? cocok enggak?" tanyanya penasaran.
"Aku gak mau dijodohin sama dia," Dana hanya menjawab singkat pertanyaan mama. Dana tau tak seharusnya ia mengatakannya. Tapi setidaknya ia harus jujur tentang ini pada mama.
"Kenapa? gak cocok?" mama menghampirinya dan duduk di atas kasur.
"Iya ma, gak cocok, sama sekali gak ada kecocokan antara aku sama dia," Dana tampak tak bisa menjelaskan alasan yang sebenarnya pada mama. Ia tak bisa mengatakan jika laki-laki itu menawarkan nikah kontrak padanya. Mama bisa sangat kecewa dibuatnya. Apalagi mama dan tante Hesti bekerja di tempat yang sama. Pastilah itu akan mempengaruhi pekerjaan mereka. Mama cukup memahami putrinya saat itu. Mungkin karna Dana sudah terlihat sangat kesal ketika pulang.
'Cukup diam. lagi pula aku tak akan pernah menemuinya lagi 'kata Dana dalam hati.
Sore harinya, Dana bersiap untuk pergi ke Jakarta. Besok ia akan menaiki kereta jam 4 sore sehingga mau tak mau harus bersiap dari sekarang. Dana mengemas baju dalam koper berukuran sedang. Ia memang tak banyak membawa baju mengingat hanya 4 hari dirinya berada di rumah.
Pagi harinya Dana berangkat ke Jogja. Ia sengaja berangkat pagi agar bisa mengunjungi rumah Tante Ari sebelum kembali ke Jakarta. Mereka membuat janji untuk makan siang hari ini.
"Jadi kemarin udh ketemu?" tanya tante pada keponakannya itu.
"Sudah,"
"Gak cocok?" tante terus mengajukan pertanyaan soal laki-laki yang dijodohkan dengan keponakan kesayangannya itu.
"Enggak,"
"Kenapa?" Dana menghela nafas berat.
Sebenarnya Dana tak ingin menceritakan ini pada siapapun. Sedikit banyak harga dirinya dipertaruhkan atas cerita ini. Ia merasa Awan tak menyukainya dan ia merasa buruk karna tak bisa membuat laki-laki itu menyukainya. Tapi Dana memutuskan untuk menceritakannya pada Tante.
Mama hanya mengantarnya tanpa ikut kami makan siang karena ia harus bekerja. Jadi Dana pikir tak apa menceritakan hal ini pada Tante selagi mama tak tau.
"Dia minta untuk nikah kontrak." Dana masih mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
"Hah? kok bisa?" tante terlihat kaget mendengar ucapan keponakannya.
"Ya begitu, aku juga gak tau tan. Mama belum tau soal ini, Tante jangan kasih tau mama ya? yang jelas aku nolak dia. Aku jelas gak akan mau lah nikah kontrak seperti itu." Dana menceritakan nya dengan perasaan yang masih kesal.
"Wah gak bener, sudah kalau memang orangnga seperti itu mending gak usah. Nanti tante carikan kamu laki-laki yang lebih baik, yang benar-benar niat nikah sama kamu." Tante mengusap kepala keponakannya itu. Dana hanya mengangguk mendengarkannya.
Setelah makan siang, Dana berbelanja sedikit keperluan untuknya. Tante memang senang mengajaknya berbelanja. Bisa dibilang Dana seperti anak pertamanya walaupun tante Ari sudah mempunyai 4 anak. Anaknya yang paling besar masih kelas 3 SMA dan dia laki-laki. Ia adalah adek Dana yan mempunyai jarak umur terpaut 5 tahun di bawahnya.
Pukul 3 sore tante Ari mengantarkan keponakannya itu ke stasiun. Dana menaiki kereta tepat waktu. Ia menaikkan koper yang dibawanya ke rak bagasi yang ada di atas kursi penumpang.
Koper yang ia bawa sebenarnya cukup ringan. Tapi tangannya tak kuat menopang koper itu karena ia masih menggendong tas di tangan kirinya. Akhirnya koper itupun hampir jatuh mengenainya. Hampir, jika tak ada yang menolongnya.
"Makasih, hampir aja" Dana tampak lega ada orang yang menolongnya menaikkan koper ke atas.
"Makasih," sekali lagi ia berterimakasih padanya sambil menatapnya.
"Sama-sam..." belum selesai orang itu berbicara, mereka berdua sama-sama terkejut.
"Lo!" mereka menunjuk ke arah masing-masing dengan kaget.
"Wan, ngapain disini?" Dana masih tak percaya jika ia bertemu Awan di kereta.
"Ke Jakarta lah, jelas kan ini kereta ke Jakarta?" nada bicaranya yang menyebalkan sama sekali tak berubah sejak mereka bertemu kemarin.
Dana hanya mematung menahan amarahnya sendiri. Ia tak percaya bertemu dengannya di kereta yang sama. Orang yang tak ingin ia temui lagi ada di depannya. Dana benar-benar kaget dibuatnya. Lebih kagetnya lagi ketika Awan tiba-tiba duduk di samping nomor kursinya.
"Sorry, kursi itu tempatku," Dana masih mencoba berbicara sopan padanya.
"Aku disini, kamu yang disana," katanya pada kaka kelasnya itu. Dana mengendus kesal karenanya. Mau tak mau ia duduk di samping Awan di dekat jendela. Dana duduk memunggunginya. Ia tak mau melihatnya sama sekali. Dana mulai mengambil headset yang ada di ranselnya. Ia memutar lagu sangat keras agar tak mendengar suara Awan atau suara apapun yang akan mengganggunya. Berharap ia melupakan fakta jika Awan duduk di sebelahnya. Dana hanya melihat pemandangan di luar jendela.
Kereta yang berhenti sudah kembali berjalan. Tak lama seorang masinis berkeliling mengecek tiket penumpang. Dana tak mendengar jika masinis tersebut memanggil namanya karna lagu yang ia putar cukup kencang.
"Woy tiket!" kata Awan sedikit berteriak. Refleks Dana menengok ke arahnya ketika salah satu headset yang ada di telinganya dilepas oleh laki-laki itu. Segera ia mengeluarkan tiket yang ada di ransel merahnya.
"Ini pak," Dana menyerahkan tiket yang dipegangnya. Ia sedikit gugup dan malu saat itu.
Dana merasa sangat sial duduk di samping Awan.
"Makanya mba, kalo dengerin lagu jangan keras-keras." Awan melipat tangannya ke depan. Ia terlihat sangat puas karna bisa menyindirku.
"Suka-suka lah," Dana mejawabnya dengan nada sinis.
"Suaranya sampai kedengeran keluar tau?" kata Awan padanya.
"Bukan urusan kamu," Dana menatapnya dengan sinis.
"Urusan aku lah, mengganggu! Kamu gak lihat aku lagi baca?" laki-laki di sebelahnya itu menunjukkan buku yang dari tadi dibacanya.
Akhirnya Dana mengalah dan mematikan musik yang didengarkan dari tadi.
"Puas!" Dana melihat pemandangan diluar jendela. Ia memikirkan tentang mama yang pasti kecewa dengan keputusannya. Dana memikirkan masa depannya yang masih tak berbayang. Siapa laki-laki yang nantinya akan menikah dengannya. Apa laki-laki itu akan disukai oleh mama. Semua bayangan dimasalalunya juga nampak disana.
Bayangan akan laki-laki yang selama ini ia tunggu. Laki-laki yang membuatku tak bisa menerima siapapun sampai detik ini.
...----------------...
Flashback!
6 years ago
Kak Sad Dan, kamu dirumah gak? Aku mau ngajak kamu main, mumpung aku lagi dirumah √√
^^^Dana Wih asik traktiran, kemana?^^^
Kak Sad Cangkir aja kali ya yang deket? √√
^^^Dana Oke, jam berapa?^^^
Kak Sad Nanti aku kabarin, Aku lagi di rumah Wisnu√√
^^^Dana Oke!^^^
Kak sad adalah sepupu dekat Dana. Mereka cukup dekat karna mereka bersekolah di tempat yang sama. Kak Sad 2 tingkat di atasnya. Dana sudah menganggapnya seperti kakak kandungnya. Ia memang anak pertama, jadi Dana merasa sangat senang jika punya kakak sebaik kak Sad.
Kak Sad Jam 11 ya Dan, pas makan siang√√
^^^Dana Siap!^^^
Dana cukup senang karna kak Sad pulang. Fyi dia sudah lulus dari kampusnya. Sementara Dana masih SMA saat itu. Kak Sad mengambil jurusan keuangan D1.
Dana menunggunya di Cafe cangkir. Ia datang lebih awal karena harus mengerjakan sesuatu yang memerlukan wifi. Dana membuka laptopnya. Pendaftaran UTUL UGM. Dana siswi kelas 12 yang akan menghadapi ujian masuk universitas saat itu. Ia berkutat dengan laptop di depannya sambil memakan kentang goreng yang dipesan. Cukup lama menunggu hingga akhirnya ia melihat Kak Sad Datang.
"Wih, rajin banget?" kak Sad menyapanya dengan celetukan khas seperti biasanya. Dana hanya tersenyum melihatnya.
"Ngapain?" ia mengintip ke balik laptop yang masih terbuka.
"Gak papa, sudah selesai kok tinggal shutdown." Dana menutup laptopnya dan menyimpannya di kursi sebelah tempat duduknya yang kosong.
Dana tak sengaja melihat ke arah belakang kak Sad, dilihatnya orang yang tak asing datang dari pintu.
"Gak papa kan aku ajak Wisnu?" tanya kak Sad padanya.
"Ya gak papa lah," Dana tampak ramah tersenyum pada kak Wisnu.
"Hai dek," kata kak Wisnu tak kalah ramah.
"Hai, sudah libur juga kah kak?" Dana mencoba untuk basa-basi dengannya. Jujur ia tak begitu mengenalnya. Dana hanya tau jika dia 1 kelas dengan kak Sad. Mereka ber 2 baru bertemu secara langsung dan mengobrol di saat itu.
Dana berbincang banyak dengan mereka. Tentang issue yang ada di SMA sekarang, sampai gosip tentang orang yang mereka kenal.
"Kamu kalau mau tanya tentang biologi aku bisa lah jawab, tapi kalo MTK aku nyerah pokoknya. Kamu bisa tanya Wisnu soal itu, Anak olimpiade!" kata Kak Sad padanya.
"Oh iya kak? wah mantap, kalau gak keberatan boleh kan nanti aku tanya-tanya?" Dana bertanya padanya dengan sedikit canggung mengingat ia belum terlalu mengenalnya.
"Boleh lah, masa enggak," kata kak Wisnu ramah padanya.
Mereka mengobrol sampai sore. Entah mengapa perbincangan mereka sangat asyik walaupun Dana baru mengenal kak Wisnu. Bahkan ketika kak Sad pergi cukup lama ke kamar mandi, Dana tetap membicarakan banyak topik dengannya.
"Nanti DM (Direct message) saja kalo mau tanya soal MTK dek, aku dah follow instagram kamu." kata kak Wisnu pada adek kelasnya itu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sihaloho Erita
mampir ya thor
2022-06-09
1
NandhiniAnak Babeh
corec ya Thor..
kabin itu tempat masinis nya..
sedangkan untuk penumpang nama nya rak bagasi yg ada di atas tempat duduk penumpang 😁😁😁😁😁
2022-05-17
1