Dana tersenyum mendengar kata-kata kak Wisnu. Sejak saat itu, ia menjadi dekat dengannya. Beberapa kali Dana, kak Sad, dan Kak Wisnu main bersama. Menonton konser, bahkan mereka ke bioskop bersama. Kak Sad dan kak Wisnu yang masih cuti untuk menunggu penempatan dan pendidikan, sangat sering meluangkan waktunya bersama adek kelasnya itu. Mungkin alasan kak Sad selalu mengajak Dana, karena ia sudah dekat dengan kak Wisnu. Seperti saat ini, mereka sedang makan di mall setelah menonton film.
"Dan, kamu sudah punya pacar belum?" tanya kak Sad pada sepupunya itu. Dana yang sedang meminum jus jambu hampir saja tersedak karena pertanyaannya.
"Memang kenapa?" Dana menghentikan aktifitasnya sejenak.
"Ya gak papa, cuma pingin tau aja." Ia memakan ramen yang ada di sumpitnya.
"Aku masih fokus buat cari kampus, belum mikir pacaran sih buat sekarang. Aku inginnya kuliah dulu," Dana meneruskan memakan ayam katsu yang ada di piringnya.
"Kalo kamu Nu? sudah punya pacar?" tanyanya pada kak Wisnu. Kak Sad sedikit nyengir ketika menanyakan itu pada kak Wisnu.
"Belum, mau bantu cari?" jawab kak Wisnu pada kak Sad. Dana hanya tersenyum melihat ekspresi kak Sad. Dia tampak menarik napas karena jawaban dari kak Wisnu yang mungkin tak sesuai ekspektasinya.
"Aku aja jomblo, ngapain bantu kamu buat nyari." Kak Wisnu tertawa mendengar jawaban kak Sad yang terlihat putus asa.
"Ah, gebetan kakak banyak, gak usah merendah!" Dana mulai membuka rahasia. Hal tersebut membuat kak Wisnu sangat penasaran. Akhirnya Dana sedikit memberikan spoiler pada kak Wisnu tentang gebetan kak Sad. Kak Sad memang sering bercerita soal orang-orang yang sedang dekat dengannya pada sepupunya itu. Hampir semua kartu kak Sad di pegang oleh adik sepupunya. Jadi kalau sampai Kak Sad macam-macam, Dana dengan senang hati membuka kartu AS nya.
Kak Wisnu sangat penasaran pada orang yang sedang dekat dengan Kak Sad. Sampai malam harinya, dia mengirimi Dana pesan lewat instagram untuk menanyakan hal itu. Mereka memang bersahabat sejak SMA. Mungkin ketika mereka berkuliah di tempat yang berbeda, mereka kurang berkomunikasi sehingga kak Sad tak bercerita banyak pada Kak Wisnu tentang orang yang sedang dekat dengannya.
Tak lama Dana dan kak Wisnu dekat. Mungkin bukan dekat seperti yang kalian harapkan. Tapi ia sempat berfikir untuk serius dengannya. Entah sebagai teman atau lebih.
Kak wisnu Besok aku dan Sad ke SMA dek, √√
^^^Dana Oh iya? ngapain kak?√√^^^
Kak Wisnu Ngisi sosialisasi. Kelas kamu ikut kan?√√
^^^Dana Loh? itu yang ngisi kak Wisnu juga?√√^^^
Kak Wisnu Sama abangmu juga√√
^^^Dana Asli baru tau, kirain cuma kak Sad aja√√^^^
Kak Wisnu Enggak, kita ber 2 yang ngisi, ikut ya? jangan kabur!√√
^^^Dana Kabur ah,√√^^^
Kak Wisnu Ku bilangin ke Pak Dodi nanti biar dihukum bersihin WC. √√
^^^Dana Jahat banget, iya deh terpaksa, dari pada dihukum. √√^^^
Kak Wisnu Besok tanya ya, aku kasih coklat√√
^^^Dana Masa dapet coklat kalo tanya doang, √√^^^
Kak Wisnu 2 khusus kamu√√
^^^Dana Kurang√√^^^
Kak Wisnu Ngelunjak, dah sana tidur. Nanti telat bangun malah ga jadi ikut deh, night!√√
^^^Dana Oke deh, night!√√^^^
Paginya mereka benar-benar mengisi sosialisasi tentang kampus mereka. Entah kenapa Dana senang melihat kak Wisnu duduk di sana. Setelah acara selesai kak Sad meminta adik sepupunya itu datang ke kantin. Dana dan Dedes temannya datang ke sana setelah acara.
Kak Sad Aku di mushola, jajan dulu aja ntar aku yang bayar√√
^^^Me Oke, makasih kakak,√√^^^
Kak Sad memang sering sekali mentraktir adiknya itu. Mungkin karna Dana sudah seperti adek bungsu baginya.
Tak lama mereka datang ke kantin. Dari belakang, kak Wisnu datang menyusul kak Sad. Kak Sad duduk di depan Dana sedangkan kak Wisnu menyusul duduk di samping kak Sad. Beberapa mata tertuju pada mereka karena mereka ber-dua termasuk orang yang populer di sekolah sebelum lulus. Dedes yang duduk makan mie ayam disamping Dana pun merasa tak nyaman dengan situasi itu, Ia memilih kembali ke kelas karna merasa tak enak pada kak Sad dan kak Wisnu.
"Loh mau kemana dek?" tanya kak Sad pada Dedes.
"Ke kelas kak, duluan ya kak?" katanya pada mereka.
Dana tak bisa mencegahnya untuk tak kembali ke kelas. Jujur ia tak enak hati karena itu.
Beberapa anak-anak masih berbisik melihat mereka ber 2. Ada beberapa adek kelas yang terlihat curi pandang pada kak Sad. Dana hanya memutar bola matanya ketika melihat itu. Mereka tak tau betapa bobroknya kak Sad di rumah.
"Nih," kak Sad memberikan buku pada sepupu kesayangannya itu.
"Untukku?" kata Dana kegirangan.
"Belajar yang serius!" kak Sad tersenyum melihat tingkah sepupunya itu.
"Makasih," Dana senang karena mendapat buku latihan soal masuk salah satu universitas.
"Ini yang baru ya?" kata kak Wisnu membuka pembicaraan antara ia dan adik kelasnya itu.
"Iya kak, aku sebenarnya mau beli ini. Untung gak jadi," Dana masih kegirangan karena bisa menghemat uang sakunya.
Mereka makan dan berbincang di kantin. Dana iseng membuka buku hadiah dari kakaknya. Ia yang merupakan anak yang selalu belajar dimanapun dan kapanpun mengambil ballpoint yang ada di saku bajunya.
"Ke kantinpun bawa ballpoint? adikmu Sad," kak Wisnu menatap Dana dengan heran.
"Bagus lah," kata kak Sad padanya.
"Kerjain coba," kak Wisnu menantang Dana untuk mengerjakan soal di buku itu.
"Siapa takut!" Dana membaca sebuah soal matematika di sana. Ia mengerjakan soal itu dengan cara panjang.
"B!" Dana menjawab soal itu dengan mudah.
"Kalau kamu mengerjakan soal ini dengan cara seperti itu, bakal makan waktu lama walaupun jawabannya benar. Aku kasih tahu cara cepetnya." Kak Wisnu mengambil ballpoint yang Dana pegang. Dia menjelaskan padanya cara menjawab setiap soal dengan detail. Dana menyimak dengan seksama. Kak Wisnu benar-benar terlihat berbeda ketika memakai kacamata.
Jujur baru hari ini Dana melihatnya memakai kacamata. Sejak di tempat sosialisasi tadi ia sudah melihatnya. Tapi, baru sekarang Dana melihat kak Wisnu sedekat ini.
"Liatin soalnya, jangan orangnya!" kata kak Sad pada adik sepupunya itu.
"Berisik, sudah sana! Lagi gak butuh biologi aku disini." Dana sedikit mendorong tangan kakanya itu. Kak Sad hanya tertawa melihat tingkah adiknya.
Jantung perempuan itu mulai berdetak tak teratur. Dana tak percaya aku bisa menatap kak Wisnu sedekat ini. Entah sejak kapan ia mulai menatapnya. Entah sejak kapan juga jantungnya mulai berdebar sekencang ini.
"Paham?" ucapan kak Wisnu membuyarkan lamunannya.
"Paham," Dana hanya tersenyum padanya.
Bel masuk kelas sudah berbunyi. Tanda Dana harus kembali ke kelas. Setelah sosialisasi memang kelas sengaja dikosongkan 1 jam pelajaran untuk penyuluhan di dalam kelas oleh beberapa kakak alumni dari univeraitas lain. Dana yang tak tertarik akan penyuluhan itu, memilih nongkrong bersama mereka ber 2 di kantin.
"Yah masuk," Dana cemberut mendengar bel sekolah.
"Pelajaran apa?" tanya kak Wisnu pada adik kelasnya itu.
"Kimia. Duluan ya, serem gurunya kalo telat." Dana membereskan barang-barangnya yang ada di atas meja.
"Ya sudah sana!" kak Sad mengusirnya untuk cepat pergi dari kantin.
"Jangan lupa, bayarin, bye!" Dana berlari meninggalkan mereka berdua.
Dana sangat senang karena bisa mengobrol sedekat itu dengan Kak Wisnu. Hari itu benar-benar tak pernah bisa ia lupakan sampai sekarang.
Setelah obrolannya dengan kak Wisnu di kantin, mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Bukan hanya saat bertemu dengan kak Wisnu, tapi juga saat di chat. Mungkin Dana tak pernah mengungkapkan perasaannya pada kak Wisnu. Ia cukup menyukainya dalam diam.
Sekitar 4 bulan Dana dekat denganya. Mereka saling memberikan kabar dan bertukar cerita. Tak jarang Dana pergi berdua dengan kak Wisnu ketika kak Sad tak bisa menemaninya. Sampai katika kak Wisnu harus berangkat untuk pendidikan dan pelatihan sebelum kerja.
Saat Ia pergi, Dana mengantarnya ke Stasiun. Setelah itu, kak Wisnu masih sesekali menghubunginya ketika memegang HP. Dana juga menghubungi kakak kelasnya itu untuk sekedar bertanya kegiatannya dan kabarnya. Saat itu, mungkin sudah 1 minggu tak ada kabar dari kak Wisnu. Terakhir ia bercerita jika harus ditempatkan di Papua. Dana bertanya pada kak Sad tentang kegiatan mereka disana. Meskipun mereka berbeda tempat pendidikan, tapi kak Sad pastilah sedikit banyak tau soal kak Wisnu.
"Wisnu diklat di Papua Dan, mungkin disana sulit mendapatkan sinyal." kata kak Sad pada adik sepupunya ketika mereka bertelefon. Dana sedikit kecewa dan cemas karna tempat itu sangat jauh di ujung Indonesia.
Hampir sebulan setelah itu, kak Wisnu tak memberikan kabar sama sekali. Bahkan sekedar update di Instagram saja tidak ada.
Sampai akhirnya, kakak kelasnya itu mengupload fotonya di instagram pribadinya. Dana menangis lega melihat foto itu. Akhirnya setelah lama tak mendengar atau tau kabarnya, ia menemukan orang yang disukainya baik-baik saja disana. Masih di Papua, di depan salah satu bandara yang ada di sana.
Bandara yang pernah Dana kunjungi setahun yang lalu saat menegok om yang saat itu dinas di Papua.
Dana sangat lega melihatnya baik-baik saja. Walaupun semenjak saat itu, ia tak pernah berkabar lagi dengannya.
Sejak mereka pendidikan, mereka bertiga tak pernah lagi berkumpul atau sekedar nonton film bersama. Bahkan Kak Sad sudah sibuk dengan penempatannya di Jakarta. Sedangkan Dana sibuk dengan kuliahnya Di Jogja.
Flashback off!
......................
"Tidur?" pertanyaan Awan membuyarkan lamunan perempuan disampingnya. Refleks Dana menengok sekilas menatap orang disebelahnya. Dana menghela napas berat, tak bisa di pungkiri, Dana memasang muka sedih disana. Ia rindu akan masa SMA dulu. Ia juga rindu pada Kak Sad dan Kak Wisnu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sihaloho Erita
semangat ya
2022-06-10
0
NandhiniAnak Babeh
Wisnu cinta pertama nya dana ya Thor 😁
2022-05-18
2
Lina Zascia Amandia
Semangat......
2022-05-15
2