“Tuan ada yang bisa saya bantu ?” tanya salah satu pelayan di istana Black Wolf itu.
“Tidak... saya bisa ambil minum sendiri," jawab Zano datar sambil mengambil sebuah gelas kaca.
“Baik Tuan saya izin pergi," balas pelayan itu.
“Hmmm...," Zano mengangguk.
Tak..tak…tak…, langkahan kaki yang terdengar menuju dapur yang mewah itu.
“Hi…kakakku sayang ! Sedang apa ?" tanya Celine sambil duduk di salah satu kursi dapur.
“Kau sudah pulang kenapa tidak hubungi aku dulu, hah?” tanya Zano dengan nada tinggi.
Zano sangat khawatir dengan sepupunya itu.
“Kenapa sensi banget sih ? Aku kan tidak kenapa-kenapa," jawab Celine.
“Kau tau kan statusmu itu sebagai apa Celine. Saat ini kita tidak boleh sembarangan karena anggota Devil Horns masih memantau kita," Zano mengatakannya dengan serius kepada Celine.
“Iya maaf Zan," jawab Celine dengan nada rendah.
“Sekali lagi jangan ulangi, kalau kau mau pulang, kau hubungi aku dulu biar aku jemput," ucap Zano kepada Celine sambil berjalan menuju kulkas dan mengambil segelas air dingin.
Celine menatap Zano yang sedang minum segelas air dingin.
“Ada apa? Mengapa kau menatapku ?” tanya Zano yang sadar atas perlakuan Celine.
“Zan, aku bolehkan sesekali pergi ke asrama kampus untuk mengunjungi temanku, plisss….," tanya Celine dengan senyum imutnya.
“Teman yang mana?” Zano bertanya balik kepada Celine.
“Teman baruku," jawab Celine singkat.
Celine tak mengetahui bahwa Zano sudah memperhatikan teman barunya tadi pagi.
“Bagaimana orangnya ? Sebaiknya kau jangan sembarangan pergi," jawab Zano datar sambil menoleh ke arah Celine.
Celine merasa bosan dengan jawaban Zano dan memutuskan untuk pergi dari dapur.
“Sebaiknya kau minum anggur saja biar kau izinkan aku pergi," ucap Celine sambil berjalan pergi dari dapur.
Setelah Celine tak terlihat lagi, Zano hanya tersenyum dan meletakkan gelasnya di atas meja dapur lalu pergi menuju ruang pribadinya.
***
Di kamar asrama Shifa dan Zainab sedang makan siang bersama sambil berbincang-bincang tentang kegiatan di kampus tadi pagi.
“Wah masakanmu enak banget ya Shif," puji Zainab.
“Enak karena bumbu bawaan dari mie instannya, hehe...," canda Shifa.
“Tak apa sesekali makan mie instan begini Shif. Aku jarang makan mie instan. Aku dan keluargaku menunya selalu daging," ucap Zainab.
“Jangan makan mie instan lagi deh, bahaya. Nanti aku bisa dimarahi orang tuamu karena mengajarimu makan mie instan," balas Shifa.
“Daging terus membosankan," ucap Zainab.
“Sebaiknya kita makan makanan yang sehat Zai, setelah ini menu kita harus yang sehat pokoknya. Aku akan memasaknya untukmu," jawab Shifa tegas.
Zainab mengangguk dan tiba-tiba Zai teringat tentang Celine, teman yang baru mereka kenal tadi pagi.
“Shif, apa pendapatmu tentang Celine?” tanya Zai.
“Mengapa kau tanya seperti itu, Zai ?” balas Shifa dengan lugu.
“Coba kau pikir deh, dia itu seperti keluar dari dunia lain tahu tidak. Seperti ada yang aneh," ucap Zainab.
“Sudahlah Zai, nanti setelah kita berteman lama dengannya kita juga akan tahu bagaimana Celine lagipula aku lihat Celine anak baik Zai," jawab Shifa.
Shifa tak memahami maksud perkataan Zainab. Dia curiga akan status Celine sebenarnya. Gadis itu khawatir salah pilih teman.
***
Dikediaman Devil Horns, Faelardo dan dua orang tangan kanannya sedang merencanakan sesuatu. Mereka akan menyusun startegi untuk membalas perbuatan Black Wolf atas pertemuan sebelumnya.
“Untuk rencana kali ini, kita harus membunuh salah satu dari keluarga Zardo sebagai tanda balas dendam untuk pertarungan kemarin," ucap ketua Devil Horns itu.
“Pasti ketua, kami siap menjalankan perintah," jawab Maxim.
“Ini belum seberapa, dendam atas kematian ayahku akan terus aku lakukan sampai aku puas," ucap Faelardo dengan tatapan jahat.
“Untuk rencana kali ini, siapa yang akan kita bunuh Ketua ?” tanya Charles.
“Orang terpenting bagi keluarga Zardo," jawab Faelardo.
“Revano Alzano, si ketua Black Wolf itu?” tanya Maxim.
“Tidak, kita melakukannya secara bertahap. Aku ingin mengahabisi mereka satu persatu dimulai dari orang yang paling mereka lindungi. Kalian tau siapa kan?” tanya Faelardo kepada dua orang kepercayaannya.
“Ya, gadis itu," jawab Charles.
“Tapi jangan sakiti dia sebelum aku menemuinya. Biar itu jadi urusanku setelah kalian melakukan tugas," perintah Faelardo.
“Baik ketua," balas Charles dan Maxim.
“Mengapa kami tidak boleh menyakiti Celine ? Apa ketua masih ada rasa dengan gadis itu, tapi kalau memang begitu mengapa ketua mengatakan akan membunuhnya? Ini sungguh tidak masuk akal," Charles berbicara dalam hati.
“Kalian keluar sekarang," perintah Faelardo dengan nada datar.
Charles dan Maxim keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Faelardo sendiri.
“Aku memang masih menyukaimu Celine. Ntah bagaimana wajahmu sekarang semenjak si tua itu menyembunyikanmu dariku. Setiap aku akan menyakitimu mengapa aku selalu tak bisa? Tapi rasa dendam ini tak boleh kalah. Kali ini aku harus kuat menyakitimu sebelum semuanya terlambat," gumam Faelardo dalam hati sambil menatap jendela dan mengahncurkan gelas yang ada di depannya.
***
Malam itu Shifa dan Zainab ingin membeli beberapa perlengkapan kuliah untuk besok.
“Here is your jacket Shif," ucap Zainab sambil memberikannya kepada Shifa.
“Thanks," balas Shifa.
“Kalau bisa kita cepat sedikit Shif sebelum terlalu malam, soalnya bahaya juga takut ketemu mafia," Zainab berkata dengan serius.
“Iya-iya, tapi kalau ketemu kelelawar kan tidak apa-apa juga Zai," jawab Shifa.
“Jangan bercanda Shif aku serius," ucap Zainab sambil memakai sepasang sepatu.
***
Di perjalanan menuju toko buku yang tidak jauh dari asrama Shifa dan Zainab bertemu dengan Celine yang sedang berada di dalam mobil.
“Shifa, Zai kalian mau pergi kemana ?” sapa Celine dari dalam mobil dan Zano memberhentikan mobilnya tepat disamping dimana Shifa dan Zainab berdiri.
“Celine," balas Zainab.
Shifa yang sedang berdiri disamping Zainab hanya diam mengamati percakapan antara Celine dengan sahabatnya itu.
“Kau belum menjawab pertanyaanku Zai," ucap Celine.
“Hoh kami mau membeli perlengkapan kuliah untuk besok, rumornya dosen kita besok orang yang berasal dari negara Shifa jadi dia tidak mau melakukan kesalahan sedikitpun, yakan Shif," canda Zainab.
Shifa hanya menggelengkan kepala dan sedikit tersenyum.
Zano yang saat itu melihat wajah Shifa dari dalam mobil ikut sedikit tersenyum juga tanpa ia sadari.
“Oh ya, kebetulan aku juga mau beli. Barengan yuk?” ajak Celine dengan antusias.
“Terima kasih Cel, tapi kami jalan aja," jawab Shifa.
“Gak seru nih Shifa. Zai ayo ikut denganku masuk ke dalam mobil biarin Shifa sendirian," ajak Celine dengan nada memaksa.
“Yawudahlah Shif daripada kita kemalaman juga pulangnya," Zainab berbicara pelan kepada Shifa.
Shifa dan Zainab duduk di belakang sedangkan Celine duduk di samping Zano yang sedang menyetir mobil mewah itu.
Di dalam mobil Zano dan Shifa hanya diam sedangkan Zainab dan Celine berbincang singkat.
“Ini kakak sepupuku Zai, Shif," ucap Celine.
Celine heran kenapa Zano hanya diam ketika dia mengajak teman yang baru ia kenal masuk kedalam mobil. Biasanya Zano selalu melarang siapapun masuk kedalam mobilnya. Namun karena Zano diam Celine merasa Zano setuju saja apa yang akan ia perbuat.
“Oh ya. Sepupumu sama mudanya denganmu," timpal Zainab.
“Tidak juga kok hehehe, dia dua tahun lebih tua dariku," balas Celine.
Sesampainya di toko buku Zano menunggu Celine dan dua temannya didalam mobil hitam yang ia miliki.
Zano mengantarkan Celine ke toko buku untuk melindunginya dari kejahatan Devil Horns.
Zano melihat dari dalam mobilnya dua orang lelaki memakai jaket dan masker keluar dari toko buku itu. Dia curiga kalau itu adalah anggota dari Devil Horns.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments