BAB 3

Malam itu, anggota Black Wolf sudah mempersiapkan anggotanya.

Mereka berkumpul di istana milik Revano Alzano.

Sebenarnya, tempat tinggal Revano itu lebih dari kata rumah melainkan istana yang mewah karena luasnya yang tak terduga.

“Mereka sudah siap kan? Zano berbicara ke arah Marcel yang bediri disampingnya.

“Sudah Tuan," jawabnya singkat.

“Baik, kalau begitu kau ikut aku. Mereka bertindak sesuai strategi yang telah kita rencanakan," Zano mengatakannya dengan serius.

Marcel mengangguk kemudian mereka berjalan menuju mobil yang telah disediakan oleh salah satu anggota Black Wolf.

***

Dikediaman Devil Horns, seorang lelaki yang kejam sedang duduk di ruangan dimana ia dan anggota berkumpul.

“Hahah baiklah, aku memang menunggu kedatangan mereka. Senang rasanya dikunjungi oleh teman lama," laki-laki yang sedang duduk dengan santai itu mengatakan kepada seluruh anggotanya.

Dua orang lelaki bertubuh tegap masuk ke dalam ruangan itu.

“Mereka sudah sampai Tuan," ucap Charles yang merupakan salah satu anggota kepercayaan Devil Horns.

“Ya Tuan, mereka sudah menunggu di depan istana kita," ucap Maxim menambahi perkataan dari Charles.

“Suruh mereka masuk ke ruangan saya. Kita akan bernegosiasi dengan mereka tapi jika mereka tidak menerimanya, maka kita lakukan sesuai apa yang telah kita rencanakan," balas Faelardo.

Revano dan Marcel masuk menuju ruangan dimana Faelardo dan anggotanya berada dan di dalam ruangan itu tampak bahwa dua pemuda yang datang ke ruangan itu berhati-hati karena mereka tau kelicikan dari si ketua Devil Horns itu.

“Silahkan duduk teman lama," Ketua Devil Horns itu menyambutnya dengan gaya mengejek sambil berjalan memeluk Revano.

Revano mundur bertanda tidak ingin basa basi dan masih berdiri di hadapan Faelardo.

“Tak usah tegang sekali Tuan Zano," ucap Faelardo dengan gaya santainya.

“Aku tidak ingin berhubungan denganmu," ketus Zano.

Raut wajah Faelardo seketika berubah menjadi kejam dan sangar sedangkan Zano masih dengan gaya dinginnya.

“Cih... bukankah Ayahmu yang memulai hubungan kita ini,hah ?” balas Faelardo dengan suara kejamnya.

“Hah apa ? kau masih tak tau mana antara lawan dan kawan mu. Mengapa kau begitu bodoh," Zano masih membalas perkataan Faelardo dengan dingin.

Faelardo begitu emosi mendengar perkataan dari mulut Zano dan segera tembakan muncul dari arah yang tak disangka menuju ke tubuh Zano.

“Dor ………..," sekali tembakan dengan dentuman keras terdengar dari istana Devil Horns itu.

Zano tak pernah merasa takut menghadapi kelompok mafia manapun.

Black Wolf merupakan kelompok mafia yang paling ditakuti dan disegani dalam dunia mafia Internasional karena kecerdasan strategi yang dimiliki serta memiliki etika dalam dunia mafia sedangkan Devil Horns kelompok Mafia yang ditakuti dengan aksi kejam dan brutalnya.

“Kau pikir semudah itu menewaskan ku," Zano mengatakan kepada Faelardo sambil mengelak dari peluru yang berasal dari tembakan salah satu anggota Devil Horns.

“Dor dor……," dua kali tembakan menuju ke arah Faelardo dan sebelum peluru tembus menuju tubuh tuannya itu Charles yang dari tadi berada di bealakang tubuh Faelardo seketika menarik tubuh tuannya itu.

“Awas Tuan," ucap Charles.

Faelardo tak menyangka bahwa Marcel memiliki tindakan yang secepat itu.

Di ruangan itu tampak dua kelompok mafia yang sedang melakukan aksi tembak menembak.

Mereka saling mengarahkan pistol ke arah lawan.

“Jika kau tak mengganggu kami maka kami tak mengganggumu. Kau ingat itu," Zano berjalan ke arah Faelardo.

“Kau tak sadar hah, Ayah mu yang tak tau diri itulah yang menyebabkan ini semua. Apa gunanya ucapanmu yang selalu mengatakan memihak yang benar. Cih hanya omongan belaka," balas Faelardo dengan emosi.

“Ayahku sudah mengatakan kepadamu kejadian yang sebenarnya. Tak perlu ada yang diperdebatkan lagi. Aku mau kau jangan mengganggu kami lagi," Zano mengatakan dan menatap Faelardo dengan tajam.

“Dor….," tembakan yang berasal dari pistol Zano meluncur ke arah salah satu anggota Devil Horns.

“Itu imbalan karena kau telah menghina ayahku," ucap Zano dengan dingin dan wajah kejamnya. Seketika pria itu terjatuh di atas lantai dan menghembuskan napas terakhirnya.

“Dor…dor…dor…," terjadi saling tembak menembak antara kelompok Black Wolf dan Devil Horns itu.

Beberapa anggota Black Wolf terluka begitu juga Devil Horns.

Zano dan Marcel juga sedikit terluka. Beberapa tetesan darah kelaur dari tubuh Faelardo.

Charles dan Maxim memegangi tangan Faelardo agar tidak jatuh.Terlihat pertarungan itu berakhir seri.

“Aku akan terus mengganggu kehidupan mu Zano karena ayahmu yang telah memulainya. Ingat !!! aku tak pernah melupakan kejadian itu. Ya, Ayahmu seorang penghianat," Faelardo mengatakan dengan emosinya yang belum padam.

“Hah baik kalau itu kemauanmu," balas Zano.

Kelompok Black Wolf meninggalkan tempat itu. Itulah akhir pertarungan mereka malam itu tanpa adanya negosiasi yang terselesaikan.

Di dalam mobil mewah berwarna hitam anti peluru itu, Zano dan Marcel membalut luka mereka masing-masing dengan perban untuk menahan darah yang tumpah dari luka mereka.

Zano bisa dikatakan hampir tidak pernah terkena luka tembak setiap pertarungan antar rivalnya. Tetapi kali ini lawannya adalah kelompok mafia kedua yang paling kuat di dunia mafia Internasional setelah Black Wolf.

***

Di kamar asrama dua gadis muda itu selesai melakukan kegiatan mereka masing-masing.

“Shifa aku duluan tidur yaa... aku sudah merasa lelah sekarang," Zai mengatakan dengan lembut kepada teman sekamarnya itu.

“Okay Zai, good night. Have a beautiful dream girl," balas gadis cantik itu.

Di kursi dekat jendela, Shifa masih merenung tentang kondisi keluarganya disana.

“Semoga hari-hariku disini berjalan dengan baik dan aku bisa segera lulus setelah itu bekerja agar keluargaku bahagia," gumamnya.

Beberapa menit kemudian, gadis itu bangkit dari posisinya dan berjalan menuju kasur untuk tidur setelah melaksanakan ibadah. Dia membaca do’a tidur dan tak berapa lama terlelap dalam tidurnya.

***

Di istana Black Wolf, Zano dan Marcel kembali.Tuan Zardo, Uncle Jordan dan Celine sudah menunggu mereka di ruang khusus.

Zano dan Marcel masuk ke ruangan itu dan duduk di atas kursi yang mewah.

“Kau terluka ? ucap Tuan Zardo tak menyangka.

“Hanya sedikit luka," balas Zano dingin.

“Marcel bagaiamana denganmu? tanya Uncle Jordan.

“Tak apa Uncle Jordan, saya senang Tuan muda Zano selamat," Marcel mengatakan dengan tulus.

“Ketua Davil Horns tak mau bernegosiasi dengan kita. Faelardo masih dendam atas permasalahan itu," Zano menjelaskan.

“Cih, masih saja salah paham. Kapan anak itu menyadari kebenarannya," celetuk Tuan Zardo.

“Sepertinya sulit ayah," balas Zano singkat.

“Sepertinya Faelardo tak akan berhenti sampai dendamnya terbalaskan," timpal Marcel.

“Baiklah kalau begitu, kita lanjutkan saja pertarungan ini jika itu yang ia inginkan," jawab Uncle Jordan, adik dari Tuan Zardo.

Tuan Zardo hanya diam dan mengangguk pelan. Ia masih mencari cara untuk menyelesaikan kesalahpahaman antara dia dan anak temannya itu.

Setelah mereka selesai bicara, Tuan Zardo dan saudara kandungnya pergi meninggalkan ruangan itu.

Celine yang masih duduk di ruangan itu melihat luka Zano dan Marcel di tangan mereka.

“Apakah sesakit itu ? tanya Celine dengan lugunya karena ia belum pernah merasakan luka tembak.

“Tak perlu kau tanyakan," jawab Zano dengan dingin dan kesalnya.

“Kak Zan, kau terlalu ketus dan dingin. Jika ada gadis yang membantu mengobati lukamu, apakah kau masih sedingin ini, hah ? gaya bicara Celine menggoda.

“Celine apa kau tak menanyakan keadaanku hah ? Mengapa kau suka sekali membuat Zano kesal dangan perkataan yang sering sekali kau ucapkan itu," rengekan Marcel terhadap sikap Celine kepada bosnya itu meskipun ia sebenarnya tidak cemburu.

“Ini aku belikan obat penghambat luka untuk kalian. Aku tau ini akan terjadi," ucap Celine kepada dua pria itu.

“Kau pergi keluar tadi ? Celine kau mengapa ceroboh sekali hah? Bagaimana jika ada anggota Devil Horns yang mengintaimu. Itu akan sangat berbahaya untukmu," jawab Marcel dengan sikap khawatirnya.

“Jangan mudah sekali berkeliaran. Itu akan membahayakanmu. Kau kemana saja tadi ?tanya Zano.

“Aku hanya pergi ke mini market untuk membeli beberapa minuman dingin dan ke apotek untuk membeli ini," jawab Celine sambil menunjuk obat yang ia beli .

“Hah ?" Marcel tak habis pikir sambil menggelengkan kepalanya.

“Kau harus berhati-hati. Kau kan tau Black Wolf dan Devil Horns sedang berseteru," timpal Zano dengan sikap santainya.

“Yaya... aku mengerti," jawab Celine.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

aaaa babang Zano...
walau dingin tp baik..... 😍

2024-01-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!