Tiga bulan bulan lalu.
SMA Elang Emas.
Jalan ramai dipenuhi murid di penerimaan tahun ini, kemacetan memenuhi lalu lintas sekitar. Sekolah ELANG EMAS menerima banyak murid yang berjumlah mencapai sekitar seribu lebih dari berbagai jalur penerimaan.
Salah satunya adalah Baskara. Ia berasal dari luar kota Jakarta. Karena hal yang tidak diketahui ia bisa diterima bersekolah di daerah metropolitan ini. Terlihat wajahnya cukup ramah sehingga mudah diterima oleh lingkungan. Rambutnya hitam pekat dengan poni belah pinggir ke arah kanan. Ia tidak terbilang tinggi karena bisa diukur hanya sekitar seratus enam puluh lima centimeter, namun posturnya cukup bagus.
[Baskara Mahendra, kelas satu, Murid baru.]
Angin semilir hingga pepohonan di taman berguncang rantingnya, menandakan cuaca cerah pagi itu. Acara dimulai murid berbaris rapih di lapangan serbaguna di tengah SMA Elang Emas yang dikelilingi gedung bertingkat tempat mereka bersekolah nantinya.
"Oke singkat aja dari gua." Ujar seorang cowok berambut pirang yang berdiri di mimbar. "Gua Pras ketua tim pengamanan dari organisasi di sini."
[Aditya Prasetya, Kelas dua, Ketua tim pengamanan organisasi.]
"Liat tuh petinggi SMA ini, orang-orang julukin dia 'Monster Pirang'." Celetuk murid baru yang sedang berbaris.
"Kenapa dijulukin gitu?"
"Katanya, dia pernah dikepung sama musuh sekolah ini. Rumornya, cuma dia yang berhasil lolos dengan modal tangan kosong."
"Jadi seperti yang kita tau SMA kita termasuk sekolah favorit di Jakarta" Lanjut Pras lagi. "Kalian sebagai murid kelas satu pasti jadi incaran musuh-musuh sekolah ini."
Seorang murid perempuan mengangkat tangan. "Maksud kakak? Kita masuk SMA ini sama aja 'bunuh diri' gitu?"
"Seharusnya sepadan sama yang kalian dapetin. Karena sekolah ini gratis dan banyak dari kalian bisa sekolah di sini gara-gara rekomendasi dari sekolah sebelumnya." Sanggahnya menenangkan. "Dengan kualitas pendidikan dan organisasi yang baik. Gua harap kalian bisa ngerti."
Murid berbisik satu sama lain mempertanyakan keamanan mereka untuk bersekolah di sini. Tapi adapula sebagian dari mereka yang telah mengerti resiko bersekolah di sini.
Salah seorang cewek mengharap semua bisa baik-baik saja disini. Namanya Melody, Ia juga berasal dari luar Jakarta. Sebagai seorang cewek Ia cukup atletis dan terlihat sangar, namun di sisi lain tetap cantik. Berkulit agak kehitaman, berambut ikal dengan tinggi yang lumayan. Ia ahli memainkan alat musik, Terlihat dari tas yang dibawanya yaitu tas gitar akustik.
[Melody Kartika, Kelas satu, murid baru.]
"Muka lu keliatan takut?" Tanya seorang cowok di sebelahnya.
"Iya." Sahutnya seraya menoleh. "Soalnya gua baru di Jakarta, dan nggk ngerti apa-apa tentang sekolah ini." Imbuhnya.
"Tenang gua orang sini." Seolah berusaha menenangkan cewek itu. "Kenalin gua Alvin."
Ujarnya sambil mengulurkan tangan.
"Gausah salaman bisa kan." Malahan mendapat sambaran ketus dari Melody.
Alvin tertawa "Sorry-sorry.. Pokoknya kalo lu butuh sesuatu bisa kabarin gua, okey?"
[Alvin Hoover, Kelas satu, murid baru.]
Adapula Alvin, berbeda dengan yang lain Ia memang sudah besar di perkotaan ini. Matanya agak sipit, berkulit putih, dengan rambut lurus yang rapih. Ia terlihat berbeda dengan anak seumurannya karena bahu yang lumayan besar memberikan kesan gagah bagi yang melihatnya.
"Tapi kalian nggk perlu khawatir." Lanjut Pras lagi. "Ada tim yang udah gua bentuk buat jagain kalian radius tiga kilo dari sekolah ini, udah gua bagi jadi beberapa titik rawan. Di luar itu mendingan jangan pulang-pergi sendiri." Tuturnya.
"Hampir aja.. gua kira sekolah di sini bakal nggk tenang." Kata seorang murid.
"Iya padahal gua udah usaha biar sekolah gratis." Balas temannya juga.
"Tapi, jangan seneng dulu." Sela Pras.
Hening.
"Sekolah ini emang gratis.. Tapi ada pajak yang harus dibayar tiap bulan dengan jumlah.. yang seharusnya kalian sanggup bayar lah.. Uang ini bakalan dipake buat pendanaan organisasi untuk ngejaga lu semua."
Raut wajah banyak yang menunjukan kekecewaan dengan penjelasan Pras, karena banyak dari mereka yang kekurangan uang dan berusaha untuk bersekolah gratis.
Namun mereka tidak pernah tau ada hal seperti ini. Karena dijaman ini, sulit untuk mencari uang dan jarang pula yang bisa melanjutkan sekolah.
"Gimana nih? Bokap gua udah mentok, nggk bisa sekolahin gua. Udah masuk sini malahan ada pajak." Celetuk seorang murid mengeluh.
"Iya gua juga." Timpal temannya menambahkan.
"Gua keluar lah kalo gini mending kerja aja."
"Jauh-jauh ke Jakarta malah kaya gini. Jelas beda ekonomi daerah sama kota.. Udah pasti gua nggk bisa bayar."
Sudah dua tahun terakhir sistem pajak dalam sekolah ini dijalankan untuk meminimalisir kekerasan yang terjadi di luar sekolah Elang Emas. Karena sebelum ini sudah memakan banyak korban jiwa karena peperangan antara sekolah dan geng motor.
"GUA NGGK PERLU DIJAGAIN! GUA JUGA NGGK MAU BAYAR PAJAK ILEGAL!!" Teriak seorang murid baru di tengah barisan.
Hening.
Mata Pras menatap lekat sambil menunjuk. "Okey kita liat aja.. berarti lu siap mati." Pungkasnya menyelesaikan upacara penerimaan.
***
Seorang cowok terduduk seraya menghisap rokok. Di sekelilingnya bergelimpangan murid-murid tak berdaya, Ia duduk di punggung salah satunya.
"Jadi siapa yang mau cari gara-gara lagi?" Tanya Alex menantang.
Ia baru saja dikeroyok banyak murid kelas satu, sekitar sepuluh orang. Mereka sok jagoan tanpa mengetahui siapa yang mereka lawan.
Seorang lagi yang baru saja Ia pukuli, masih tersadar mengelus perut seraya membungkuk kesakitan.
"Maaf, Bang. Gua cuma lagi nyari panggung di sekolah baru ini."
Alex menatap sinis. "Sekarang lu udah tau kan? Kenapa sekolah ini dari dulu nggk bisa dikalahin?" Ia bertanya retoris. "KARENA ADA ORANG KAYA GUA!"
Hening.
[Alexander Leonardo, Kelas dua, Calon petinggi organisasi.]
Murid kelas satu itu ketakutan hingga tak berani menatap mata Alex secara langsung.
"Mulai sekarang lu semua di sini jadi anak buah gua!" Ia berdiri lalu melangkah pergi.
Siluet seseorang memperhatikan dari sisi lain gedung sekolah, di balik gorden di lantai dua.
"Cari tau siapa bocah itu." Titahnya. "Kita bisa jadiin bidak buat nguatin organisasi."
"Siap, Bos." Balas anak buahnya singkat.
***
Baskara menyusuri lorong. Mencari tau letak kelasnya berada kelak, karena hari ini belum memulai kegiatan sekolah. Berusaha menyocokan nomor kelasnya dengan kartu pelajar yang baru saja Ia miliki. Sekolah ini memiliki area yang cukup luas. Bangunan utamanya berbentuk kotak mengitari lapangan yang lumayan luas karena terdapat beberapa kotak lapangan yang memiliki pola garis berbeda-beda sesuai kegunaannya. Dan juga, Masing-masing bangunan tersebut memiliki tinggi tiga lantai.
Ketika memasuki gerbang sekolah terdapat jalan menuju lapangan utama dengan kanan-kirinya yang terdapat taman kecil untuk singgah di dalam area sekolah.
Baskara berdiri di salah satu pintu ruang kelas. Ruangan dengan nomor yang sama seperti di kartu pelajar milliknya. Ia membuka pintu kelas. Berada seseorang di dalam kelas tersebut.
Ia seorang diri.
"Eh ada orang." Ucap Baskara basa-basi. "Sorry gua nggk ngetuk dulu."
Seorang murid itu tersenyum. "Ah gapapa, Gua juga baru liat-liat kelas."
"Sama dong." Balas Baskara hangat. "Anyway, Siapa nama lu?" Ia menautkan alis penasaran.
"Kevin."
[Kevin Octavianus, Kelas satu, murid baru.]
Baskara mengulurkan tangan. "Baskara."
Itu merupakan perkenalan yang akan membawa petaka bagi sekolah ini.
"Ayo kita keliling bareng."
Di luar sisi bangunan utama terdapat gedung lain untuk kegiatan murid. Juga banyak laboratorium, seperti Lab. komputer, Lab. Sains, Lab Bahasa. Untuk seukuran sekolah gratis di sini memiliki fasilitas yang cukup bagus.
Adapula, kantin yang terletak di lantai bawah. Terdapat banyak rooftop di atas gedung sekolah, yang sering dipakai tidur siang oleh beberapa murid senior yang membolos.
Sekolah ini secara utuh berbentuk kotak sederhana dengan tembok pembatas yang cukup tinggi agar tidak mudah membolos keluar, dengan satu gerbang utama yang dijaga ketat organisasi.
Kevin dan Baskara berkeliling sekolah bersamaan di hari penerimaan. Teman pertama yang Ia kenal di sekolah barunya.
***
Alvin mencengkeram bola basket dengan kedua tangannya. Perkenalan pertamanya di sekolah cukup buruk pagi ini. Ia mulai memantulkan bola itu ke lapangan berkali-kali, berusaha mengendalikannya, lalu menyusuri pinggir lapangan mendekati ring, dengan melangkahkan kaki seraya memegang bola dan Ia melompat setinggi mungkin.
BUM!
Bola memasuki ring.
Napasnya naik turun. Dengan keringat di sekujur badan. Ia memutuskan untuk beristirahat, karena kesulitan untuk berinteraksi hingga belum berkenalan dengan siapapun lagi setelah tadi pagi. Yang Ia kenal mungkin hanya beberapa teman basket sejak SMP yang duduk di kelas dua. Tetapi hari ini mereka belum saling bertemu.
Alvin telah memainkan bola basket sejak tadi untuk mengusir rasa bosan. Menghabiskan waktu hingga sore, karena Ia enggan untuk pulang lebih awal.
Setidaknya Ia lebih baik melakukan sesuatu daripada harus kembali ke sebuah tempat yang disebut sebagai 'rumah'. lagipula, setelah dipikir lagi, Ia juga tidak punya tempat pulang.
Alvin merupakan seorang yang perasa, hatinya mudah berempati kepada orang lain meski tidak mengenalnya. Matanya sering mengamati sekitar, memastikan semua baik-baik saja dipandangan matanya.
***
Tim pengamanan menyebar di setiap jalan utama di radius tiga kilometer dari sekolah. Upaya seadanya yang dilakukan organisasi untuk menjaga keamanan murid sekolahnya. Juga alasan bagus untuk memungut pajak ilegal.
Pras memimpin timnya memastikan semua tetap aman. Memonitor semua dari sekolah, lewat hape dari tim yang telah Ia sebar.
Tapi apa upaya ini akan memastikan keamanan murid setiap saat? Sedangkan manusia bisa lengah juga malas. Apalagi terkait orang lain. Memikirkan diri sendiri lebih penting bukan?
Karena semua manusia sejatinya adalah egois.
Mata Pras terasa berat, menguap. Ia melempar hape sembarangan. Mengangkat kakinya ke meja di depannya. Lalu melipatkan kedua tangannya di dada, kemudian tidur seraya merebah di kursi. Karena tidak ada yang lebih penting selain diri sendiri, kan?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
anggita
monster pirang..
2022-06-26
1
Gerald Valentino Domine
sekolah macam apa ini
2022-06-05
1
Muhammad Yudo X IPS 2
lebih ngeri Dari STM wkwk
2022-06-01
1