Aksi

Olga membuka mata. Dia menatap sekitar ruangan yang terasa asing. Tidak pernah dia temui, kemudian dia teringat kejadian beberapa saat yang lalu, berarti Olga berada di rumah keluarga Charlos. Dan mulai saat ini, dia adalah bagian dari keluarga Charlos. Olga meregangkan badannya. Hari sudah pagi, kemarin malam adalah mimpi buruk.

Olga beranjak dari kasur. Duduk dicermin dan menatap wajahnya yang terlihat pucat. Dia sangat tertekan dan mungkin mengakibatkan sters. Amarah meliputi hati.

"Olga, Sayang." terdengar suara Nyony Ellie membuka pintu kamar dengan sebuah nampan berisikan makanan. "Alangkah baik kamu makan dulu." Nyonya Ellie duduk diranjang dan meletakkan nampan. "Kami masih muda. Karena itu, ayah mendaftarkanmu masuk kampus." kata Nyonya Ellie.

"Kampus?" Olga jelas masih seorang mahasiswa. Tapi, dengan kepergiannya. Segalanya juga hilang. Bagaimana keadaan kampus? Teman-temannya? Ah, sudahlah. Itu bisa dipikirkan terakhir.

"Apakah, kamu tidak suka kekampus? Jika memang tidak suka, aku akan memikirkan cara lain supaya kamu dapat beradaptasi dengan dunia luar." dimata Nyonya Ellie. Olga adalah wanita lugu yang tidak tahu apa-apa. Mungkin saja, dia dipungut oleh Dash dan kemudian diperintahkan untuk diadopsi.

"Aku tidak takut. Hanya memikirkan, kenangan masalalu. Apakah, aku bisa memanggilmu ibu?" tanya Olga segera di angguk kepala. "Tentu saja, mulai hari ini, aku adalah ibumu."

Olga tersenyum dan menangis dipundak Nyonya Ellie. Wanita itu merasa nyaman karena kebaikan hati Nyonya Ellie. Dia mirip dengan Ibu kandungnya.

"Sebaiknya, kamu lekas makan danberganti pakaian. Turun kebawah, kita berbincang dengan ayahmu. Olga, jangan pikirkan masalalu. Kamu harus bisa merelakan apa yang terjadi dimasalalu, jangan terjerumus disana. Masa depan sedang menunggumu." nasehat Nyonya Ellie seraya menjentikan jari dihidup Olga.

Setelah Nyonya Ellie meninggalkan kamar. Olga menatap nampan makanan dihadapannya. Diraihanya, kemudian duduk untuk makan. Perutnya juga lapar. Setelah makan, dia ganti pakaian yang sudah lusuh karena itu pakaian yang dia pakai semalam dengan pakaian baru.

Menuruni anak tangga. Dia sampai diruang tamu, ayah dan ibu sudah berbincang-bincang sembari menunggu Olga.

"Duduklah disini." kata Nyonya Ellie. Lekas, dia duduk disana. "Ayahmu sudah mendaftarkan kamu di University Kota A . Namun, kamu harus bergiat belajar. Tunjukkan kemampuanmu."

"Benar kata Ibumu. Kamu harus belajar dan belajar supaya mendapat nilai tinggi, untuk ujian masuk."

"Baik. Jawab Olga."

"Ujian diadakan dua Minggu lagi. Semangat Olga, anak kesayanganku!" kata Nyonya Ellie menyemangati Olga, membuat hati wanita itu tergedor sangat kencang. Dia akan berusaha, walau harus mengulang dua semester.

"Aku tidak akan mengecewakan, Kalian."

Kemudian Nyonya Ellie memeluk erat tubuh Olga, tidak mau melepas.

"Ngomong-ngomong, bukankah mendaftar masuk kuliah harus mengunakan ijazah SMA, Ibu? Darimana kalian mendapat ijazah-ku?"

"Dari Tuan Dash, dia sungguh perhatian padamu. Tidak pernah dia memberi perhatian selain pada keluarganya. Kamu sangat beruntung."

Olga tertegun, jadi Dash memang lelaki yang cuek? Tidak memperdulikan sekitar? Hanya menyayangi keluarga.

Tidak mau pusing dengan pemikiran, Olga memilih untuk jalan-jalan, memulihkan badan yang terasa sakit.

•••

PLAK!!

Olga memegang pipinya yang memerah akibat tamparan seorang gadis. Beberapa saat yang lalu, setelah keluar dari rumah. Olga berjalan-jalan disekitar taman Ibukota yang dekat dengan rumah. Namun, siapa sangka dia menabrak seseorang dan menjatuhkan kosmetik yang tengah dikenakan wanita itu. Marah, menyulut emosi, hingga menampar Olga.

"Kamu letakkan, dimana matamu. Tidakkah, kamu melihat aku sedang berjalan. Kosmestik yang kubeli dengan harga mahal hancur berantakan karena kamu ceroboh.

Olga mendongak dan seketika sangat terkejut dikala tahu siapa yang telah dia tabrak. "Lho, Olga!" teriak wanita yang tidak lain saudari tirinya, Marinette. Perasaan marah menghampiri Marinette. Wanita itu belum mati, yang berartikan misi mereka gagal.

"Olga?" tanya Olga. "Darimana kamu tahu, namaku Olga."

"Jangan bercanda, kamu Olga! Kemana saja kamu, Ayah sangat cemas dan mencarimu kemana-mana, ikutlah denganku."

"Lepaskan!" Olga menatap sinis Marinette. Dia kemudian menunjuk diri sendiri. "Aku Olga? Ya, memang. Tapi maaf, aku tidak mengenalmu. Sepertinya kamu telah salah mengenali orang!" Marinette tetap bersikeras. Dia menarik tangan Olga kasar. "Kita harus pulang!"

Dengan sigap, Olga melayangkan tangan Marinette. Melemparkanya sejauh dua meter, darah mengalir dari sudut bibir Marinette. "Apa yang kamu lakukan padaku! Aku akan memberitahu ayah, tentang ini. Kamu akan dihukum," kata Marinette berdiri.

"Ayah? Sudah kubilang berulang kali, aku tidak mengenalmu! Bagaimana mungkin, satu ayah denganmu."

Karena kesal, Marinette mendekat. Melayangkan kakinya berusaha menendang perut Olga, namun sia-sia saja. Olga menangkis kaki Marinette dengan kakinya. Melayangkan tinju kearah perut Marinette. Wanita itu melancarkan aksi dengan penuh gairah semangat balas dendam.

Beberapa menit kemudian dia berhenti. "Sebaiknya kamu berpikir terlebih dahulu, sebelum menyinggung orang lain." ketika Olga hendak pergi, kakinya ditahan oleh Marinette yang sudah tergeletak ditanah. "Kamu harus ikut denganku!"

Olga menatap malas, kemudian memalingkan wajah ketika sekelompok bodyguard suruh ayah angkatnya membereskan Marinette. "Nona muda, pengganggu sudah dibereskan. Sekarang Anda bisa tenang." katanya

Olga hanya tersenyum, menatap sekilas mata Marinette yang tersiratkan kebencian. "Aku bukan Olga, saudarimu!"

Marinette menggertakkan gigi, kesal. "Apa mungkin, dia bukan Olga? Kalau bukan Olga, lalu dia siapa? Tidak mungkin! Wajahnya sama persis, dia pasti Olga. Berpikir bisa membohongiku, hanya karena memiliki pengawal? Lihat, aku akan memberitahu ini pada ayah dan tamatlah riwayatmu." batin Marinette melangkah pergi meninggalkan tempat itu karena diusir.

Olga yang sedari tadi memperhatikan. Tersenyum jahat, "Ini masih permulaan. Aku akan memastikan, Kalian sekeluarga tidak dapat hidup bahagia!" kata Olga kemudian melanjutkan perjalananya.

•••

"Apa kamu bilang, dia masih hidup?!" pekik Tuan Oliver mendengar berita yang dibawa oleh Marinette. "Benar, ayah. Aku melihatnya diibukota. Jika kita membiarkannya hidup, sama saja kita memberikan celah agar kita mati."

"Tsk! Ini tidak bisa dibiarkan." kata Tuan Oliver tergesa-gesa masuk keruangannya.

Marinette tersenyum bangga didepan ibunya. Nyonya Daisy. "Ibu, aku hebat bukan mendapat berita penting? Jika, Olga dilenyapkan sainganku pasti berkurang! Dengan itu, kita masih dengan mudah mengambil harta dari rumah ini."

"Ya. Dan Marinette, kamu harus berhati-hati. Jangan sampai membuat ayahmu marah atau sebagainya, jika tidak nyawa kita pasti melayang. Dia itu pria yang kejam! Beruntung, Kakakmu Melaina ada diluar negeri dan sedang mengurus data-data yang kita kirim dua hari yang lalu. Jika kita sudah menguras uang Keluarga Oliver, lekas kita pergi dari sini!" nasehat Nyonya Daisy pada putrinya.

"Tenang saja, Bu! Aku masih memiliki akal sehat supaya menjauh dari pembunuh itu" kata Marinette

Terpopuler

Comments

Azura

Azura

mencoba melawan Olga nyalimu besar juga_-

2022-05-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!