Balas Dendam
Ruangan itu sangat ramai. Beberapa pejabat berkumpul dan saling berbincang. Bintang tamu sekaligus Tuan rumah adalah Pejabat Oliver yang baru-baru ini mendapat keuntungan besar senilai Miliaran dollar. Charlotte sebagai Nyonya rumah tentu menemani sang suami, bersama dengan putrinya: Olga Vivian Oliver.
Gambaran keluarga harmonis, itu yang dilihat orang lain. Namun, siapa tahu. Akhir-akhir ini, terjadi masalah dalam rumah tangga keluarga Oliver. Muncul dua wanita pengecoh yang kini berstatuskan anak dan istri Tuan Oliver.
Bagaimana Charlotte tidak marah ketika suami menyatakan hal itu.
"Ibu, kenapa dua wanita itu selalu menempel pada ayah?Siapa mereka?" kata Olga wanita berusia 19 tahun. Matanya mengisyaratkan keingintahuan, namun Nyonya Charlotte hanya menggeleng. Sejujurnya dia tahu siapa wanita itu. Nyonya Charlotte memegang bahu Olga. "Olga, kamu harus tumbuh menjadi wanita karier yang tidak serakah."
Mendengar perkataan itu, Olga merasakan firasat buruk. Dia memayunkan bibir, "Tentu saja, aku akan menjadi wanita sukses yang tidak serakah!"
Teriakan histeris orang-orang membuyarkan lamunan Olga. Olga memandang sekeliling, Ibunya sudah tidak berada disamping. Ditengoknya kearah pintu, Nyonya Charlotte meronta-ronta karena ditarik paksa dua orang bodyguard menuju ruangan tertutup milik Tuan Oliver. Olga juga berteriak histeris, kemudian berlari menuju ruangan itu.
Dengan mata kepalanya, Olga melihat Ayah yang sangat dia cintai, berseragam kan alat bedah. Didepannya berbaring puluhan anak-anak dan seorang wanita berstatuskan Istri sendiri. Olga membulatkan mata ketika melihat ayahnya menyayat dan mengambil organ dalam tubuh Nyonya Charlotte. Segera setelah itu, butiran bening turun membasahi wajah putihnya. Dengan terisak-isak dia berteriak,
"Ayah, apa yang Kau lakukan pada Ibuku?!" Olga berlari dan mendorong tubuh ayahnya yang berlumuran darah. Dia memukul dengan keras, memaki serta terisak dengan keras. "Bedebah!" hanya perkataan itu yang dilontarkan ayah.
Dengan segera beberapa bodyguard mengurung tangan Olga. Olga memberontak, sekarang dia tahu. Bahwa, mungkin ayahnya juga akan membunuhnya. Dengan tenaga yang tersisa, Olga menginjak kaki bodyguard dengan sepatu kets. Kemudian berlari sekuat dia bisa berlari.
Pintu rumah, Gerbang dan jendela ditutup rapat. Ruangan kedap suara kini menghantui para pejabat yang tersisa, derai air mata dan Isak tangis memenuhi ruangan itu. Ini bukan perjamuan yang mereka harapkan. Seandainya, mereka tahu. Hari ini adalah hari kematian pasti mereka tidak akan datang. Terlepas dari itu, anak-anak yang mereka bawa sudah dibunuh! Organ tubuh mereka sudah dicabik oleh monster keluarga Oliver. Dan kini giliran mereka sedang menunggu.
Kasus ini sudah diluar pola pikir manusia. Berani bertindak dimuka umum, dirumah sendiri. Pembunuhan berkelompok dengan sekian ratusan orang. Tapi, untuk Tuan Oliver, ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Satu tubuh manusia sudah membuatnya kaya dan sekarang dikali ratusan tubuh manusia. Siapa yang paling kaya di Ibukota Nang?
Olga meringkuk ketakutan dibawah ranjang kamarnya. Bahkan pintu kamar beserta jendela juga dikunci rapat. Olga menyatukan kedua tangannya menutup mata dan mulutnya berkomat-kamit memohon kepada Tuhan supaya diberi pertolongan. Air mata mengalir ketika mengingat kejadian dimana Ibunya dibunuh dan sekarang dia dikejar untuk dibunuh.
Deretan pintu terbuka. Olga semakin ketakutan. Terdengar langkah sepatu sedang mendekat, Olga memasang persiapan. Beruntung, beberapa Minggu yang lalu dia belajar ilmu beladiri. Hanya saja, kemampuan itu tidak mampu mengalahkan bodyguard keluarga Oliver.
Olga mengintip dari sela kain putih yang menutupi bawah ranjang. Yang tampak hanya kaki jenjang dan kokoh sedang berjalan disekitaran kasur. Hingga terhenti didepan kasur. "Sepertinya saya melihat kain itu bergerak." kata salah satunya. "Apa mungkin, Nona muda ada disana?"
Olga menelan ludahnya kasar. Mundur selangkah dengan kaki yang dia angkat supaya bunyi sepatunya tidak terdengar, namun sial! Karena sepatunya, dia malah ketahuan. Bunyi itu sangat memekikkan telinga. "Sepertinya, Nona muda ada disana. Ayo, kita periksa." katanya seraya menyingkirkan kain putih itu. Bersamaan dengan itu, Olga membuka sepatunya dan mengarahkan kedepan, supaya ketika orang yang membuka kain akan terkena timpukan sepatu.
Benar saja, lelaki itu membuka kain dan mendapati Olga. Bertepatan dengan itu, Olga memukul sangat keras kepala lelaki yang membuatnya menutup mata. Teman lelaki lekas membantu dan memegangi kepala rekannya. Disaat itu, Olga keluar dari kolong dan mengambil tongkat baseball yang dua hari lalu diletakkan dibelakang lemari. Olga memukuli mereka hingga pingsan. Namun, masalah belum selesai. Dia mendengar suara dari kamar kosong disebelah kamarnya yang berarti masih ada suruhan Ayahnya.
Olga segera meninggalkan kamar dan berjalan menuju loteng. Dia bisa turun dari sana dan terjun kelautan. Bukannya nekat, tapi itu adalah jalan satu-satunya karena rumah keluarga Oliver yang satu ini, terletak ditengah-tengah laut. Olga berprinsip, hari ini pasti ada kapal yang lewat atau jika tidak dia bisa berkeliaran dipulau demi menghindari kejaran bodyguard.
"Ibu... hiks, kenapa kamu pergi secepat itu? Ini semua, karena ayah! Apa kesalahan yang telah Kau perbuat? Hiks..." Olga menangis tak henti-hentinya. Dia menatap air laut yang tampak jernih, oleh karena sinar bulan. "Selamat jalan Ibu! Kelak, aku akan membalas perbuatan ayah. Aku akan membuat, dia membayar harga atas perbuatannya." kata Olga kemudian terjun kebawah.
Byur!!!
Basah kuyup tubuh Olga. Wanita itu, dengan menahan nafas berenang ketepian. Ditatapnya rumah keluarga Oliver atau lebih tepatnya Villa yang besar dan megah. Tersirat kebencian dan dendam dimata wanita itu. Dari luar sangat indah permai, tetapi didalam berlumurkan darah. Kemudian, Olga menatap kearah lautan, matanya memincing ketika ada sebuah kapal besar yang sedang menuju kesini. Hati Olga senang karena dia bisa pergi dari sini. Namun, para suruhan itu cepat menemukan.
"Tsk! Aku harus bagaimana?" Olga mulai memutar otaknya kemudian berenang lagi kelautan. Dia berpikir masih bisa berenang hingga kekapal. Pada saat yang sama, orang-orang suruhan juga sudah menaiki kapal yang kecil. Olga mulai gelisah, beberapa meter lagi dia akan meraih kapal itu dan pasti akan selamat. Namun, para suruhan sudah dibelakang hanya beberapa Centimeter akan sampai ke Olga.
"Berhenti Nona muda! Anda harus menurut dan pulang. Tuan ingin berbincang dengan anda!"
"Berbincang apanya! Jelas dia ingin aku mati! Pergilah kalian! Bukankah aku juga akan mati dilautan ini?!" bantah Olga dengan suara yang sangat nyaring supaya didengar orang dikapal.
Suara itu terdengar hingga jarak tujuh Meter. Seorang lelaki yang memimpin kapal itu memicingkan mata, kemudian sangat terkejut. "Apakah aku tidak salah lihat? Ada seorang gadis yang berenang menghindari sekumpulan pria. Terlebih, dia berkata bahwa dia akan mati? Sebaiknya hal ini, diberitahukan pada bos!"
Olga yang sudah lama berenang mulai kewalahan. Tubuhnya seperti ingin terhanyut. Apalagi, dia juga tidak menggunakan alat selam. Dan pada saat itu, terdengar sebuah tembakan diudara dan sebuah tangga yang terbuat dari kain terbentang dihadapan Olga. Rupanya kapal besar yang dia lihat sudah berada didepan mata. Olga naik dan akhirnya dia selamat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments
Asisten Moon
oke menarik awalnya
2022-09-22
0
Azura
awalan yang menarik kak Mona!!
2022-05-01
1
ya ya
haloo.. aku mampir! Semangat nulisnya hehe❤
2022-04-25
2