Bab 5 [Azab Allah]

ketika sang mentari mulai meninggikan cahayanya dan menjulang tanpa ada satu pun yang mampu menghalaunya.

di sepanjang perjalanan suasana senang sedang tidak berpihak kepada kami.

seorang anak terus menangis dan menyesali perbuatannya,seakan sudah usai dunianya,karena satu sifat yang membuat semua kebahagiaan menjauh satu per satu.

hati yang semakin rapuh ketika harus menerima sebuah kebenaran.

sesampainya kami di sana,belum sempat saya berkata dan mencegahnya,bapak itu terus berlari menuju makam ibunya,namun entah apa yang terjadi tiba-tiba bapak itu berteriak kesakitan seakan ada sesuatu yang menyangkut di kakinya,semakin ia mencoba menggerakkan maka akan semakin terasa sakit.

"oh Allah mungkin kah ini yang di sebut azab mu Allah? ... "

tanya ku dalam hati.

lalu saya mendekati bapak itu untuk membantunya berdiri.

"ada apa pak?...apa yang sedang anda rasakan?..kenapa anda mengeluh seakan sedang menahan sakit?..."

belum sempat saya mendengarkan jawaban dari bapak tersebut,dia sudah merasa sangat sakit dan mengeluh seakan tidak kuat lagi menahan rasa sakit tersebut.

"sudah ustad nanti saja saya jawab pertanyaan ustad.tolong bantu saya ustad,tolong saya ustad,saya mohon ustad tolong bantu saya".

sebenarnya saya juga bingung apa yang harus saya perbuat.

saya hanya bisa berdoa dan memohon pengampunan atas dosa yang pernah bapak ini perbuat kepada Allah dan agar Allah beri satu kesempatan lagi untuk dia berubah dan menjadi manusia yang baik yang seperti di harapkan ibu dan banyak orang.

"ya Allah hamba mohon ampunilah dosa dan segala kesalahan yang pernah bapak ini perbuat".

lalu entah dari mana datangnya mukjizat ini benar-benar nyata,setelah selesai saya berdoa,kaki bapak itu langsung sembuh dan sekarang dia sudah bisa mendekati makam ibunya.

"bu....ibu..maaf kan anak mu ini yang telah berbuat dosa.

bu..maafkan aku yang telah banyak merepotkan,sudah dengan tega membuang ibu di panti jompo,sudah membiarkan air matamu jatuh hingga engkau meninggal pun aku tidak tau".

rasanya ini benar-benar kisah yang sangat langka dan baru kali ini saya menemuinya.

hari menjelang sore dan mentari berganti menjadi rembulan untuk bertugas.

angin sore menerpa diri dan menyapa dengan penuh kehangatan.

"hari sudah berlarut sore,mari pak kita pulang".

ajak saya yang sedari tadi menunggu dan menemani bahkan menyaksikan segala yang terjadi pada hari ini.merupakan sebuah pelajaran besar bagi saya untuk selalu menghormati orang tua bahkan sekali pun orang tua tersebut bukan ibu kandung atau saudara sendiri.dan juga sebuah teguran besar bagi beliau yang telah lalai akan tugasnya sebagai mana harus menghormati ibu nya sendiri.

"maaf ustad saya masih ingin di sini dulu menemani ibu saya".

jawabnya sambil mengusap air matanya yang sedari tadi membasahi pipi,seakan kesedihan yang ia rasakan tak akan ada habisnya.

"pak kita boleh sedih,tapi jangan berlebihan selain tidak baik untuk diri kita,terlalu berlarut dalam kesedihan merupakan godaan syetan agar iman kita semakin lemah dan mudah di kendalikan oleh nya dan juga terlalu berlebihan dalam kesedihan hanya akan memberi beban bagi orang yang sudah meninggal.

saya mohon pak ikhlaskan beliau pergi dan jangan lupa selalu beri hadiah untuknya dengan anda membacakan doa untuknya setiap hari".

ujar saya ingin menenangkan susana yang selalu di selimuti rasa bersalah dan kesedihan duka yang mendalam,lalu bapak tersebut menjawab.

"lantas bagaimana cara saya memberi ibu saya hadiah...jangan kan ngaji memegang kitab suci al quran saja tidak pernah?...apakah jika saya mengirim doa untuk ibu anak sampai padanya?.."

dengan sikap tenang saya menjawab.

"berdoa itu tidak harus menggunakan bahasa arab,tapi bisa juga menggunakan bahasa kita sendiri..ya semua itu tergantung niatnya.kalau niat kita baik Insyaallah Allah pasti mendengar dan mengabulkan semua yang kita minta".

setelah saya menjelaskan,ahir nya bapak itu mengerti dan menghela nafas dengan sikap menunjukan bahwa dirinya sudah lega dan merasa tenang.

lalu bapak itu beranjak dari tempat duduknya dan mengajak saya pulang,juga berhubung hari sudah menjelang malam,senandung lagu yang di bawakan oleh para hewan menenangkan hati saya.

"mari ustad kita pulang...hari sudah larut malam dan saya juga ingin menunaikan ibadah solat magrib dan berdoa kepada Allah agar dosa saya dapat di ampuni oleh Allah"

lalu kami pun beranjak pulang meninggalkan kubur ibu hartini sendiri.

di perjalanan yang sungguh melelahkan bapak itu tertidur dalam mobil saya,ketika sudah hampir sampai di daerah rumah saya...sebenarnya saya ingin mengantarkan bapak itu pulang,tapi saya tidak tau di mana rumahnya,ingin saya bangunkan saya takut gak sopan dan membuatnya terjaga dan dia akan mulai mengingat ibunya lagi.

hal itu tidak saya lalukan karena saya takut kalau akhirnya dia harus merasakan kesedihan lagi.

sungguh malang nasibnya,lalu saya biarkan dulu dia istirahat.

sesampainya di rumah saya bangunkan dia untuk turun dari mobil dan pindah kekamar.

untuk sementara waktu biar lah bapak ini tidur di rumah saya dulu,jika esok tubuhnya sudah kembali segar dan sehat maka saya akan mengantarnya pulang.

"maaf pak...kita sudah sampai,mari pak turun

em untuk sementara waktu bapak tinggal dulu ya di rumah saya,jika esok bapak udah rasa enakan saya siap mengantar bapak pulang ke rumah"

"terimakasih banyak ustad, sudah terlalu banyak ustad membantu saya dan saya minta maaf karena sudah merepotkan ustad...em saya bisa pulang sendiri ustad".

lalu bapak itu beranjak menjauh dari saya dan ingin pulang sendiri,tanpa pikir panjang saya tarik lengan tangannya.

"bapak tidak perlu berkata seperti itu pun saya sudah memaafkan,kalau bapak masih berkenan untuk menginap di sini satu hari saja untuk menjaga kesehatan ibu apa lagi hari sudah larut malam".

lalu ahir nya dia menerima tawaran dari saya untuk menginap di rumah saya.

"oke...baik lah ustad jika ustad tidak keberatan saya terima tawaran ustad...sekali lagi terimakasih banyak sejauh ini sudah mau perduli dengan saya dan banyak membantu saya" .

jawaban dari saya cukup senyum untuk mewakili kata-kata yang enggan keluar dari mulut saya.lalu saya mengajak nya masuk.

"kok sepi?...apakah ustad tinggal sendiri?..."

"oh ...tidak saya tinggal bersama ayah dan ibu saya dan kebetulan orang tua saya sedang keluar kota untuk beberapa minggu ini".

sambil berlalu untuk menyiapkan makan malam.

saya mondar-mandir untuk meyiapkan bahan-bahan yang ingin saya gunakan untuk makan malam dan bapak itu juga tidak tinggal diam dia pun ikut serta dalam peran memasak makan malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!