Badannya memang terasa sangat lelah, terlebih setelah rangkaian prosesi adat persiapan pernikahan adiknya kemarin.
Amir membuka mata tepat saat adzan maghrib berkumandang. Lelap sekali tidurnya hari ini, ia juga banyak melewatkan waktunya begitu saja hanya dengan tidur, sesalnya.
" Astaghfirullah, sudah Maghrib dan aku melewatkan waktu Ashar... Innalillahi. "
Amir segera beranjak turun dari tempat tidurnya, mengambil handuk bersih yang sudah disiapkan oleh Mban kediaman uyutnya lalu menuju kamar mandi untuk bersuci dan bersiap.
Tiga puluh menit berlalu, Amir terlihat lebih segar saat keluar dari Hammam. Tak membuang waktu lagi ia pun segera menunaikan sholat Maghrib sekaligus mengqodho sholatnya yang tertinggal tadi. Merasa bersalah karena lalai dengan waktu, akhirnya ia melanjutkan dengan double murajaah 2 juz akhir, 29 dan 30. Saat matanya melihat ke arah jam dinding, sudah hampir pukul 8 malam.
Suara Mban yang memanggilnya untuk makan malam, ia indahkan demi menebus rasa tidak nyaman yang masih bersemayam di hatinya.
" Payah, gimana mau bil ghoib, kalau hafalannya saja ga nambah-nambah... Ya Allah, berikanlah waktu untuk ku agar lebih pantas ketika datang memintanya, " bayang wajah Aiswa yang tersenyum kembali melintas dipelupuk mata.
Tok Tok.
Suara pintu kamarnya diketuk seseorang dari luar, membuyarkan lamunan Amir.
" Mas, Uyut boleh masuk? " Suara uyut.
" Bentar Uyut.... " Amir melangkah membuka pintu kamar.
" Kamu kenapa? kata Kusno tadi kamu gelisah, kata Mban murung ga mau makan? Kenapa Mas? " Tanya Danarhadi lembut seraya menyilakan salah satu Abdi dalem untuk meletakkan makan malam bagi Amir di meja dekat sofa kamar itu.
" Amir ga jadi ketemu ka Abyan.. Mau ketemu kakak sendiri aja susah, " Ia memang rindu dengan sosok kakaknya yang tegas. Amir sedang membutuhkan nasihat teduh yang terbiasa keluar dari bibir kakak sulungnya bila hatinya tengah gelisah.
" Besok kan bisa ketemu, nanti kalau Naya resepsi di Jakarta "
" Masih lama, Yut. "
" Sudah, makan dulu.. Besok syukuran open house, jangan begadang.. Jangan ganggu Mas Panji, dia juga lelah... Uyut lihat dia seharian sibuk minta nak Rey kesana kesini dan sibuk telponin siapa gitu, kayaknya mau kasih kejutan lagi ke Naya... Eman e dia itu ke adikmu... Kamu juga Mas, semoga dapat istri yang sayang, lembut dan eman welas asih sama kamu, keluarga kita... Kayak Mas Panji itu. "
" Aamiin.... Do'ain yaa Uyut, aku bisa segera tuntas hafalannya sempurna biar bisa Mahar bil ghoib nanti... Itu cita-cita aku. "
" Aamiin, pasti bisa Mas... "
Wisesa berhasil mendidik anak-anaknya tumbuh dengan baik meski Meela pergi lebih dulu... Alhamdulillah. Uyut menitikkan airmata haru, ia yang begitu membenci cucu nya itu, perlahan mata hati nya terbuka dan menyesali semuanya, terlebih semua cicit nya menyayangi dirinya sangat tulus meski baru pertama kali jumpa setelah terpisah berpuluh tahun lamanya, juga meski ia pun kerap bersitegang terlebih dengan Naya.
" Uyut... Malam ini aku boleh tidur sama Uyut ga?, " Tanya Amir ragu.
" Udah gede, udah mau punya istri Mas, masa mau tidur bareng Uyut sih... Kamu kenapa jadi manja. "
" Naya boleh, masa aku engga. "
" Yowes, boleh.... Cepat habiskan makan mu lalu istirahat.. "
Amir bersorak riang, entah kenapa malam ini dirinya hanya ingin diperhatikan. Ia rindu belaian Umminya.
Meski telah beranjak remaja kala itu, apabila ia pulang kerumah saat libur dari pondok. Ummi kerap menemaninya tidur dikamar, membelai kepalanya sayang hingga ia terlelap.
" Kamu ga lagi galau kan Mas? " tanya uyut lagi saat keduanya telah ada dikamar Danarhadi.
" Hmmmm, engga. " Amir teringat ponsel gadis itu, tapi ia terlalu malas beranjak kembali setelah nyaman berbaring disisi Uyut yang kini tengah membelai lembut kepalanya.
" Anak-anak Wisesa, ga laki ga perempuan, sama manja nya. Meela ummi mu, pasti memperlakukan kalian dengan sangat lembut dan penyayang hingga kalian merindukan sosoknya akhir-akhir ini, iya kan Mas? " Danarhadi melihat Amir bagai cucu kesayangannya Meela dalam bentuk fisik laki-laki. Ia menggelengkan kepala saat mendapati cicitnya itu telah terpejam dengan nafas teratur tanda ia telah terlelap.
" Sehat selalu ya Mas, berikan mahkota untuk kedua orang tua mu kelak... Jangan lupakan Uyut saat kamu hendak masuk surga nanti, Raden Mas Amirzain, Uyut sayang kalian semua. " Danarhadi mencium kening Amir lembut, perlahan ia pun berbaring merebahkan tubuh rentanya di samping sang cicit tampan seorang hafiz Qur'an.
*
Keesokan pagi.
Amir bangun pagi ini dengan kondisi lebih segar, ponsel wanita yang ia temukan telah ia nyalakan. Banyak panggilan masuk dan beberapa notifikasi pesan. Namun saat Amir akan membukanya, ponsel itu ternyata memiliki pass code.
" Ya ampun, pake dikunci pin number segala, apa isinya sangat penting? " pikirnya.
" Kaaaaa, kemana aja sih, sarapan yuk... Rey sama Uyut udah nunggu tuh dimeja, " suara Naya sang adik bungsu.
" Iya bentar lagi otewe sarapan. "
Akibat Naya menegurnya tadi, Amir langsung teringat bahwa Mahen adik iparnya adalah seorang programmer.
" Mas Panji pasti bisa ngakalin nih... Aku minta tolong dia aja deh. "
Amir pun bergegas menuju ruang makan namun saat ia tiba di sana, hanya ada Rey yang tersisa.
" Lho, Bang Rey, Mas Panji dan Naya mana?. "
" Dikamar... Lagi siap-siap, kalau Nona tadi ke depan. " Rey menjawab dengan mulut penuh makanan.
" Bang, makan apa? salad doank?. "
" Salad buatan Nona enak Den Mas, cobain deh. "
" Aku makan di kamar Mas Panji aja deh.. " Amir membawa satu mangkuk penuh salad buatan adiknya. Naya memang sering memasak bila ia pulang ke rumah. Meski tumbuh dewasa tanpa ummi dan tanpa menyentuh dapur selama ibunya masih hidup, kemampuan memasaknya mumpuni. Amir menduga karena adiknya itu kerap mendapat job event di hotel memungkinkan ia untuk belajar memasak dari para ahlinya.
Amir berpapasan dengan Uyutnya saat akan masuk ke kamar Mahen.
" Raden Mas Amirzain !! Kamu ko belum bersiap tho Maass, makan melulu, ga denger apa yaa itu tetabuhan udah mulai... Ayo buru ". Danarhadi menggeram melihat Amir masih membawa makanan masuk ke kamar Mahen.
Dia hanya menanggapi santai omelan sang Buyut, dan setelah beliau pergi, Amir menyampaikan maksudnya secara diam-diam pada Mahen yang duduk di hadapannya bahwa ia ingin mengetahui siapa pemilik ponsel itu.
" Jangan bilang Naya yaa... ". Amir mengeluarkan sebuah handphone dari saku celananya.
" Cara buka kuncinya gimana? aku mau balikin ponselnya tapi kemarin batre low dan ternyata di lock. " Amir menyerahkan ponsel itu pada Mahen.
" Nanti aku pindai ya kak... Atau ke Rey kalau mau cepat. "
" Ga mau, ini kan rahasia kita... Yo Mas, bantuin aku. " Amir memohon.
" Haha.. Ok, kayaknya ni punya cewek yaa ka? nemu dimana? ". Mahen melihat fisik ponsel nya, ada foto gadis berhijab dibingkai ponsel berwarna hijau tua itu.
Amir menceritakan awal mula ia menemukan ponsel itu pada adik iparnya. Sementara Mahen mendengarkan cerita ka Amir sembari tersenyum simpul, kakak iparnya ini seperti sedang gelisah mencari tahu tentang seorang wanita yang mungkin sudah mencuri perhatiannya.
" Maaasss!! Ya ampun, Ini dua orang... Masih aja begini daritadi, " teriak Uyut lagi pada keduanya saat ia kembali melintas kamar cicit mantunya itu.
" Ayo bersiap, Raden Panji Mahendra, mana istri mu? bentar lagi Sinuhun datang lho nanti kamu telat Mas. "
" Iya Uyut, ini aku mau bersiap dibantu Ka Amir. "
Keduanya pun bangkit dari duduk, lalu Amir membantu Mahen bersiap karena sebelum open house dimulai, adik iparnya itu akan mengikuti sebuah prosesi acara untuk menerima gelar kehormatan terlebih dahulu dari Kesultanan.
Semoga setelah acara selesai, Mas Panji bisa segera membuka handphone nya, kasihan gadis itu bila harus menunggu terlalu lama. Cemasnya dalam hati.
.
.
Notes :
Mahar bil ghoib : Mahar dengan membaca Al-Quran tanpa melihat mushaf.
Mban : Panggilan terhadap ART khas orang Jawa.
Sinuhun : Sulthan atau seseorang dengan kedudukan yang sangat tinggi.
Tetabuhan : Suara gending gamelan Jawa.
Eman : Sayang, dalam bahasa Jawa.
______________________
Mama ko jadi kangen sama Abang Mahen, hiks.. (lho)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Irkham Maulana
mantap kak,,,aku lagi hamil,niat ku kalo anakku cewek mau tak kasih nama aiswa Fajri,kalo laki laki Amirzain zaidi
2023-08-28
1
fa _azzahra
sama mam,bang mahen emang slalu ngangenin.di novel ini bny ikut nongol kah bang mahen?
2022-12-24
1
???
jd bingung mau milih aishwa atau almahyra y😅
2022-08-24
2