Mari Den, Non ...," ajak mbok Muti pada Adhisti dan Aditya. Adhisti dan Aditya saling pandang. saling melempar pertanyaan lewat tatapan masing-masing benarkah ini rumah yang akan mereka tinggali?
Adhisti dan Aditya masuk dan mengedarkan pandangan mereka. Mereka menatap horor sekaligus aneh pada rumah berukuran kecil itu. Adhisti kemudian melangkah melihat setiap ruangan yang ada didalam rumah tersebut. "Mbokkk!" teriak Adhisti ketika membuka sebuah kamar.
"Iya Non kenapa?" mbok Muti langusng sigap menghampiri Adhisti begitupun Aditya ia juga melangkah lebar menghampiri Adhisti.
"Mbok ... ini, ini kamarnya cuma satu mbok? Terus kamarnya juga se sempit ini mbok ini nggak salah mbok? Apa ini kamar mbok Muti?" Adhisti mencecar Mbok Muti dengan berbagai pertanyaan.
"Bukan Non ini kamar Non sama Aden, kalau si mbok nggak nginep Non, rumah si mbok deket dari sini Non, jadi Mbok akan datang pagi dan pulang sore dan setiap Sabtu dan Minggu si Mbok akan libur Non, Den," jelas mbok Muti penuh kesabaran. kemudian berlalu meninggalkan dua insan yang sedang merasa syok.
Sebelumnya mbok Muti sudah dijelaskan terlebih dahulu tentang siapa sebenarnya Adhisti dan Aditya begitu juga tentang karakter mereka dan juga status pernikahannya.
Namun mbok Muti diminta untuk merahasiakan status pernikahan Adhisti dan Aditya pada warga sekitar jika ada yang bertanya mbok Muti harus mengatakan jika Adhisti dan Aditya adalah kakak beradik.
Adhisti dan Aditya kembali tercengang dengan pernyataan mbok Muti. Artinya mereka akan tinggal di satu kamar, dan hanya berdua saja. Bahkan selama dua hari Sabtu dan Minggu mereka akan berdua saja dirumah. "Ahhhhkkkk! Tidakkkk!" teriak Adhisti masuk kedalam kamar dan membanting pintu dengan kasar hingga Aditya terlonjak kaget.
"Dasar cewe jadi-jadian!" teriak Aditya kesal.
"kalo kayak gini terus gue bisa mati kena serangan jantung berapa kali aja tuh bocah banting-banting bikin kaget." Aditya kembali bergumam sambil memegangi dadanya yang masih merasa kaget.
Brakk! Brak! Brak!"
Buka cewe jadi-jadian, gue juga butuh istirahat ini juga kamar gue!" bentak Aditya seraya menggebrak pintu kamarnya dan Adhisti kasar.
Pasalnya sudah dua jam lebih Adhisti mengunci diri di kamar mereka, sementara Aditya juga ingin beristirahat. Bagi Aditya persoalan mereka yang harus tidur satu kamar tak ia perdulikan. Masa bodoh dengan aturan-aturan yang kedua kakeknya berikan, yang terpenting baginya, ia masih memiliki fasilitas dan uang jajan yang lebih itu sudah membuatnya tenang dan merasa aman.
"Buka woi ... kalau lo nggak buka gue dobrak ya gue itung sampe tiga satu, dua, tig ...," Aditya tak melanjutkan ucapannya, ia kini terpaku menatap penampilan Adhisti yang terlihat sangat berbeda. Penampilan Adhisti yang mengenakan setelan baju tidur tanpa lengan bergambar Teddy bear dengan celana pendek di atas lutut yang memperlihatkan paha putih mulusnya.
"Apa si berisik banget!" ucap Adhisti sambil mengucek matanya yang masih terasa mengantuk. Aditya masih terbengong menatap Adhisti tak berkedip. Adhisti merasa ada yang tidak beres pada Aditya sontak mencubit perut Aditya.
Aditya terlonjak ketika merasakan perih dan nyeri di perutnya saat mendapat cubitan dari Adhisti. " Aauwww ... sakit Adhisti!" ucapnya sambil mengelus-elus perutnya. Cubitan Adhisti sungguh terasa seperti capit kepiting.
"Lagian bengong aja, ada apa!" jawab Adhisti santai dan kembali melengos masuk kembali ke kamar. Namun, belum sempat pintu kamar tertutup rapat Aditya sudah terlebih dahulu mencekal dan meringsek masuk kedalam kamar. Sontak membuat Adhisti terlonjak dan melotot tajam kearah Aditya.
"Apa? Ini bukan cuma kamar lo, ini juga kamar gue jadi jangan sok berkuasa ngerti bocil," ucap Aditya tersenyum samar.
"Ih nggak mau, gue nggak mau sekamar sama lo bisa-bisa ...." mengambang Adhisti begidik ngeri membayangkan jika ia harus tidur sekamar dengan cowo player seperti Aditya.
"Kalo lo nggak mau lo bisa tidur diluar!" ucap tegas Aditya.
"Ih lo aja sana tidur di ruang tamu gue cewe jadi gue yang lebih berhak atas kamar ini." Adhisti tak mau kalah ia menjatuhkan tubuhnya dan mendorong tubuh Aditya hingga terjungkal.
"Auww ... rese dasar lo cewe jadi-jadian" Aditya bangkit dan membalas Adhisti. Terjadilah dorong mendorong dengan posisi saling berbaring.
Aksi dorong mendorong terhenti ketika Aditya menarik tangan Adhisti yang hampir saja terjungkal. Aditya menarik kuat tangan Adhisti hingga jatuh kedalam pelukannya. Aditya dan Adhisti saling menatap dalam diam. Tampa sadar mereka saling mengagumi satu sama lain dan memuji dalam hati masing-masing.
'Cantik ...'
'Si player ganteng juga ishh mikir apa kamu Adisti'
Tok! Tok! Tok!
Non, Den, makanan nya sudah siap" panggil mbok Muti, membuyarkan lamunan Aditya dan Adhisti. Seketika mereka berdua tersadar dan langsung berdiri. Mereka berdua kompak berlari kearah kamar mandi dan masuk secara bersamaan.
"Eh ... kak Aditya ngapain? Keluar!"
"Eh kamu tuh ngapain ngikutin aku!"
"Gue dulu ...."
" Nggak Gue dulu ...."
"Ladies first ..."
"Ngada ladies-ladies san ..."
"Ish ... aaakkkkhhh ada kecoa" Adhisti melompat kedalam gendongan Aditya.
"Mana?" jawab Aditya celingukan sambil menggendong Adhisti seperti anak koala.
Aditya yang tak menemukan kecoa di dalam kamar mandi. Menyeringai seketika terlintas ide dalam benaknya. Aditya kali ini tak menyia-nyiakan kesempatan. Aditya yang masih menggendong Adhisti, keluar membawa Adhisti dan menjatuhkan tubuh Adhisti ke atas ranjang.
Semetara Aditya langsung berlari kencang ke kamar mandi meninggalkan Adhisti yang berteriak tak terima atas kekalahannya dalam perebutan kamar mandi.
Hari berganti hari kini Aditya dan Adhisti, sudah mulai menyesuaikan diri satu sama lain meski masih sering terjadi pertengkaran dan perselisihan. Tadinya Adhisti tetap kekeh tak ingin satu kamar. Namun, akhirnya gadis itu pasrah hanya saja Aditya tidak boleh tidur di ranjang yang sama. Alhasil Aditya harus membeli kasur lagi namun tanpa ranjang tentunya.
"Ini apa kak ?" ucap Adhisti saat berada di meja makan. Mereka berdua sedang menikmati sarapan, dan bersiap untuk pergi beraktifitas. Aditya ke kampus sedangkan Adhisti ke sekolah.
"Baca aja lah," jawab malas Aditya sambil terus memasukan nasi goreng me mulutnya.
"PEDOMAN MENJADI ISTRI YANG BAIK,
Melayani kebutuhan suami.
Tidak membantah perkataan suami.
3 Menghormati suami ... apaan si kak?" kesal Adhisti mulai membaca peraturan demi peraturan yang ada pada selembar kertas yang dikirim oleh sang kakek.
"Ya Lo baca aja lah ... heh" senyum jail tercetak jelas di wajah Aditya. Manakala melihat wajah kesal Adhisti.
"Eh kakak juga punya itu!" kesal Adhisti melihat senyum jail dari Aditya, ia menunjuk amplop yang ia yakini jika isinya pun sama seperti miliknya.
Aditya membuka amplop yang ditujukan untuknya dan benar saja jika isinya tentang peraturan-peraturan yang di tujukan untuknya. Pedoman Untuk menjadi suami yang baik.
"Gimana hem ... " kini giliran Adhisti yang tersenyum mengejek sambil menguyah makanannya. Raut wajah Aditya berubah masam membaca peraturan yang ada pada kertas yang sedang ia baca.
"Eh ... Non, Den ... itu kayaknya ketukar Den, Non " mbok Muti menghampiri pasangan muda itu dan menukar kertas yang di pegang oleh Adhisti dan Aditya.
"Nah gini Den, Non, ini buat Non, yang ini buat Den bagus," ucap wanita paruh baya itu sambil menukar kertas mereka.
Adhisti dan Aditya melongo tak percaya, apa maksudnya ini semua. Aditya lantas menghubungi sang mamah menanyakan apa maksud dari surat yang berisi tentang pedoman menjadi suami yang baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments