Semua siswi bersorak menyemangati dan memanggil nama Bayu. Namun, tidak dengan Adhisti gadis itu terlihat biasa saja. Adhisti tak seperti siswi yang lain yang begitu menggilai sosok Bayu Pradipta, yang seorang ketua OSIS sekligus kapten tim bola basket sekolah Tunas Harapan Bangsa."Dhisti ... " Panggil Bayu seraya memberi lambang love dengan jarinya."Weee ...." Adhisti hanya menjawab dengan menjulurkan lidahnya. Adhisti memang sudah terbiasa bersikap acuh dan konyol terhadap Bayu, itu karena Adhisti menganggap Bayu sebagai sahabat sama seperti Clara.Disela-sela keseriusan Adhisti menonton pertandingan basket tiba-tiba terdengar dering ponsel Adhisti. Adhisti menatap layar handphone nya yang tertera "Kakak Tampan"Detik berikutnya raut wajah Adhisti berubah kesal setelah ia mengetahui siapa pemilik id dengan nama Kakak Tampan."Hallo ada apa!" ucap Adhisti ketus."Eh ini anak ... orang tuh Assalammualaikum dulu kek main langsung bentak aja, dosa lo ma suami kek gitu." Geram Aditya pada sikap jutek Adhisti."Ya udah se ah ... lagi sekolah ni lagi belajar ada apaan si?""Belajar apa? Itu gue denger ribut-ribut gitu , jangan bohongin gue, lo pikir gue nggak pernah sekolah hah!""Ishhh gue lagi ada pelajaran olahraga ya udah si ada apaan?""Nanti pulang sekolah gue jemput kita disuruh ke rumah sama Mamah.""Iya udah gitu doang kan? Gue tutup bye." Tanpa menunggu jawaban dari Aditya, Adhisti memutus sambungan telepon begitu saja. Membuat Aditya menggeram kesal diseberang sana."Dasar cewek jadi-jadian seenaknya aja nutup telfon, istri durhaka lo." kesal Aditya berucap memaki pada handphonenya.Wajah kesal Aditya berubah senyum kala mengingat sisi manis Adhisti, meski sisi manis seorang Adhisti muncul saat dirinya tertidur.'Hahh istri, kecil gue hehhh' gumam Aditya tersenyum samar.
Aditya bak idol superstar ia menjadi pusat perhatian para gadis-gadis di SMA Tunas Harapan Bangsa. Sekolah yang harusnya sudah sepi karena sudah memasuki jam pulang sekolah namun, malah ramai karna kedatangan sosok Aditya. Terutama para siswi perempuan yang enggan meninggalkan area parkir dimana Aditya sedang berdiri disamping mobil Honda Civic dengan setelan jas non formal dan kacamata coklat membuat aura ketampanannya benar-benar menghipnotis setiap kaum hawa yang melihatnya.
"Bocah ini di mana si, nggak keluar-keluar lama banget." gerutu Aditya kesal, sambil terus mencoba menghubungi Adhisti.
Tut ... tut ... tut ... nihil beberapa kali Aditya menghubunginya tapi tetap tak ada jawaban dari Adhisti. "Akhh ... di mana si lo cewek jadi-jadian!" ucapnya sedikit meninggi, Aditya benar-benar sudah kesal dan bosan karena sudah dua puluh menit menunggu Adhisti.
"Ngapain teriak-teriak ... ihhh kakak kangen ya sama aku hem, hem," ucap Adhisti seraya menaik turunkan alisnya menggoda macan yang sedang dalam mode kesal.
"Ihhh bagus ya gue di bikin nunggu sama anak ingusan kayak lo," ucap Aditya sambil menjewer telinga Adhisti, kesal Karena harus dibuat menunggu."
"Auwww sakit kak lepas!" Adhisti mengaduh dan mencoba membebaskan telinganya oleh jeweran Aditya.
"Sukurin lagian dari mana aja si? Yang lain udah pada keluar juga, oh ... gue tahu lo mojok dulu, pacaran lo ya hah!"
"Ih fitnah aku tuh tadi ada rapat sama ketua OSIS perihal acara amal yang akan di selenggarakan oleh sekolah dalam rangka ulang tahun sekolah Tunas Harapan Bangsa, dasar player otaknya nggak jauh-jauh dari pacaran, mojok huhh." kesal Adhisti sambil membuka pintu mobil bagian depan kemudian masuk.
Aditya melongo mendapati lagi-lagi gadis itu seperti tak ada takutnya bicaranya selalu lantang padanya. Tinnnnnn .... " Hei kakak ayo jalan udah siang mau sampai kapan berdiri disitu dasar caper!" teriak Adhisti setelah membunyikan klakson panjang.
Aditya membuang nafasnya kasar seraya masuk kedalam mobil. Aditya mendekat kearah Adhisti begitu dekat hingga Adhisti menahan nafasnya degup jantungnya kembali berdebar kencang. "Stop kak, kakak mau apa hah jangan mesum sama aku ya." Adhisti mencubit dada Aditya yang sontak menghentikan kegiatannya kemudian meringis.
"Auwww ... sakit Dhisti, jangan cubit. Kamu tahu nggak si cubitan kamu itu kayak capitan kepiting panas perih Dhis ..." ucap Aditya dengan nada memelas.
"Habis kakak mau mesumin aku!" bentak Adhisti lagi pada Aditya.
"Otak lo itu ya, gue cuma mau pakein safety belt nih liat peringatan dari mobil gue," jelas Aditya sambil menunjuk layar kecil pada mobilnya.
Adhisti begitu malu hingga wajahnya berubah memerah. Ia ketahuan sudah salah paham pada Aditya. Lebih tepatnya ia terlalu GR pada sikap Aditya.
"Ya udah jalan ni udah aku pake," ujar Adhisti sambil memakai safety belt nya.
"Cuci lagi tuh otaknya, jangan Ampe kotor" Aditya tersenyum mengejek pada Adhisti karena salah mengira. 'Padahal klo sampai ciuman juga gak papa si heh ... itung-itung dapet undian berhadiah' gumam Aditya dalam hati.
"Kakak ih malah cengengesan, oh aku tahu pasti mikirin juga kan," ucap Adhisti menunjuk wajah Aditya.
"Eh gue cengengesan ngebayangin pacar gue bukan lo!" bohong Aditya.
Deg ... Adhisti tiba-tiba merasakan gejolak tak enak dalam hatinya mendengar penuturan Aditya perihal ia yang ternyata sudah memiliki pacar.
Adhisti mencoba tenang, ia harus tetap fokus pada tujuan awal. Adhisti sudah bertekad sejak awal ia akan menekan segala rasa yang pastinya akan datang. Adhisti tahu betul kemungkinan apa yang akan dialaminya saat ia menerima pernikahan ini. Sudah pasti perasaan dan rasa akan datang karena seringnya kebersamaan.
Adhisti tak ingin jumawa tentang perasaannya. Ia tak ingin suatu saat karena kesombongannya mengatakan tidak akan mencintai Aditya menjadi bomerang untuk dirinya sendiri. Saat ini Adhisti hanya perlu menjaga jarak sejauh mungkin menjaga hatinya agar tidak sampai goyah dan jatuh cinta pada pria sombong dan player seperti Aditya.
Mobil Aditya kini sudah sampai di halaman rumah mereka. Adhisti keluar dari mobil seraya membanting pintu mobil. Sontak Aditya terkejut dengan ulah Adhisti.
Sementara Adhisti bergegas pergi ke kamar mereka dan langsung mengunci pintu kamar. Adhisti menangis sesenggukan kala mengingat perkataan orang tuanya dan orang tua Aditya. Iya tadi Adhisti dan Aditya terlibat pembicaraan serius sehubungan dengan kelangsungan hubungan mereka.
Dengan entengnya kedua orangtuanya meminta Adhisti mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pendidikan nya keluar negeri. Kuliah di Oxford university adalah impian terbesarnya. Padahal kini Adhisti akan naik ke kelas tiga itu artinya satu tahun lagi impiannya akan terwujud.
Namun, gara-gara pernikahan laknat ini, impiannya harus ia kubur dalam-dalam. "Akhhhh ... ini nggak adil aku benci ayah, aku benci bunda, aku benci kakek, aku benci kalian semuaaaa ... Aaaaaaaa!" teriak Adhisti sekuat tenaga mengeluarkan segala sesak di dadanya.
"Hey ... Dhisti ... buka pintunya ngapain si? come on Dhis ... jangan kayak gini buka pintunya." Aditya mendadak menjadi panik saat mendengar teriakan dan tangisan Adhisti. Namun, Adhisti tetap tak bergeming ia tetap menangis sesenggukan dipojok ruangan.
"Dhisti! Kalo lo nggak mau buka biar gue dobrak pintunya, denger nggak hah!" ancam Aditya tak sabar karena Adhisti tak kunjung membuka pintu.
Brakk!
Akhirnya Aditya mendobrak pintu. Pandangannya langsung tertuju pada sosok gadis yang terisak terduduk memeluk lututnya dipojok ruangan. "Dhisti ...." Panggil Aditya lembut mendekat dan terduduk mensejajarkan tubuhnya guna melihat keadaan Adhisti.
Aditya memegang pundak Adhisti lembut. " Jangan seperti ini Dhisti ..." ucapannya lagi lirih.
"Huaaaa kakak ... ayah sama bunda jahat banget, mereka dengan tega menghancurkan impianku. Impian terbesarku kak ... Hiks ... hiks ...hiks ..." Adisti mendongak dan mengeluarkan segala kesedihannya pada Aditya. Entah apa yang ada dalam benak mereka berdua hingga mereka berdua yang bisanya seperti kucing dan tikus kini terlihat seperti dua orang yang saling perduli.
"Apa berkuliah di Oxford university adalah impian terbesarmu? Apa kakak boleh tahu apa alasannya kenapa kau ingin berkuliah disana?" tanya Aditya penasaran, pasalnya ada banyak universitas di luar negeri yang setara dengan Oxford university bahkan di Indonesia pun memiliki bebrapa universitas yang bagus.
"Iya tentu saja jika aku menjadi salah satu lulusan terbaik di universitas itu maka nama ku akan sangat di pertimbangkan, dan itu akan bagus untuk karier ku nanti."
"Emangnya lo mau ambil jurusan apa?"
"Gue pengen ambil jurusan fashion design," jawab Adhisti mantap.
"Ya ampun kalau lo mau ambil jurusan fashion design Paris lah kenapa harus di Oxford." ucap Aditya tersenyum mengejek.
"Ya karena ada Abang Syam di Amerika jadi aku pilih Oxford" ceplos Adhisti tak sadar.
"Siapa Syam?" Aditya terkejut mendengar Adhisti menyebut nama laki-laki, yang sepertinya sangat akrab dengan Adhisti.
"Udah ah," elak Adhisti seraya bangkit menuju kamar mandi.
"Eh ... udah baikan? Udah nggak nagis lagi hah!" teriak Aditya mengejek.
"Apa si dasar player kepo!" teriak Adhisti dari balik pintu kamar mandi. Adhisti langsung tersenyum cerah mengingat Abang angkatnya yang bernama Irsyam Mahesa. Ia adalah anak dari sahabat papah Arlan Tuan Michele putra Mahesa dan Nyonya Yuna. Irsyam adalah pewaris tunggal beberapa rumah sakit yang dinaungi oleh Mahesa group, dan saat ini dirinya sedang melanjutkan kuliah kedokterannya.
Menyelesaikan S2 nya di Oxford university. Papah Arlan mengangkat dan mengasuh Irsyam ketika ia berusia tujuh tahun. Saat orang tua Irsyam yang hendak pergi ke Paris guna menghadiri seminar tentang alat kesehatan yang baru saja diluncurkan oleh salah satu rumah sakit ternama di sana.
Mereka lantas menitipkan Irsyam kecil pada keluarga Tuan Arlan, karena kedua orang tua Irsyam tidak bisa membawa Irysam ikut dengan mereka. Seperti sebuah firasat sebelum berangkat Tuan Michele dan Nyonya Yuna meminta agar tuan Arlan merawat dan menjaga Irsyam. Hingga sebuah kabar mengejutkan, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan merenggut nyawa dua orang tua Irysam.
Sejak saat itulah, Irsyam dan Adhisti menjadi sangat dekat. Namun, saat Adhisti mengetahui jika sebenarnya ia dan Irsyam bukan kah saudara kandung. Saat itulah perasaan Adhisti berubah menjadi perasaan sayang dan cinta seorang wanita pada seorang pria. Hal itulah yang membuat kekhawatiran kakek Ricardo hingga ia memutuskan untuk menikahkan secepatnya Adhisti dengan Aditya.
Aditya terdiam mengingat ekspresi wajah Adhisti tadi. Ia menjadi begitu penasaran tentang sosok Irsyam yang sepertinya sangat disukai Adhisti. " Ah ... mikir apa si aku ini, bodoamat lah nggak penting" Aditya mencoba menepis pikiran-pikirannya tentang Adhisti.
🌻 To be continued 🌻
Hai renders tercinta jangan lupa dukung novelku ya dengan cara like, komen, hadiah dan vote nya ☺️
Happy reading and love you all my renders 🥰❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Jeni Safitri
😆😆😆 Dasar bocil" di nikahkan gini jadinya🤭
2022-06-05
2