Ini adalah pagi pertamanya di rumah Albi. Setelah sholat subuh Suci langsung pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Tak enak rasanya jika dia hanya berdiam diri di kamar.
Dia dapur sudah ada Nyonya Kinara yang sedang menyiapkan bahan-bahan masakan. "Selamat pagi Tante," sapa Suci.
"Eh, pagi sayang. Ada apa pagi-pagi sudah ke dapur?"
"Rencananya mau masak Tante."
"Kamu bisa masak?"
"Alhamdulillah, bisa walau sedikit."
"Ya sudah sini bantuin bikin Ayam lapis kesukaan Albi."
"Iya, Tante." Mereka memasak bersama-sama.
"Kamu bisa masak capcay? tanya Kinara.
"Bisa Tante," jawab Suci.
"Kamu keberatan gak kalau Tante minta tolong masakin capcay buat sarapan? Biar sehat, ada seratnya."
"Siap Tante! Gak mungkin saya keberatan." Suci segera menyiapkan bahan masakan. Dia mencuci kol, wortel, dan buncis. Lalu mengupas kentang, bawang merah, dan bawang putih, kemudian kentang, bawang merah dan bawang putih dicuci.
Suci memotong-motong sayuran yang sudah di cuci tadi. Kinara memperhatikan Suci yang memasak dengan cekatan dan terampil. Dia senang melihat Suci memotong sayuran dengan cepat.
Mereka memasak sambil mengobrol, setengah jam kemudian wangi masakan menyebar ke seluruh ruangan dapur.
"Tante, masakan sudah siap!"
"Wah, kelihatannya enak, wangi lagi, gak sabar Tante mau makan. Inem! Tolong siapkan semua di meja ya, sebentar lagi mereka turun."
"Iya Nyonya." Inem membawa masakan-masakan itu ke meja.
"Suci, kita mandi dulu yuk! Masa nanti yang lain sudah cantik dan wangi, kita masih kucel dan bau bawang." Kinara terkekeh.
"Iya Tante." Mereka bergegas ke kamar masing-masing untuk mandi.
***
Semua sudah berkumpul di meja makan. Suci pun ikut duduk bergabung. Kepala keluarga yaitu Aydan memimpin doa lalu mereka mulai makan.
Setiap istri menyiapkan makan untuk para suaminya. Sungguh terlihat keluarga yang harmonis. Mengingatkannya pada keluarganya.
Sebelum kejadian itu, dia juga merasakan hal yang sama di rumahnya. Kehangatan dan kebahagiaan. Semua berubah dalam sekejap karena tunangan adiknya.
Suci tersenyum getir. Dia mengamati mereka satu persatu. Tunggu dulu, Suci melihat ada yang janggal.
Amelia selalu tertangkap melirik ke arah Albi, bukankah itu mencurigakan? Suci terus mengamatinya dan tatapan mereka bertemu. "Khem!" Amelia berdehem, lalu dia memalingkan wajahnya kembali fokus menyantap sarapan.
"Suci, capcay nya lezatos. Sangat enak," puji Kinara.
"Terima kasih Tante." Suci tersenyum tulus.
"Oh, ini masakan kamu ya? Lumayan, ternyata kamu ada bakat juga ya. Baguslah bisa bantu-bantu masak selama kamu di sini."
Suci bukan orang bodoh dan tidak peka, dia paham kalau perkataan Nabila istri dari Albi adalah sindiran halus untuknya, agar dia tidak numpang gratis dan harus di bayar dengan tenaga.
Suci tersenyum, lalu berkata, " Dengan senang hati saya akan memasak setiap hari, karena itu hobby saya."
"Kalau begitu, Mami dan Inem tidak perlu masak. Biar Suci aja. Masakannya juga enak kok." Amelia menyambung
"Iya, bagaimana kalau kamu kerja aja jadi tukang masak di sini?"
"Bila!"
"Kenapa? Aku justru memberi dia lapangan pekerjaan, kan bagus ada penghasilan. Dari pada bengong diam di rumah."
"Setuju Kak, justru enak kerja di sini. Tempat gratis, makan gratis, digaji lagi." samber Amelia lagi.
"Kalian tidak boleh begitu! Suci adalah tamu di sini. Aku yang membawanya. Jadi bersikaplah yang sopan dan menghormati tamu."
"Perduli sekali kamu sama dia, ada hubungan apa di antara kalian?" Nabila memandang curiga pada Albi dan Suci. Albi memang tidak menceritakannya secara mendetail masalah Suci pada keluarganya.
Dia hanya mengatakan kalau dia menolong Suci yang ingin bunuh diri karena masalah keluarganya. Suci butuh tempat perlindungan sementara untuk menenangkan hatinya.
"Kami tidak ada hubungan apa-apa, Kak Albi ini hanya bersimpati dan menolongku. Tenang saja Kak. Aku juga tahu diri. Aku akan bekerja di sini."
"Tidak perlu Suci. Kamu jangan dengarkan mereka. Kamu adalah tamu bukan pembantu!" tegas Aydan.
"Tidak apa Om. Benar kata Kak Bila, aku memang butuh pekerjaan. Jika aku tamu, tidak enak berlama-lama menginap di sini, tapi kalau pergi aku bingung pergi ke mana. Jadi bukankah lebih baik kerja di sini. Tante, Om, mohon terima aku ya jadi koki kalian, please." pinta Suci.
"Baiklah sayang, Tante terima kamu bekerja di sini."
"Terima kasih banyak Tante."
Setelah sarapan, Albi dan Abi pun pergi ke kantor dengan mobil masing-masing. Kinara dan Aydan bersantai di ruang keluarga, sedangkan Amelia dan Nabila kembali ke kamar mereka.
Sebenarnya Kinara sudah mengajak Suci untuk bergabung di ruang keluarga. Namun, Suci lebih memilih untuk membereskan meja makan dan dapur bersama Inem.
"Non, udah biar Inem aja yang beresin."
"Jangan panggil Non. Panggil aja nama saya Suci."
"Jadi beneran Non, eh Suci mau jadi Koki di sini?"
"Iya, saya akan kerja di sini. Semoga kita bakal jadi teman baik ya."
"Ih, Non! Saya senang banget. Nanti saya bantuin deh masaknya. Eh iya saya nanti bikin tik tok masak-masak ya Non."
"Oke, siap kita bikin tik-tok masakan yang gampang tapi enak."
"Sip, Non."
"Suci."
"Gak ah, enakan Non!"
"Terserah deh." Suci terkekeh. Mereka bekerja sambil bercanda.
***
Suci sedang memasak untuk makan siang. "Suci, Tante sama Om, mau makan di luar sama teman. Kami tinggal dulu ya."
"Oh, iya Tante, hati-hati dijalan." Setelah Kinara pergi, Suci melanjutkan masaknya.
"Mana ada Koki manggil majikannya Tante, Om!" Datang Amelia menegur Suci.
"Kamu dengar tidak? Panggil mereka Nyonya dan Tuan!" Amelia marah karena Suci tidak meresponnya.
"Saya dengar," ucap Suci.
"Nyonya!" ucap Amelia.
"Nyonya," ucap Suci.
"Siapkan bekal makan dua kotak. Saya mau ke kantor suami saya." perintah Amelia.
"Iya, Nyonya." Suci menekankan kata Nyonya. Amelia tersenyum angkuh. Lalu dia kembali ke atas.
"Suci! Buatkan saya bekal makan siang satu." Datang lagi Nabila yang minta dibuatkan bekal juga.
"Iya, Nyonya."
"Bagus, kamu sudah paham tanpa harus saya ingatkan." ucapnya sinis dan berlalu.
"Sabar Suci, yang penting kamu ada tempat tinggal." Suci menguatkan dirinya sendiri dan tersenyum.
***
Semua orang pergi yang ada hanya para ART dan tukang kebun juga satpam. Dari pada makanannya mumbazir, Suci mengajak mereka makan bersama di belakang.
Mereka makan dengan lesehan di atas tikar, sambil berbicara hal-hal ringan suasana terasa hangat. Suci mendekatkan diri dan membaur dengan yang lain.
Sejenak Suci bisa melupakan kepedihannya. Dia tertawa lepas karena ikut Inem yang menonton Tik-Tok. Benar kata Albi dunia itu luas, kenapa dia harus bersedih karena hinaan orang-orang di sekitarnya.
Yang perlu dia lakukan hanya pergi mencari kehidupan yang baru. lingkungan baru yang lebih baik, di mana orang lain bisa menghargainya.
"Terimakasih Albi, telah menyelamatkan aku dari kematian." batin Suci.
***
Amelia pergi ke kantor suaminya membawakan makan siang. Namun dia lebih dulu mampir ke kantor Albi. Amelia berjalan dengan anggun. Dia masuk ke ruangan Albi tanpa mengetuk pintu, pada saat bersamaan sekretaris Albi akan keluar.
Sekretaris Albi menarik pintu sekencang mungkin, karena pintu itu memang besar dan berat.
Brak ...
"AAA!"
Musibah pun tak terelakkan lagi. Amelia ikut tertarik bersama pintu itu. Tubuhnya menabrak tubuh sekretaris Albi yang bernama Sinta.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Putri Cikal
wah ada yg selingkuh kah
2023-07-17
0
vhyra
sabar suci
2022-05-18
0
Vita Zhao
hm sabar suci kamu pasti kuat dg ujian kehidupan
2022-05-17
0