Namaku Maira

Namaku Maira

- Pesan singkat -

Desember 2019

Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore saat aku baru saja selesai menyusun laporan, dan mengumpulkan data untuk mengikuti tender di kementrian.

Aku memutuskan untuk melihat handphoneku, karena sedari tadi, aku pasang nada sunyi.

Ada sebuah pesan masuk dari instagram messanger milikku, aku pun membukanya.

"Apa kabar", bunyi pesan singkat tersebut.

Aku lalu membuka foto profilnya, dan langsung merasakan senyum tipis disudut bibirku.

Aku tidak bisa berbohong bahwa aku cukup terkejut dengan pesan tersebut, mungkin bukan pesannya, tapi siapa pengirimnya.

Aku memilih untuk mengabaikan pesan tersebut dan kembali ke pekerjaanku.

Setelah aku menyelesaikan pekerjaanku dan kembali memasang nada bunyi, aku mendengar kembali ada pesan masuk.

"Kok nggak di bales", tulisnya lagi.

Akupun meraih handphoneku, dan mulai mengetik balasan, tapi tak lama aku langsung menghapusnya.

***

September 2008

Aku di sibukkan dengan tumpukan baju yang ada di tempat tidurku.

Aku berusaha memilih baju yang cocok untuk hari spesialku di hari ini.

Aku kemudian memutuskan untuk memakai kemeja warna biru dan celana putih.

Perkenalkan namaku Maira, dan aku berusia 18 tahun.

Hari ini merupakan hari yang sudah aku tunggu semenjak dua bulan terakhir.

Hari pertama aku secara resmi menjadi Mahasiswi Fakultas Ekonomi di salah satu Universitas swasta di jogja.

Hari pertama aku menjadi anak kampus, aku di antar ke kampus, oleh kakakku satu-satunya, namanya Alan.

Kak alan sendiri merupakan Mahasiswa Ilmu komunikasi Universitas Gajahmada, atau dia biasa menyingkatnya fisikom UGM.

Tahun ini adalah tahun ketiga kak alan di UGM.

"Maira, buruan", teriak kak alan dari luar.

"Iya sebentar", jawabku dari dalam kamar.

Aku lalu bergegas sebelum kak alan menjadi tambah marah.

Aku singgah sebentar ke dapur begitu melihat wanita cantik, yang biasa ku sebut ibu sedang memotong sayuran.

Aku pun memeluknya, dan mencium tangannya lalu pamit untuk berangkat kuliah.

"Lama banget sih", ujar kak alan sambil menggerutu.

Aku tidak membalasnya, dan langsung duduk di belakang sepeda motor baru milikku, yang kak alan kendarai.

Aku masih belum mahir membawa motor ini, jadi untuk sementara kak alan yang akan mengantarku, dan menjemputku pergi ke kampus.

Begitu sampai di kampus, kampus sudah tampak ramai oleh lalu lalang mahasiswa yang kuliah di pagi hari.

"Maira", teriak suara perempuan dari kejauhan.

Ternyata adalah suara dita, teman satu groupku saat aku menjalani orientasi, aku lalu berlari ke arahnya.

"Kamu di kelas apa", tanya dita ketika aku sudah ada di dekatnya.

"Kelas D, kalau kamu", jawabku pada dita.

"Sama, aku juga kelas D", teriak dita kegirangan.

Aku lalu mengajak dita ke kelas pertama kami, yaitu kelas pengenalan ekonomi, yang letak kelasnya ada di lantai dua gedung tiga.

Begitu kita sampai di kelas, kelas sudah berisi kurang lebih dua puluh mahasiswa.

Aku dan dita kemudian mencari tempat duduk yang masih kosong.

"Hai, ini kursi kosong nggak ya", tanya perempuan yang baru datang, dan menyapa kami, tak lama setelah kami menemukan baris tempat duduk yang masih kosong.

"Kosong kok", jawabku, sambil mempersilahkan dia untuk duduk.

Gadis yang baru duduk tersebut langsung memperkenalkan diri, yang ternyata bernama ayu.

"Kenalin aku maira, ini temanku dita", ujarku, memperkenalkan diriku dan dita ke ayu.

kami lalu berjabat tangan sambil bertukar cerita tentang asal kami.

"Wo sini", teriak ayu begitu melihat cowok berambut keriting, dan lumayan cakep, terlihat masuk ke dalam kelas.

"Wo kenalin ini maira sama dita", ujar ayu memperkenalkan kami saat cowok tersebut sudah duduk disamping ayu.

"Bowo", ujarnya, kemudian dia menjabat tanganku dan dita.

"Kita dulu satu group saat ospek", ujar ayu.

Tak lama, dosen masuk ke kelas dan memulai membuka kuliah kelas pertama kami.

Kami dengan seksama mendengarkan penjelasan dari dosen, dan mencatat arahannya.

Begitu kelas usai, ayu menawarkan aku dan dita bergabung dengannya dan bowo, untuk pergi ke kantin kampus.

Aku dan dita setuju, kami lalu mengikuti ayu ke arah kantin.

Sejak itu, kami menjadi sangat dekat, hanya mereka bertigalah orang yang cukup dekat denganku selama aku di kampus.

*

Hari-hari di kampus berjalan dengan sangat cepat, tanpa terasa sudah memasuki akhir semester satu.

Kami baru saja menyelesaikan ujian pertengahan semester.

"Liburan mau kemana", tanya dita.

"Nggak tau nih, kamu mau kemana dit", jawabku, sambil kembali bertanya pada dita.

"Aku mau pulang ke semarang, mau ikut nggak", ajak dita.

"Boleh", teriakku antusias.

"Aku sama bowo ikut juga", ujar ayu.

Kami langsung membuat rencana perjalanan, dan persiapan.

Kami sepakat untuk berangkat dua hari lagi, transportasi kita adalah motor mio dita, dan honda beat milik bowo.

"Ra kalau kamu minjem mobil kakak kamu bisa nggak", tanya dita, saat kita baru keluar dari gedung, dan menuju ke arah parkiran.

"Capek tau naik motor jauh", ujar dita lagi.

"Siapa yang nyetir", tanyaku.

"Kak alan", jawab dita dengan senyum lebarnya.

"Mana mau dia", ujarku pada dita.

"Ayolah coba di omongin dulu", pinta dita.

"Iya deh", jawabku pasrah.

Kita pun berpisah arah setelah percakapan tersebut, karena aku langsung pulang ke rumah, dengan motor vario milikku, yang sudah mahir aku kendarai.

Jarak rumahku, dua puluh menit dari kampus, tidak jauh, tapi juga tidak dekat.

Dita, ayu dan bowo pulang ke kosan mereka, yang letaknya ada di belakang kampus.

*

Begitu sampai di rumah, aku langsung mencari kakak kesayanganku, yang aku temuin kalau ada butuhnya saja.

Aku mengetuk pintu kamarnya, tapi tidak ada jawaban.

Saat kubuka pintunya, sosok wanita yang biasa kupanggil ibu menepuk bahuku dari belakang.

"Lagi ke warnet orangnya, lagi online sama pacarnya yang di surabaya itu", ujar ibu padaku.

Aku langsung berjalan gontai ke arah dapur, kemudian mencari minuman favoritku di kulkas.

Senyum langsung menghiasi wajahku, saat aku menemukan stock teh pucuk harum yang cukup banyak di kulkas.

"Sampai jam berapa bu katanya", tanyaku sambil berjalan ke arah ibu yang sudah duduk di meja makan.

"Paling bentar lagi pulang", jawab ibu.

Tak lama, aku mendengar bunyi pagar dibuka, dan aku langsung berlari ke arah pintu keluar.

Aku melihat kak alan sedang berusaha membuka pintu pagar, aku lalu mendekat untuk membantunya.

"Mau apa", tanya kak alan dengan sedikit ketus padaku.

"Dih sama adiknya kok jahat", jawabku protes.

"Iya deh maaf, soalnya kalau kamu berbuat baik pasti ada udang dibaliknya", ujar kak alan.

Aku mengikuti kak alan yang berjalan masuk ke dalam rumah, kemudian dia mengucap salam, menghampiri ibu, dan mencium tangan ibu.

Dia lalu duduk di sofa di ruang tengah, dan menyalakan televisi.

Aku kemudian duduk disamping kak alan, dan menawarkan sebotol teh manis dingin yang sudah aku pegang sejak tadi.

"Kak rabu setirin ke semarang ya", pintaku ke kak alan, dengan berusaha terdengar semanis mungkin.

"Semarang", jawabnya sedikit kencang dengan tanda tanya di wajahnya, sambil melihat ke arahku.

"Dalam rangka apa", tanyanya lagi.

"Main ke rumah dita, liburan semester", jawabku, sambil tersenyum manis.

"Bukannya kamu udah janji untuk ke rumah uti ya liburan semester ini", ujar kak alan.

Aku kemudian teringat janji yang aku berikan ke uti minggu lalu.

"Ya ampun lupa kak", ujarku terkejut.

"Aduh gimana dong", ujarku lagi.

"Kalau janji harus di tepatin loh ra", ujar ibu.

"Tapi aku janji sama dita juga bu", jawabku pada ibu.

"Tapi kamu janji sama uti duluan", jawab kak alan.

Aku lalu menelvon dita untuk meminta maaf karena harus membatalkan janji kami.

***

Episodes
1 - Pesan singkat -
2 - Rumah Uti -
3 - Sahabatku -
4 - Teman Kampus -
5 - Awal Pertemuan -
6 - Masa Pengenalan -
7 - Pacar Baru Kiki -
8 - Akhir semester dua-
9 - Touring 2010 -
10 - Rasa yang merayap -
11 - Date Pertama -
12 - Ungkapan Dimas -
13 - Terlalu Cepat -
14 - Minggu terakhir liburan -
15 - Pertengkaran Pertama -
16 - Cinta yang semakin dalam -
17 - Hari lahir ku -
18 - Ketemu Mami Mita -
19 - Malam Di Bukit -
20 - Keluarga Dimas -
21 - Nia Sahabatku -
22 - Menghibur Nia -
23 - Cerita Nia -
24 - Kak alan putus -
25 - Date night -
26 - Nasehat Ibu -
27 - Toko Mami Mita -
28 - Minggu di solo -
29 - Rahasia Rani -
30 - Vila Dimas -
31 - Sentuhan Dimas -
32 - Undangan Pernikahan -
33 - Permintaan Dimas -
34 - Rasa Cemburu -
35 - Hari Kelulusan Dimas -
36 - Sebelum Badai -
37 - Pagi Waktu Solo -
38 - Zahra -
39 - Hati Dimas -
40 - Badai Pertama -
41 - Sebuah Kesempatan -
42 - Luka yang kuulangi -
43 - Badai yang bertahan -
44 - Berperang dengan rasa -
45 - Waktu yang enggan untuk membeku -
46 - Dari ada ketiada -
47 - Hidup yang harus di jalani -
48 - Hari Tenang -
49 - Harapan -
50 - Manisnya sebuah impian -
51 - Hari untuk kak alan dan rani -
52 - Perpisahan -
53 - Aku Pergi -
54 - Jakarta -
55 - Konsekuensi -
56 - Melepas rasa -
57 - Pulang ke jogja -
58 - Tahun berganti -
59 - Sosok Baru -
60 - Apa kabar -
61 - Dia kembali -
62 - Selalu untuknya -
63 - Namanya Rasya -
64 - Sikap manjanya -
65 - Arman pergi -
66 - Keputusan -
67 - Petaka pagi hari -
68 - Neraka dunia -
69 - Jalan keluar -
70 - Hati mia -
71 - Udara baru -
72 - Akhir dari cerita -
73 - Lembaran baru -
Episodes

Updated 73 Episodes

1
- Pesan singkat -
2
- Rumah Uti -
3
- Sahabatku -
4
- Teman Kampus -
5
- Awal Pertemuan -
6
- Masa Pengenalan -
7
- Pacar Baru Kiki -
8
- Akhir semester dua-
9
- Touring 2010 -
10
- Rasa yang merayap -
11
- Date Pertama -
12
- Ungkapan Dimas -
13
- Terlalu Cepat -
14
- Minggu terakhir liburan -
15
- Pertengkaran Pertama -
16
- Cinta yang semakin dalam -
17
- Hari lahir ku -
18
- Ketemu Mami Mita -
19
- Malam Di Bukit -
20
- Keluarga Dimas -
21
- Nia Sahabatku -
22
- Menghibur Nia -
23
- Cerita Nia -
24
- Kak alan putus -
25
- Date night -
26
- Nasehat Ibu -
27
- Toko Mami Mita -
28
- Minggu di solo -
29
- Rahasia Rani -
30
- Vila Dimas -
31
- Sentuhan Dimas -
32
- Undangan Pernikahan -
33
- Permintaan Dimas -
34
- Rasa Cemburu -
35
- Hari Kelulusan Dimas -
36
- Sebelum Badai -
37
- Pagi Waktu Solo -
38
- Zahra -
39
- Hati Dimas -
40
- Badai Pertama -
41
- Sebuah Kesempatan -
42
- Luka yang kuulangi -
43
- Badai yang bertahan -
44
- Berperang dengan rasa -
45
- Waktu yang enggan untuk membeku -
46
- Dari ada ketiada -
47
- Hidup yang harus di jalani -
48
- Hari Tenang -
49
- Harapan -
50
- Manisnya sebuah impian -
51
- Hari untuk kak alan dan rani -
52
- Perpisahan -
53
- Aku Pergi -
54
- Jakarta -
55
- Konsekuensi -
56
- Melepas rasa -
57
- Pulang ke jogja -
58
- Tahun berganti -
59
- Sosok Baru -
60
- Apa kabar -
61
- Dia kembali -
62
- Selalu untuknya -
63
- Namanya Rasya -
64
- Sikap manjanya -
65
- Arman pergi -
66
- Keputusan -
67
- Petaka pagi hari -
68
- Neraka dunia -
69
- Jalan keluar -
70
- Hati mia -
71
- Udara baru -
72
- Akhir dari cerita -
73
- Lembaran baru -

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!