Bab 1.2

Aku memutar bola mataku jengah. Aku pikir dia sudah pergi dari tadi tapi ternyata dia masih berdiri keras kepala di depan pintu kamarku. Menjengkelkan.

"Oh, aku butuh pelembab bibir untuk kesehatan bibirku." Kataku setelah memperhatikan bibir merah ku yang terlihat kering.

Aku lalu mengambil tas makeup yang ada di dalam tas sekolah ku. Mencari pelembab bibir kesukaan ku dan menerapkannya dengan hati-hati di kulit bibirku.

Hem, warna bibirku menjadi semakin cantik dan tidak kering lagi.

"Aku harus segera turun sebelum Nenek lampir itu berulah." Kataku sekali lagi memperhatikan penampilan cantikku di depan cermin.

Yah, aku tidak kekurangan apapun. Setelah dirasa cukup, aku kemudian keluar dari kamarku dan berjalan melewati anak tangga untuk turun ke bawah.

Nah, walaupun aku tidak mau mendengar ocehan Nenek lampir itu tapi aku tidak suka berjalan terburu-buru, apalagi hanya untuk Nenek lampir itu, aku tidak akan sudi.

Ketika aku masuk ke dalam ruang makan, orang pertama yang menyambut kehadiranku adalah wanita cantik dan tampak awet muda yang duduk di samping Ayah.

"Aish, ayo turun, Nak, dan segera sarapan. Kamu dan Aira tidak punya waktu lagi untuk bersantai-santai." Nah, ini adalah sindiran yang berbungkus kelembutan.

Aku perkenalkan kepada kalian semua siapa wanita sok baik di depan ku ini. Yah, dia adalah Nenek lampir yang ku maksud, wanita simpanan Ayah yang bersifat racun korosif, alasan Mamaku jatuh depresi 15 tahun yang lalu.

Huh, dia adalah Ibu tiri ku dan kalian pasti percaya bahwa kesan Ibu tiri selalu buruk. Benar, wanita ini juga sama. Dia memiliki sifat dan kesan buruk seorang Ibu tiri, tentu saja ini bukanlah berita yang mengejutkan.

"Aish, Ayah sudah ingatkan sebelumnya untuk bangun lebih pagi agar kamu tidak terlambat datang ke sekolah." Suara lembut Ayah semakin menambah rasa asam di hatiku.

Yah, lihatlah laki-laki bertopeng munafik ini. Dia adalah laki-laki yang telah menghancurkan kehidupan Mamaku, sayang sekali aku tidak bisa membencinya sekuat apapun aku mencoba. Bukankah ikatan darah ini sangat mengganggu?

"Ini baru jam 6.35 pagi, masih pagi, Ayah. Sekolah kami masuk jam 7.15 menit, kami masih punya waktu 40 menit lagi sampai gerbang sekolah ditutup." Kataku asal sambil menjangkau selembar roti tawar dan mengolesinya selai kacang kesukaan ku.

Sejujurnya aku sangat lapar karena semalam tidak sempat makan, sehingga makan roti tawar saja tidak cukup untuk menghilangkannya. Tapi ini lebih baik daripada aku harus makan masakan buatan Nenek lampir yang siapa tahu memiliki racun untukku hehe..

"Setiap kali Ayah ngomong kamu selalu mendebat dan membuat alasan, kenapa kamu sangat sulit untuk bersikap patuh kepada Ayah? Contoh adikmu Aira, dia selalu mendengarkan apa yang Ayah dan Bunda katakan tanpa berdebat seperti yang kamu lakukan." Ayah memulai ceramahnya lagi.

Ironisnya, lagi-lagi aku dibandingkan dengan Aira, gadis bermuka dua dan penjilat ulung. Dia sangat pandai bersikap baik di depan Ayah dan keluarga Ayah lainnya.

Aku lalu melirik Aira di sampingku. Dia menundukkan kepalanya menghadap piring untuk memakan sarapan di piringnya. Kain hitam panjang yang menjuntai dari balik jilbab sekolahnya benar-benar membuatku sangat muak.

Dia menggunakan cadar, yah...kalian tahu, kain tipis yang sengaja diikat di belakang kepala untuk menutupi sebagian besar wajah. Saat ini cadar sedang booming di kalangan para wanita muda. Orang-orang yang tidak terlalu taat beribadah secara mengejutkan berbondong-bondong mengubah penampilan, memborong semua warna dan bentuk cadar untuk mereka gunakan mengikuti trend kekinian.

Oh, betapa munafik nya mereka.

Aku pikir jika mereka benar-benar berniat menggunakan cadar untuk menutupi aurat, maka tidak seharusnya mereka mengumbarnya di media sosial, bukankah itu sama saja bohong?

"Dasar munafik." Desis ku tanpa menahan diri.

Aira sontak mengangkat kepalanya menatap ku, dia terlihat malu.

Aku tersenyum miring, kembali sibuk dengan roti tawar yang belum sempat aku gigit.

"Dimana susu Aish, dek?"

Aku menundukkan kepalaku tidak perduli dengan perhatian yang Ibu tiri ku buat. Di dalam hati aku bertanya-tanya sandiwara apa yang mereka buat hari ini.

"Aira lupa mengambilnya di dapur, Bunda." Suara manis Aira terdengar sangat menjijikkan ditelinga ku.

"Kalau begitu tolong ambilkan Kakak mu."

Kursi di samping ku berderit.

"Iya, Bunda-"

"Tidak perlu," Potong ku sambil mengambil gigitan besar roti tawar ku.

Lagipula aku tidak pernah menyukai susu lagi semenjak Mama pergi.

Aku ingin segera menyelesaikan sarapanku dan bergegas pergi ke sekolah. Terus-menerus berada di rumah ini rasanya sangat menyiksa. Aku selalu merasa jika tempat ini tidak pantas ku sebut sebagai rumah, melainkan hanya sebagai tempat persinggahan sementara.

Karena aku tidak memiliki tempat dan kedudukan di rumah ini.

"Tidak apa-apa, Kak. Minum susu sangat baik untuk kesehatan kita." Aira berucap lembut sebelum meninggalkan kursinya masuk ke dalam dapur untuk mengambil susuku.

Ugh, padahal aku sudah mengatakan tidak tapi anak ini masih saja keras kepala. Hanya untuk mendapatkan perhatian Ayah, kenapa dia perlu repot-repot bersikap sok lemah di depan ku?

Padahal dia sudah memiliki semuanya di rumah ini. Dia memiliki Ayah, perhatian Ayah, cinta Ayah, dan posisi yang sangat penting di hati Ayah.

Dia memiliki semuanya, tidak seperti diriku yang selalu salah di mata Ayah.

"Kak, ini susu Kakak." Dia masuk dengan segelas susu di tangan kanannya.

"Aku bilang aku tidak menginginkannya." Kataku tanpa meliriknya sedikitpun.

Aku jengah dengan perhatian sok baiknya dan aku bahkan semakin jengah melihat cadar hitam yang menutupi wajah munafik nya.

"Kak Aish harus minum karena Bunda sudah membuatnya-akh!"

Prank

Suara pecahan gelas terdengar begitu nyaring di dalam telingaku. Membeku, aku menatap tidak percaya pada seragam sekolah ku yang sudah basah karena tumpahan air susu. Ya, sebagian rok dan baju seragam sekolah ku basah karena air susu yang Aira bawa.

"Aira sangat ceroboh, lihat baju Kakak mu sekarang jadi kotor. Ayo minta maaf!" Ibu tiri ku buru-buru mendorong Aira ke depan ku.

"Aku...aku minta maaf, Kak. Aku tidak sengaja melakukannya." Dia mengulurkan tangannya ingin menyentuh seragam ku tapi segera ku tepis.

Kesabaran ku benar-benar sudah habis hanya untuk meladeni gadis munafik ini.

Tidak sengaja?

Orang gila mana yang akan berpikir jika dia tidak sengaja melakukannya! Tidak, dia benar-benar sengaja melakukannya!

"Kak Aish, aku minta maaf." Mohon nya kepadaku.

"Bukankah aku sudah bilang tidak ingin minum susu? Tapi kamu tidak mendengarkan ku dan mengatakan berbagai macam alasan untuk memaksaku! Lihat sekarang apa yang kamu lakukan! Kamu mengotori seragam sekolah ku, sialan!" Teriakku marah.

Roti tawar yang tadinya sangat menggugah selera makan ku kini terlihat sangat tidak sedap dipandang karena gadis munafik ini.

Kedua mata Aira memerah ketika menatapku. Tangannya saling meremat terlihat gugup. Sejujurnya, jika ini orang lain maka aku akan percaya bahwa dia pasti merasa bersalah, tapi sayangnya ini Aira, gadis berwajah dua yang sangat pandai bersandiwara.

Terpopuler

Comments

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Mungkin Aish jadi seperti ini karena dia merasa kecewa pada ayahnya yang menikah lagi secara diam2.
Wajar aja dia benci pada Aira dan mama tirinya.

2022-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!