Aish memutar bola matanya jengah. Hilang sudah rasa laparnya ketika kedatangan pengganggu yang lain. Pertama adalah si munafik dengan tingkah laku sok suci nya yang memuakkan dan yang kedua adalah si sok berkuasa yang mengandalkan kekayaan keluarganya untuk bertingkah.
Hehehe...hasil akhirnya tidak akan menguntungkan.
"Sadar diri? Hei, seharusnya dia yang sadar diri bukan gue. Kalau dia enggak cari-cari masalah duluan dan kalau dia enggak maksa gue ambil bekal 'sampah' itu, maka kantin pasti gak macet dan masih bersih!" Sungut Aish emosi karena tidak terima dianggap membuat masalah.
Namun, bisikan yang dia dengar dari kerumunan ternyata lebih memihak Aira daripada dirinya dan jujur, dia tidak terlalu terkejut karena sudah tahu bahwa hampir satu sekolah memihak Aira. Salah satu alasannya adalah karena dia memakai cadar selain juga cerdas. Hell, di mata orang-orang terkadang wanita yang menggunakan jilbab panjang atau bahkan sampai menggunakan cadar memiliki kesan yang sangat baik.
Sok alim banget luarnya tapi dalamnya tong kosong nyaring bunyinya, nol besar! Miskin akhlak!
Gadis itu memutar bola matanya, dia ingin mengatakan sesuatu lagi tapi lebih dulu dihentikan oleh Aish.
"Dira jangan suka membuang waktu, kasian teman-teman yang lain juga ingin makan. Uang keluarga mu memang bisa membeli kursi di sekolah ini tapi tidak dengan waktu. Mengerti?" Sindir Aish bernada malas.
Dira, wajah gadis itu berubah menjadi lebih tidak sedap dipandang. Ketenangannya benar-benar goyah dihadapan Aish. Namun, Aish tidak takut dan bahkan secara terang-terangan mencemooh perilaku Dira sekarang. Bersikap sok pahlawan seolah-olah sangat peduli dengan anak-anak sekolah, drama huh?!
"Kamu!" Teriak Dira mulai marah.
Aish tertawa. Tangan kanannya melambai meminta Dira untuk segera menyingkir dari hadapannya.
"Tidak ada waktu untuk melayani kamu. Aku adalah orang yang sangat sibuk." Ucap Aish malas.
Setelah mengatakan itu dia langsung keluar dari kantin dan berjalan ke arah taman belakang sekolah untuk menenangkan diri. Di belakangnya Gisel, Iyon, dan Aira mengejar tapi tidak dipedulikan oleh Aish.
Aneh, Iyon adalah kekasihnya dan sudah seharusnya dia merasakan perasaan gembira bila Iyon datang mengejar, tapi mengapa hatinya sama sekali tidak merasakannya?
Apa yang salah?
"Sayang, kamu mau kemana?" Iyon meraih tangan Aish tapi segera ditepis.
"Enyah!" Emosi Aish kesal.
Dia melirik Aira di belakang berdiri dengan Gisel, entahlah, dia merasa bila ini tidak benar. Tiba-tiba dia merasa jika ada sesuatu yang salah dengan mereka berdua.
"Okay, tahan. Jangan marah. Kamu harus makan sesuatu dulu untuk mengisi perutmu." Iyon berusaha berbicara dengan hati-hati agar tidak menyulut amarah Aish.
Aish memang masih lapar tapi dia sudah kehilangan minat untuk makan sejak berselisih dengan Aira dan Dira di kantin tadi.
"Aku enggak lapar dan aku ingin sendirian." Dalam artian Aish tidak ingin ditemani oleh siapapun termasuk Iyon.
Iyon kecewa. Dia ingin menolak tapi semua kata-katanya segera tertelan ketika melihat ekspresi dingin Aish.
"Baiklah, jika kamu butuh sesuatu langsung hubungi aku, okay?"
Selalu begini. Aish terkadang sangat menjengkelkan dan karena sifatnya itu, Iyon beberapa kali merasa jenuh menghadapinya. Padahal sebagai seorang laki-laki dia berharap Aish bisa lebih terbuka dan lebih menghargainya. Sama seperti sepasang kekasih diluar sana, dia juga ingin Aish berbagi segalanya.
"Hem. Aku pergi dan jangan ikuti aku lagi!" Kata Aish memperingatkan sambil berjalan menjauh dari Iyon.
Dia masih keras kepala membawa langkah kakinya ke taman belakang sekolah tanpa menoleh kebelakang sekalipun. Sadar atau tidak, sikap acuh tak acuh nya ini membuat Iyon semakin tidak puas. Entahlah, Aish juga tidak mengerti mengapa dia terkadang mengeraskan hati di depan Iyon dan bahkan mengabaikan keberadaannya.
"Aish mengabaikan kamu lagi?" Gisel dan Aira datang menghampiri Iyon.
Iyon terlihat lesu, dia tersenyum pahit kepada mereka. Tanpa mengatakan apapun dia membawa langkahnya berjalan melewati mereka berdua.
"Gisel, aku pikir Iyon butuh teman untuk bicara. Pergilah temani dia." Kata Aira penuh arti.
Gisel mengerti petunjuk Aira. Dia melihat punggung Iyon di depan sana dengan cahaya harapan di dalam matanya. Mengangguk ringan, dia lalu berlari kecil mengejar langkah Iyon. Setelah berada di sisinya, dia meringankan langkahnya agar bisa berdampingan dengan Iyon.
"Aish orangnya memang seperti itu. Dia sering bertindak egois dan mudah emosi jadi kamu harus banyak bersabar untuk menghadapinya." Kata Gisel lembut.
Iyon menggelengkan kepalanya tidak terlalu memikirkan implikasi yang Gisel tunjukkan. Karena pikirannya sekarang sudah berkelana memikirkan wajah jutek dan sikap egois Aish yang terkadang membuatnya resah namun juga tidak puas.
"Yah, dia adalah gadis yang menggemaskan. Jarang sekali bisa bertemu dengan gadis jual mahal seperti dirinya." Jawab Iyon mengenang.
Gisel tersenyum kecil, matanya menatap muram ekspresi tersenyum Iyon saat membicarakan Aish.
"Pulang sekolah nanti kamu mau enggak temenin aku ke toko buku?" Tanya Gisel langsung mengubah topik pembicaraan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Hm.... sepertinya Gisel suka sama Iyon. Kalau iya, kasian sekali Aish persis kejadiannya terulang kembali seperti mamanya.
Sama2 dikhianati sahabat sendiri.
2022-12-06
0
oh_nananana
Klo bener gisel menusuk aish juga dr belakang ga kebayang makin hancur hati aish
2022-06-03
0
lusi
selalu ada baru sandungan yaa , emng pertemanan ga ada yg tulus
2022-05-21
0