Aku tiba di depan sekolahku tepat 10 menit sebelum bel sekolah berbunyi. Di pintu gerbang sekolah sudah berdiri anak-anak OSIS lengkap dengan buku catatan kecil dan pulpen di tangan mereka.
Mereka bertugas mengawasi setiap siswa yang masuk ke sekolah dengan pakaian rapi atau tidak, memakai sepatu berwarna hitam dan kaos kaki putih panjang atau tidak, dan terakhir yang paling tidak tahu aturan yaitu mewarnai rambut atau tidak.
Mereka memang mengikuti aturan, menjalankan perintah sekolah, dan mendengarkan arahan guru. Tapi aku masih tidak menyukainya karena mereka berlagak sangat sok berkuasa di sini. Hanya karena mereka anak OSIS dan dipercaya mengawasi siswa, mereka tidak seharusnya bersikap berlebihan seperti mengatur-atur setiap siswa. Padahal mereka adalah junior dan aku adalah Kakak kelas mereka, jadi tidak seharusnya mereka bersikap kurang wajar di depan anak kelas 12, kan?
"Aish!" Panggilan keras dari belakang yang kemudian disusul oleh rasa sakit di pundak ku.
Aku menoleh ke belakang, melemparkan sang pelaku tatapan tajam mataku.
"Sakit, Gisel!" Kataku tidak suka.
Gisel tertawa cengengesan, dia memeluk pundak ku sambil menyeret ku ikut bersamanya masuk ke dalam sekolah.
"Eh, sorry sorry, Aish. Lu jangan ngambek dong, lagian pukulan tangan gue juga gak sakit. Kan gue sama rapuhnya dengan porselin kesayangan lu di rumah." Katanya meremehkan tenaga tangannya sendiri, bersikap sok rapuh bahkan sangat lancang menyamakan diri sendiri dengan barang kesayanganku.
Tidak tahu malu!
Aku memutar bola mataku jengah, pagi ini suasana hati ku sedang dalam keadaan buruk sejak perdebatan di rumah tadi dan ini semakin diperparah oleh kedatangan Gisel yang bersikap tidak tahu malu.
Ugh, dia sangat menyebalkan.
Yah, salahkan diriku sendiri yang memiliki teman 'sebaik' dirinya.
"Lepas." Kataku sambil menyingkirkan tangannya dari pundak ku.
"Lu kenapa sih?" Dia memepet jalanku.
Aku meliriknya agak jengkel,"Please, gue lagi bad mood jadi jangan tanya-tanya gue lagi." Kataku memperingatinya dengan serius.
Tapi Gisel emang orangnya kepo, dan sisi ini benar-benar telah membuatku muak karena dia tidak akan pernah berhenti bertanya sebelum aku menjawab semuanya.
Dia adalah teman yang tidak pengertian, huh.
"Eh, kok tumben. Lu berantem lagi sama Iyon, yah?"
Iyon?
Aku memutar bola mataku malas meladeninya.
Apa hubungannya dengan Iyon? Hubungan kami selalu baik-baik saja.
Tidak mau meladeninya lagi, aku kemudian berkata,
"Gue masuk ke kelas dulu yah, bye!" Setelah mengatakan itu aku langsung berlari masuk ke dalam kelas ku yang berjarak beberapa langkah lagi.
Aku berlari masuk ke dalam kelas, mengabaikan teriakan Gisel di belakang ku yang sudah pasti sedang mengejar ku di belakang.
...🌪️🌪️🌪️...
Suasana belajar berjalan sama seperti biasanya, membosankan. Sepanjang duduk di atas bangku, Aish memainkan pulpennya malas tanda mulai bosan. Dia ingin segera keluar dan memanjakan diri di kantin.
Kring
Bel sekolah berdering nyaring ke segala penjuru sekolah dan tak lama kemudian semua siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing menuju area kantin.
Aish adalah gadis yang jutek dan tidak suka banyak bicara sehingga dia hanya memiliki Gisel seorang di sisinya selama sekolah. Lagipula tidak ada yang mau menjalin pertemanan dengan biang onar sekolah.
"Aish~" Panggilan manja Gisel datang dari pintu masuk kantin.
Aish melihatnya dan segera mendengus tidak senang saat melihat Gisel datang tidak sendirian. Di samping kirinya ada Iyon dan Aira, gadis munafik yang telah lama membuatnya muak.
"Siang, sayang." Iyon langsung menghampiri Aish dan berdiri di sampingnya.
Berpura-pura merapikan rambut panjang Aish untuk mencari kesempatan.
Aish dalam suasana hati yang buruk jadi dia menepis tangan kekasihnya.
"Kenapa datang sama dia, sih?"
Iyon menggaruk kepalanya malu. Pasalnya dia tahu bila hubungan Aish dan Aira kurang baik. Oh astaga, bukan hanya dia saja yang tahu tapi hampir satu sekolah. Karena sebagian besar masalah yang Aish buat di sekolah bersangkutan dengan Aira.
"Bukan aku yang ngajak tapi Gisel, sumpah. Kalau gak percaya, tanya Gisel aja langsung."
Aish semakin tidak puas mendengar jawaban Iyon.
"Udah jangan cemberut gitu, dong. Kadar kecantikan kamu nanti berkurang lho." Iyon bercanda.
Sayang Aish sedang tidak mood meladeni. Jadi dia hanya mendengus sebelum memalingkan wajahnya ke depan, melihat antrian panjang yang semakin berkurang.
"Kak Aish!" Aira memanggil tapi Aish tidak mau menoleh.
"Kak Aish, aku bawa bekal dari Bunda." Kata Aira setelah berdiri di samping Aish.
Tapi Aish masih tidak mengatakan apa-apa ataupun melihatnya.
Suasana di antara mereka langsung menjadi canggung hanya karena kedatangan Aira. Gisel dan Iyon saling pandang terlihat tidak berdaya. Percuma saja berbicara karena faktanya Aish tidak akan mendengarkan.
Merasa malu, Aira menatap kotak bekal di tangannya tampak termenung memikirkan sesuatu. Diam menatap, ia lalu dengan hati-hati memberikan kotak bekal itu ke tangan Aish.
"Tolong maafkan aku, Kak Aish. Tadi pagi aku memang salah tapi aku sungguh tidak sengaja melakukannya jadi aku mohon Kakak memaafkan ku." Suara lembut Aira terdengar agak menyedihkan.
Oh, pertunjukan apa lagi yang ingin dibuat gadis sok alim ini? Batin Aish jengkel.
Namun Aish bergeming, berpura-pura tidak melihat keberadaan Aira dan menulikan telinganya.
"Kak Aish harus menerima bekal ini. Kalau enggak, Bunda akan marah sama Aira." Kata Aira lagi semakin menekan kotak bekal itu di tangan Aish.
Aish tidak tahan lagi, dia segera menepis kotak bekal itu hingga jatuh ke lantai dan mengejutkan banyak siswa. Segala macam hidangan lezat di dalam kotak jatuh mengenaskan di lantai, membuat beberapa orang menghela nafas karena sayang makanan sebaik itu menjadi sia-sia.
"Sayang!"
"Aish!"
Teriak Iyon dan Gisel bersamaan.
Satu masalah lagi dibuat oleh Aish.
"Sejak kapan gue sudi makan makanan Bunda lo?" Tanya Aish dingin.
"Astagfirullah, Kak Aish..." Kedua mata Aira memerah, dia ingin menangis tapi berusaha sekuat mungkin untuk tidak.
"Lo tahu kan tapi pura-pura gak tahu? Kalau enggak, maksud lo apa maksa-maksa gue ambil bekal Bunda lo?" Inilah yang Aish maksud berwajah dua.
Di rumah dia hampir tidak pernah menyentuh makanan buatan Ibu tirinya. Kebiasaan ini mulai ada semenjak dia mulai tahu dan mengerti penyebab kepergian Mamanya. Dia pikir selama makanan itu pernah disentuh oleh Mamanya maka makanan itu pasti mengandung racun dan Aish tidak akan pernah sudi untuk menyentuhnya.
"Aku hanya ingin menyampaikan amanah dari Bunda-"
"Alah, muna' lo!" Potong Aish gerah.
"Enggak Ibu enggak anak, pikirannya sama-sama picik. Kayaknya lo sama dia kok gak tenang banget yah liat gue santai dikit?"
"Aiyah, ada yang lagi marah nih." Dari kerumunan muncul gadis cantik dengan gaya sok nya, menatap Aish dengan tatapan merendahkan.
"Bukan urusan lo." Kata Aish jutek.
Gadis itu memutar bola matanya,"Bukan hanya urusan gue memang tapi urusan satu sekolah! gara-gara lo, kantin jadi macet dan kotor. Apa lo gak sadar diri?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Melihat sikap Aish yang seperti itu dan ndak tau sampai kapan dia bisa nerima kehadiran Aira dan mamanya baiknya Aira jaga jarak aja.
Daripada kena pelampiasan kemarahan Aish.
2022-12-06
0
Yulianti
lanjut Thor smngat
2022-04-26
0
نور✨
semangat terus up nya kka 🥰 semangat
2022-04-25
0