BAB 6

Ku ketuk pintu ruangan Radit, meskipun aku Putri pemilik perusahaan ini tak membuatku seenak jidat keluar masuk ruangan orangan orang lain.

Tok, tok

"Masuk" seru Radit dari dalam

Ku buka pintu, kulihat sosok Radit sedang duduk dengan setumpuk berkas yang ada di meja

"Hai Radit, sibuk nih" ucapku sambil melangkah menuju Radit

"Wah ternyata ada tamu Agung yang berkunjung kesini. Tumben-tumbenan kamu kesini Tar, ada angin apa nih? Oh iya silahkan duduk" ucap Radit sambil mempersilahkan ku duduk di sofa ruangan ini

"Main saja sih Dit, dah lama gak kesini. Kangen juga"

"Btw mau minum apa? Nanti ku suruh OB bikinin"

"Teh manis panas saja Dit"

Radit pu mengangguk, gegas ia memanggil OB untuk membuatkan minuman untukku.

"Bagaimana kabarmu? Sebenarnya ada apa? Tak seperti biasanya kau kesini. Bukankah kau paling malas kalau berurusan dengan namanya kanto"

Cih, dia masih saja ingat. Memang dari dulu aku paling malas pergi ke kantor, kalau tak dipaksa oleh ayah aku juga tidak ingin bekerja disini. Aku lebih suka menjalankan butik kepunyaan alm ibu. Tapi, ayah menolak keras keinginanku, katanya butik akan di hibahkan kepada adik Ibu di kampung. Sudahlah, aku tak punya pilihan selain mengikuti kemauan ayah.

"Emmm, Dit bagaimana keadaan perusahaan sekarang?"

"Ya seperti yang kau lihat. Masih baik, tapi ada beberapa hal yang mengganjal fikiranku Tar. Dan maaf, ini berkaitan dengan suamimu"

"Apa itu Dit? Katakan saja secara gamblang"

Belum sempat Radit berbicara, ketukan di pintu menghentikan obrolan kami. Seorang OB masuk dengan membawa nampan berisikan minuman dan beberapa camilan. Setelah OB itu pamit, kembali kami melanjutkan obrolan yang tertunda.

"Sebelumnya aku sekali lagi minta maaf, tapi jika ini terus dibiarkan akan beimbas pada perkembangan perusahaan. Sejak setahun kebelakang keuangan perusahaan banyak yang miss. Awalnya aku tak curiga, mungkin memang data di lapangan dan data di komputer ada selisih sedikit. Dan itu masih bisa tercover, namun semakin kesini data banyak yang tak sesuai. Kerugian terus dialami oleh perusahaan. Ya meskipun sekarang masih bisa tertutupi namun aku takut bila terus begini perusahaan tidak akan stabil" jelas Radit

Benar, seperti dugaanku. Sepertinya ini memang ada permainan curang. Dan siapa lagi dalangnya kalau bukan Mas Dimas dan Maya.

Akhirnya mau tak mau ku ceritakan apa yang sedang menimpaku dan rencana yang sedang dilakukan oleh Mas Dimas dan Maya. Ku perlihatkan bukti-bukti yang sudah ku kumpulkan. Bukan bermaksud ingin membuka aib rumah tanggaku, tapi ini sudah menyangkut perusahaan yang sudah susah payah ayahku bangun. Tak rela jika perusahaan ini dirusak oleh orang-orang munafik seperti mereka.

"Kurang ajar, pantas saja! Ternyata biang keladinya mereka berdua. Pasti akan mudah bagi Maya memanipulasi data, jabatan yang dia duduki pun sangat berpengaruh. Kau tau, dia adalah manager keuangan disini Tar"

"Sudah ku duga. Pantas saja dia dengan mudah memanipulasi dan mendapatkan persetujuan dari Mas Dimas selaku direktur operasional"

"Jadi, sekarang langkah apa yang akan kau lakukan Tari?"

"Untuk sekarang, aku masih mengumpulkan bukti-bukti kecurangan Mas Dimas. Aku butuh bantuanmu. Kau pantau semua pergerakan mereka. Sedangkan aku, akan mencari tahu dulu asal usul Maya. Dan mungkin tidak lama lagi aku akan kembali ke perusahaan ini"

"Good job Tari! Kita beri mereka pelajaran yang setimpal"

Setelah lumayan lama mengobrol dengan Radit, aku pamit untuk pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.15, tadinya Radit ingin mengajakku makan siang bersama. Namun ku tolak, aku sudah ada janji dengan Haris, perjalanan menuju cafe jingga membutuhkan waktu 30 menit dari perusahaan.

Gegas ku hampiri Mang Udin dan menyuruh dia mengantarkanku ke cafe jingga. Setelah sampai di cafe jingga, aku memilih meja dekat jendela. Lalu segera memesan minuman sambil menunggu Haris datang. Menunggu sekitar 10 menit, akhirnya Haris datang.

"Maaf, menunggu lama ya"

"No. Aku juga baru sampai, pesanlah makan dan minum. Aku yang traktir"

"Wes, siap nyonya bos" ucap Haris sambil cekikikan

Dasar Haris, dia memang selalu begitu. Memanggilku dengan sebutan nyonya bos

Sambil menunggu pesanan Haris datang, aku langsung menceritakan semua permasalahan ku. Semuanya, tak ada yang luput dari ceritaku.

"Wah gila, gila. Dasar laki gak ada akhlak itu si Dimas. Udah dapet berlian malah di sia-siain" ucap Dimas dengan geram

"Jadi, mau kau apakan ponsel si Dimas ini?"

"Sadaplah, aku ingin ponsel ini terhubung denganku. Ingin tahu kemanaa saja dia dan gundiknya pergi. Retas juga sosial media dia dan Maya. Mungkin itu akan berguna nantinya"

"Baiklah, itu perkara mudah. Ada lagi?"

"Sudah cukup untuk saat ini. Nanti jika aku butuh bantuanmu lagi, aku akan menghubungi kamu lagi"

Aku dan Haris pun menyantap pesanan yang sudah terhidang. Setelah ini aku akan pulang saja, kasian juga Adam jika ditinggal lama-lama.

Aku pun pamit pada Haris, setelah tadi Haris berhasil menyadap ponsel Mas Dimas dan meretas semua akun sosmed Mas Dimas dan gundiknya. Sekarang aku akan tahu kemana saja Mas Dimas pergi. Ku ucapkan terima kasih pada Haris, dan akan menghubungi kembali jika membutuhkan bantuannya.

Saat dalam mobil, gawaiku berdering. Ku lihat Sugeng mengirim pesan padaku, lumayan banyak juga. ku buka satu persatu. Wah ternyata ada yang sedang bersenang-senang. Baiklah Mas nikmati saja dulu. Sugeng mengirim lumayan banyak foto Mas Dimas dan Maya. Tapi ada satu pesan yang membuatku ingin tertawa terbahak-bahak.

Sugeng mengirimkan sebuah video, dimana disana memperlihatkan kegaduhan di sebuah pusat perbelanjaan. Disana terlihat Mas Dimas panik mencari dompetnya, terlihat muka Maya sudah merah padam menahan kesal dan malu. Belum lagi sorakan dari pengunjung lainnya membuat mereka terlihat tambah panik.

Lihatlah mas, apa yang bisa kau lakukan tanpa uang itu. Ini baru permulaan Mas, tunggulan kejutan lain dariku. Akan ku tendang kau ke tempat asalmu dulu, dan ku pastikan kau tak akan mendapatkan sepeser uang.

Setelah puas melihat foto dan video yang dikirimkan Sugeng, ada panggilan telfon dari ibu mertuaku. Ah ibu, aku sudah lama tak mengunjunginya. Rindu juga rasanya, nanti akan ku ajak Adam menemui neneknya tersebut.

Gegas ku angkat telfon tersebut.

"Assalamualaikum nduk" sapa ibu

"Waalaikumsalam ibu" jawabku

"Nduk, gimana kabar kalian disana. Ibu kangen sama Adam"

"Alhamdulillah kami sehat-sehat bu. Ibu sendiri bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, ibu, bapak dan Rara juga sehat nak. Kapan kalian main kesini, ibu kangen ingin ketemu sama cucu"

"Insha allah ya bu secepatnya. Nanti kami main ke rumah ibu"

"Baiklah, sehat-sehat kalian ya. Salam untuk Dimas dan Adam. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawabku.

Baiklah, nanti akhir pekan aku akan mengunjungi ibu. Memang sudah lumayan lama juga aku tak berkunjung ke rumah ibu, jarak antara rumahku dan ibu mertua tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam saja. Aku akan pergi berdua saja dengan Adam, karena sudah dipastikan Mas Dimas akan sibuk dengan gundiknya itu.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Truely Jm Manoppo

Truely Jm Manoppo

emang Dimas ya ... suami gak da akhlak

2024-05-28

2

✰͜͡🦚𓊈𝐙𝐚𝐢𝐧𝐚𝐛🍸𓊉

✰͜͡🦚𓊈𝐙𝐚𝐢𝐧𝐚𝐛🍸𓊉

Hahaha, mampus rasain kmu Dimas 🤣 aku ikut tertawa membayangkannya panik tidak ada uang 🤣

2023-08-09

0

Dewi Aska

Dewi Aska

ceritanya sat set nggak bertele tele aku suka

2022-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!