Waktu yang terus berputar tak akan bisa kembali di ulang. Tapi hatiku masih tetap sama, masih berlabuh di tempat yang salah. Entah sampai kapan aku akan terus tenggelam dalam rasa yang tak sepatutnya aku pertahankan.
Hatiku terus berkecamuk tak jelas. Semangat ku hilang entah kemana. Apa yang harus aku lakukan? Aku ingin kembali seperti dulu.
Maafkan aku, aku tidak bisa membuang perasaan ini. Semakin aku ingin menjauh, perasaan ini semakin mengikatku lebih kuat. Ingin sekali rasanya aku berlari, lari hingga aku tak bisa melihatnya lagi.
"Hey, melamun aja? Kenapa, sakit?" tanya seseorang yang berhasil membuatku terkejut. Aku tersenyum dan menggeleng. Clara, dia adalah temanku sejak SMP. Kebetulan dia mengambil jurusan yang sama denganku.
"Hmmm, aku kira kamu sakit." ucapnya sambil membuka buku catatan miliknya.
"Oh iya Ra, aku lihat kemarin Alan jalan bareng Jihan. Mereka udah jadian ya? Habis mesra banget."
Ces! Bagaikan ribuan jarum menusuk hatiku.
"Ah, sepertinya. Aku tidak terlalu tahu." ucapku berusaha untuk tetap tenang. Aku mengatur nafas perlahan.
"Tapi bukannya kalian sangat dekat ya? Tadinya aku kira kalian bakal jadian, padahal kalau di lihat-lihat kalian sangat cocok. Yah, kalau jodoh gak tahu juga ya?" ujar Clara. Aku terdiam, mulutku seakan terkunci rapat.
"Ra, kamu gak apa-apa kan?" Clara menyentuh tanganku. Aku langsung menggeleng. Jangan seperi ini Ara, wake up. Ayolah, dia sudah bahagia. Seharusnya kamu juga bahagia? Ck, aku harus melupakan semuanya.
"Aku gak apa-apa kok, dari dulu aku sama Alan hanya sahabatan kok. Sekarang dia udah nemuin orang yang cocok dengan dia, aku juga ikut bahagia." aku tersenyum dan mengelus tangan Clara. Bohong, kenapa aku harus berbohong seperti ini. Ya Allah, maafkan Ara.
"Ra, kamu beneran gak ada perasaan sama Alan. Kalian dari kecil selalu bersama, apa gak ada rasa-rasa gimana gitu?"
Ck, apa lagi ini? Kenapa anak ini sangat kepo sih. Dia tidak tahu apa hatiku seperti di aduk-aduk. Ya allah sakit sekali.
"Rasa apa? Rasa nano nano?" aku mencoba untuk bergurau.
"Ih Ara, aku serius." rengeknya. Bibirnya maju kedepan, mirip banget kayak bibir bebek. Ya ampun, dia sangat lucu.
"Hahaha...kamu kepo banget sih. Udah ah, aku mau belajar. Takut ada kuis." ucapku mengalihkan pembicaraan. Sudah cukup pembahasan tentangnya.
"Ah, Ara mah gitu." ucapnya kesal. Aku hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala.
Tak berapa lama dosen yang mengajar mata kuliah pun masuk. Aku sangat menyukainya. Dia sangat baik, lembut dan apa yang ia ajarkan selalu masuk ke kepalaku.
"Hari ini kita kuis."
Tuh kan benar dugaanku, untung saja aku selalu belajar dan mengulang pelajaran minggu lalu. Semua orang mulai sibuk membuka catatannya. Ada yang panik, ada yang terlihat santai seperti ku. Ada juga yang ribut karena lupa membawa catatan. Ini sangat menyenangkan. Kehidupan di kampus memang sangat jauh berbeda dengan di bangku sekolah. Semasa kuliah, jika kita ingin maju lebih depan. Maka kita harus mencari sendiri ilmu yang ingin kita dapat. Berbeda dengan di sekolah, semua akan di berikan oleh guru. Aku sangat menyukai masa-masa kuliah ini. Disini selalu mengajarkan kita untuk mandiri.
"Ara, kali ini kamu yang buat soal kuisnya. Silahkan." ucap dosenku yang berhasil membuat semua orang menatap ku. Semua orang memberikan tatapan memohon padaku. Hah, kenapa harus aku?
"Baik buk, terimakasih." ucapku. Semua mahasiswa masih setia menatapku. Hey, kalian kira aku sejahat itu apa? Aku tidak mungkin memberikan soal-soal yang sulit.
Aku mulai membacakan soal yang melintas di kepalaku. Semua orang sangat pokus mendengar pertanyaan yang aku lontarkan. Ada yang berdecak kesal, ada yang tersenyum lebar dan ada yang seperti orang bingung. Padahal, aku hanya memberikan soal yang minggu lalu dosenku ajarkan.
"Terimakasih Ara. Silahkan kalian kerjakan waktu hanya 2 menit. Ara sudah memberikan soal yang sangat mudah. Jangan sia-siakan itu." aku tersenyum dan menganggukkan kepala saat mendengar dosenku bicara. Ini soal yang aku buat, jadi sudah pasti aku tahu semua jawabannya.
Sudah aku katakan, aku sangat menyukai sistem belajar dari dosen yang satu ini. Setiap minggu ia selalu menggilir mahasiswa untuk membuat soal kuis sehingga semua mahasiswa bisa mendapatkan kesempatan untuk memiliki nilai yang bagus. Jika nanti aku menjadi seorang dosen, aku akan menerapkan sistem yang sama. Ini sangat unik.
Tak terasa. Waktu belajar pun sudah habis. Memang benar, jika sesuatu kita lakukan dengan hati yang ikhlas. Maka semua pekerjaan akan dengan mudah terselesaikan. Ku tutup buku catatan ku. Saat ini aku harus mengurus beberapa berkas. Aku ingin mengajukan riset ku lebih cepat. Target ku disini hanya 3 tahun, jadi aku akan memanfaatkan waktu satu tahun lagi disini.
Usia ku saat ini baru menginjak 19 tahun. Masih sangat muda bukan untuk mendapatkan gelar sarjana? Itu semua memang sudah aku rencanakan sejak lama. Aku menghabiskan waktu di sekolah menengah pertama hanya 2 tahun, dan begitu pun di SMA.
Aku, Alan dan Clara selalu bersaing dengan ketat. Dan hasilnya kami bertiga pun lulus dalam waktu bersamaan.
"Ra, nanti malam ada reunian sekolah. Kamu ikut kan?" tanya Clara saat kami berjalan menuju ruang dosen.
"Em, aku lihat dulu deh. Belum minta izin sama bunda dan papah." ucapku. Clara mengangguk. Lalu kami pun langsung masuk ke ruangan dosen. Hari ini aku ingin menyelesaikan proposalku.
"Ara!" panggil seseorang saat aku berjalan menuju parkiran. Aku melihat kebelakang. Ternyata Alan. Ada apa dia mencariku?
"Ada apa? Kenapa lari-lari sih?" tanyaku saat melihat Alan ngos-ngosan karena habis berlari.
"Malam ini kamu harus hadir di acara reunian sekolah." ucapnya dengan wajah berbinar.
"Memang nya ada apa? Kenapa aku harus hadir?" tanyaku penasaran.
"Pokoknya kamu harus hadir, nanti malam aku akan jemput kamu. Ok? Dandan yang cantik."
"Tapi...
"Tidak ada penolakan, aku akan jemput kamu nanti malam. By honey, aku akan menunggu mu." ucapnya yang langsung beranjak pergi. Tunggu! Tadi dia memanggilku apa? Honey? Ya ampun, apa maksudnya? Alan, kamu selalu membuat gundah hatiku. Aku sudah berusaha untuk menghidar darimu. Tapi kenapa kamu tarus mendekati aku? Bagaimana bisa aku melupakan kamu Alan, jika kamu selalu ada disampingku. Aku tidak bisa melakukan itu.
Aku berjalan dengan malas menuju mobilku. Pikiranku sangat kacau, hatiku seperti sedang diaaduk-aduk.
"Hantikan Ara, jangan pikirkan apapun." ucapku sambil menghidupkan mobil. Aku melajukan mobilku dan mulai meninggalkan kampus dengan hati yang kacau. Entah lah, aku tidak tahu sampai kapan ini akan terus berlanjut. Biarkan waktu yang menjawab semuanya. Aku pasrah dengan takdir yang akan Allah berikan.
***
"Em, bun, pah. Ara ingin meminta izin untuk pergi ke acara reunian di sekolah. Boleh kan?" tanyaku menatap kedua orang tuaku bergantian. Papah dan bunda pun saling melemparkan pandangan.
"Jam berapa?" tanya papah.
"Jam 8 pah, Ara akan pulang cepat kok." ucapku memberikan tatapan penuh harap pada papah.
"Jam 9 sudah harus dirumah." ucap papah tegas. Aku tersenyum bahagia.
"Terimakasih pah." ucapku dengan semangat. Bunda pun tersenyum dan merangkul pundakku.
"Tapi pah, Alan akan jemput Ara. Boleh kan?" tanyaku saat kembali mengingat ucapan Alan tadi siang. Papah menatapku lekat. Apa papah marah?
"Hmmm." papah mengangguk. Ah, aku kira papah akan marah. Aku tersenyum.
"Terimakasih pah, bun. Ara mencintai kalian." ucapku memeluk bunda dan menatap papah. Papah tersenyum. Lalu ia pun menepuk sofa disebelahnya. Aku mengerti, papah ingin aku duduk di sebelahnya. Aku pun menuruti keinginan papah.
Papah merangkul pundakku dengan erat. Ia memberikan kecupan hangat di keningku. Aku memejamkan mata untuk menikmati desiran hangat yang menjalar disetiap nadiku.
"Kamu sudah besar." ucap papah mengusap kepalaku. Aku tersenyum dan langsung memeluk papah.
"Ara sayang papah." ucapku memeluk papah semakin erat. Kehangatan ini. Kehangatan yang tak akan pernah aku dapatkan dari siapa pun.
"Papah dengar diruang dosen tadi, kamu sudah mulai mengurus riset kamu ya?" tanya papah menatapku penuh tanda tanya. Aku mengangguk antusias.
"Wah, papah semakin bangga sama anak papah yang satu ini. Bunda tahu? anak kita ini selalu menjadi buah bibir para dosen. Mereka mengatakan jika putri kita sangat cantik dan pintar. Papah bangga padamu." ujar papah kembali mengecup keningku.
"Ara kan anak papah dan bunda, makanya Ara pintar." ucapku sambil tertawa renyah. Bunda dan papah pun ikut tertawa. Lalu kami pun kembali melajutkan obrolan sekitar kualiah ku dan rencana riset yang akan aku lakukan. Mungkin mulai saat ini, aku akan selalu diskusi dengan papah. Kebetulan aku dan papah satu bidang, jadi sangat mudah untuk melakukan diskusi.
***
Aku melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 7.30. Sebentar lagi Alan pasti akan menjemputku.
Lalu tak lama aku mendengar suara pintu diketuk. Aku langsung berlari untuk membuka pintu. Azka. Adikku sudah berdiri disana sambil menatapku dari ujung kepala hingga kaki. Apa aku jelek?
"Sudah cantik." ucapnya datar. Lihat! Bahkan dia selalu tahu apa yang aku pikirkan.
"Papah dan bunda minta kakak untuk turun. Ada tamu dibawah." ucapnya. Aku mengernyit bingung. Siapa tamu yang datang malam-malam? Apa Alan?
"Ok, kakak akan langsung turun." ucapku. Adikku hanya mengangguk dan melenggang pergi menuju kamarnya. Aku kembali masuk kekamar untuk mengambil handbag. Lalu aku pun langsung turun untuk melihat siapa yang bertamu.
Sesampainya di ruang tamu. Aku sangat terkejut. Siapa mereka? Ada tiga orang yang tengah duduk di hadapan papah dan bunda. Dua orang itu sepertinya orang tua dari pria yang duduk di bagian tengah. Tapi siapa mereka?
Tap! Mata kami pun bertemu. Aku sangat terkejut, aku langsung menunduk.
"Ara, duduk disini." ucap papah. Aku mengangguk dan duduk di sebelah bunda. Tak ada pembicaraan diantara kami. Aku melihat bunda dan papah yang memasang wajah tegang. Bunda juga memegang tangan papah dengan erat. Ada apa ini? Siapa mereka sebenarnya?
"Maaf sebelumnya kami mengganggu waktu kalian. Kami tidak ingin berlama-lama. Maksud kedatangan kami kesini adalah untuk melamar putri anda untuk putra kami."
Deg! Apa maksudnya? Melamar? Ya Allah ada apa ini? Bahkan aku sama sekali tidak mengenal pria ini. Aku menatap papah dan bunda bergantian.
"Jadi bagaimana tanggapan bapak?"
Aku menatap papah lekat. Semoga papah tidak menerima lamaran ini. Aku belum siap. Ditambah lagi, aku tidak tahu siapa pria ini.
"Sebelumnya saya minta maaf. Saya menghargai niat baik kalian untuk melamar putri saya. Tapi... " papah menggantung ucapannya.
"Tapi putri saya..."
"Assalamualaikum." seseorang mengucapkan salam sehingga memotong ucapan papah.
"Wa'alaikumusalam." jawab kami bersamaan. Aku melihat Alan seperti orang bingung. Aku tahu, dia pasti sangat terkejut.
"Ah, putriku sudah memiliki calon suami. Dia adalah calon menantuku." ujar papah bangun dari duduknya. Ia bejalan mendekati Alan. Aku bisa melihat Alan masih kebingungan. Aku juga sangat terkejut saat papah mengucapkan hal yang tak masuk akal.
"Papah.." aku hendak bicara, namun papah langsung mengangkat tanganya, mengisyaratkan agar aku diam.
"Mereka akan melangsungkan pernikahan bulan depan. Jadi sekali lagi saya minta maaf. Kami tidak mungkin menerima lamaran kalian, karena putri kami sudah memiliki calon suami."
Aku semakin bingung dengan maksud papah. Kenapa papah harus berbohong?
"Ah, tak jadi masalah. Kami kira putri anda belum dipinang. Tapi ternyata dia sudah memiliki calon suami. Terima kasih sudah menerima kami dengan baik. Sepertinya kami harus pamit, tidak ingin mengganggu waktu kalian." ujar pria paruh baya itu tersenyum lebar. Aku melihat bunda menatap wanita paruh baya itu lekat. Apa mereka saling mengenal? Kenapa jadi membingungkan seperti ini sih? Papah juga, kenapa bawa-bawa Alan dalam masalah serius ini?
"Kalau begitu kami pamit. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumusalam."
Mereka pun langsung beranjak pergi. Namun pria itu menatapku. Aku kembali menunduk. Hingga akhirnya mereka benar-benar pergi.
"Besok bawa kedua orang tuamu kamari." ucap papah menepuk pundak Alan. Lalu papah pun langsung beranjak pergi. Begitu pun dengan bunda. Alan masih diam ditempatnya. Kami pun terdiam. Aku bingung harus bicara apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲
gercep juga kak' author sat set , agak laen emang 🤭😁
2024-06-24
0
Dilah Mutezz
itu pastii anaknya hilda...
2021-12-04
0
Ainisha_Shanti
wow amazing
2021-11-04
1