"Lo masih sempet bahagia? setelah kejadian kemarin??"
Tanya Dinda yang heran pada Lisa, mengapa dia masih dapat tersenyum setelah kejadian itu. Lisa yang mendengar nya, menoleh. Lalu berjalan ke arah Dinda, dan duduk di hadapannya.
"Huft.. aku juga gak pernah mau itu terjadi.. tapi.. setelah aku berpikir kembali.. aku bisa segera menikah dengan tunanganku jika begitu.."
Jawab Lisa yang membuat Dinda kembali bertanya padanya.
"Kenapa? emang apa susahnya? bukannya lo bisa nikah dulu sama dia terus hamil kan? gausah ngelakuin itu sama orang lain? emangnya tunangan lo mandul ya?"
Tanya Dinda berturut-turut. embuat Lisa lebih lama untuk mencerna apa yang dia katakan, hingga dia menjawab..
"Karna tunanganku tidak mencintaiku.. karna itu aku ingin.. aku bisa hamil dan mengakui jika janin tersebut adalah anaknya.. sebelum itu.. aku juga akan menjebaknya terlebih dahulu.."
Dia menjawabnya pertanyaan berturut Dinda dalam satu jawaban, 'tunanganku tidak mencintaiku', dan Dinda mengangguk mengerti mendengar jawaban Lisa.
"Hehh.. kalau gitu kenapa gak lo tinggalin aja..? dan lo perhatiin dia.. apa dia merasa kehilangan lo atau enggak..?"
Ucap Dinda memberi saran.
"Tapi.. aku takut dia nyaman gak ada aku.. aku takut dia beralih hati.."
Jawab Lisa.
"Lo gak akan pernah tau apa yang dirasakan oranga lain kalau lo cuma diem aja dan cuma nebak-nebak dalam hati lo.."
Ucap Dinda lagi.
"Jika dia benar-benar nyaman dengan wanita itu, apa yang akan aku lakukan?"
Tanya Lisa, merasa tidak yakin dengan saran yang Dinda berikan.
"Yaudah.. lo jebak dia aja apa susahnya sih??"
"Jika dia tidak mau bertanggung jawab??"
Tanya Lisa lagi.
"Ckk.. cekik lehernya, tusuk perutnya, terus buang mayatnya ke jurang.. beres kan? dan dia gak bakalan bisa sama cewe lain, selain sama lo.. karna dia akan terus ngikutin lo kemana pun, alias hantuin lo.."
"Lalu bagaimana dengan anak yang aku kandung??"
"Huft.. bunuh diri aja.. nah nanti anaknya jadi tuyul, emaknya kunti, bapaknya pocong.. udah kan??"
Ucap Dinda frustasi, dia beranjak dari duduknya berniat pulang. Meninggalkan Lisa yang tengah terdiam.
♡♡♡
Dinda masih berjalan di sekitar taman, dia tidak mau lagi bertemu dengan gadis itu.
"Brruukkk..
Entah dia yang tak memperhatikan jalanan, atau pengendara itu yang tidak fokus pada jalanan. Namun, yang jelas Dinda terjatuh karna pengguna motor itu.
Refleks Dinda meringis menahan sakit di kakinya, kaki kanan di bagian betisnya terluka, entah terkena apa.
"Ehh.. kamu gak papa..??"
Tanya seorang pria yang tadi menabraknya. Dinda yang sedang melihat luka di kakinya mendongak, melihat siapa pria itu.
"Lo tuh bisa fokus gak sih kalo lagi kendarain kendaraan!!!.. lo liat kan kaki gue..!!???"
Sentak Dinda marah, membuat pria itu sedikit kaget.
"Benarkah..?? apa kau perlu pergi ke dokter??"
Tanya pria itu, dia menaikkan kedua alisnya melihat luka di betis Dinda yang terus mengeluarkan darah.
"Gak usah.. udah deh lo pergi sana!!"
Sentak Dinda lagi, ketika hendak pria itu kembali menjawab, Zee datang dengan berlarian ke arah Dinda, dia takut nonanya terluka.
"Nona.. apa anda baik-baik saja..!!???"
Tanya Zee setengah berteriak karna kaget melihat betis Dinda yang terluka.
"Nona kaki anda harus segera diobati!!.. jika tidak lukanya akan semakin membesar!!.."
Ucap Zee masih saja khawatir, sedangkan Dinda dan pria itu hanya diam menatapnya.
"Nona anda harus segera pulang.."
Kali ini dia berbicara setelah menenangkan rasa khawatirnya. Dinda hanya mengangguk menurut pada Zee. dengan segera Zee mengambil handphone-nya dan menelepon supir.
Tak butuh waktu lama, rumahnya di dekat sana jadi supir itu datang lebih cepat. Dengan hati-hati Zee membantu Dinda masuk ke dalam mobil.
Sedangkan pria itu hanya diam dan menatap mobil yang telah menjauh, dia tak menyadari sejak tadi dirinya menyungingkan senyuman.
"Woyy broo.. ngapain lo disini? ayok balik ke sana.."
Ucap teman pria itu sembari menepuk pundaknya, membuat pria itu kaget.
"Wehh.. sejak kapan lo disini?"
Tanya pria itu pada temannya.
"Ahh.. ck.. udahlah mending balik ke sana.. ngapain juga lo disini? gue kira lo kecelakaan tadi.."
"Sialan lo.."
Setelah itu mereka kembali, em.. entah kemana.
♡♡♡
Dinda sedang duduk di sofa ruang keluarga, dengan kaki kananya yang dinaikkan ke atas meja agar Zee lebih mudah untuk mengobatinya.
Dinda tak sedikit pun mengeluarkan suara saat Zee mengobatinya, dia terlalu fokus ke leptop dihadapannya.
"Kim Ming Seok.."
Gumam Dinda ketika dia melihat data seseorang di leptop nya yang dia cari sejak tadi. Zee menoleh.
"Ada apa nona..?"
Tanya Zee yang dijawab hanya dengan gelengan kecil, matanya tak teralihkan dari data tersebut.
'Kim Ming Seok.. salah satu pewaris harta dari sepuluh keluarga legendaris, keluarga Kim menempati posisi ke delapan dalam urutan. Dia berusia dua puluh dua tahun, dan terkenal sebagai play boy di mana pun. Hanya itulah data yang kami ketahui, tak sekali pun orang mengetahui data lain dirinya.'
Batin Dinda membaca data tersebut, Dinda mengerutkan alis nya, 'hehh.. gue jadi penasaran sama dia..' batin Dinda tertarik ingin mengetahui lebih dalam tentang Ming-Seok.
"Nona apa perlu saya antar anda ke kamar..?"
Tanya Zee yang seketika memecah lamunan Dinda, dan dia hanya mengangguk mengiyakan. Lalu dengan perlahan Zee menopangnya menuju kamar.
♡♡♡
"Makasih ya kak.."
Ucap Dinda pada Zee, Zee tersenyum.
"Tidak apa nona.. ini sudah kewajiban saya.."
Balasanya.
"Apa ada yang bisa saya bantu nona..?"
Tanya Zee pada Dinda, Dinda menoleh.
"Emm.. kak Zee udah daftarin Dinda ke sekolahan di sini kan?"
Tanya Dinda.
"Sudah nona, saya sudah mengurus semuanya, dan besok anda akan masuk sekolah untuk hari pertama anda.."
Jawab Zee menjelaskan, Dinda mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
"Besok Dinda pergi sama kak Zee dong?"
Tanya Dinda lagi.
"Jika anda mau saya akan mengantar anda ke sekolah nona.."
Jawab Zee menawarkannya.
"Oh.. gak usah deh.. besok Dinda pergi sendiri aja pake motor.."
Balas Dinda cepat, sudah lama dia tidak menaiki motornya.
"Ahh.. sepertinya saya lupa.. nona.. anda tidak di bolehkan untuk pergi sendiri dalam keadaan seperti ini, jadi saya akan mengantar anda.. kaki kanan anda masih belum pulih nona.."
Ucap Zee mencoba membujuk, pasalnya si gadis cantik itu sangat keras kepala.
"Gak Dinda mau pergi sendiri.."
Jawab Dinda kekeh. Zee menghela nafas pelan, lalu kembali berbicara..
"Nona..? bagaimana jika anda di antar supir?"
"Gak.."
Jawab Dinda tetap pada jawaban yang sebelumnya.
"Dinda pergi sendiri aja.. kak.."
Zee menghela nafas pelan, apa yang bisa dia lakukan?
"Baiklah.. nona anda beristirahatlah dengan baik.."
"Kak Zee juga istirahat.."
Ucap Dinda, Zee tersenyum dan mengangguk.
♡♡♡
Dinda sedang bersiap di kamarnya, dia memakaikan jas biru di tubuhnya. Lalu dia berdiri dihadapan cermin, menatap dirinya dari pantulan cermin.
"Huftt.."
Dinda menghela nafasnya panjang,'semoga di sini tempat yang lebih baik buat gue..' batinnya berharap ini adalah keputusan yang memang lebih baik untuk dirinya.
Lalu dia mengambil tasnya yang berada di tepi ranjang, dan keluar kamar menuju ruang makan untuk sarapan.
♡♡♡
Zee sudah menata hidangan di atas meja panjang itu dengan rapi, Dinda perlahan berjalan mendekati dirinya dan duduk di salah satu kursi, Zee hanya menatap Dinda yang tengah menyantap sarapannya dengan tatapan khawatir.
"Kak.. Dinda udah gak apa-apa kok.. tenang aja.."
Ucap Dinda santai, Zee menghela nafasnya pelan kemudian menjawab.
"Saya harap anda juga akan baik-baik saja di sana nona.."
Ucap Zee, dan Dinda hanya mengangguk berharap sama.
♡♡♡
Selesai sarapan Dinda pergi ke bagasi di mana motor Ninja miliknya berada. Dia mengeluarkan motornya dari bagasi, dan memarkirkannya sejenak untuk memakai sarung tangan.
Zee menyodorkan helm full face miliknya, Dinda menoleh, sebelum mengambil helm itu dia menaiki motornya terlebih dahulu. Lalu mengambil dan memakainya, setelah itu dengan kecepatan tinggi dia pergi menuju sekolah barunya.
♡♡♡
Dinda membuka helm full face nya, dan menyibakkan rambut. Semua mata tertuju padanya saat dia mulai memasuki gerbang sekolah, bahkan ada yang memfoto dirinya. Namun, tak sedikit pun dia peduli pada hal itu, dengan santai turun dari motor besarnya.
Dinda berjalan perlahan sembari melihat handphone, tapi dia menutup handphon-nya dengan rasa kesal ketika mendengar siswi-siswi lain membicarakannya.
♡♡♡
Dinda berjalan di koridor sekolah, terus berjalan dan berniat mencari ruang kepala sekolah. Di sepanjang koridor Dinda hanya berjalan sendiri, karna bel sudah berbunyi, dia tidak sempat bertanya dapa siswi-siswi di sana. Namun langkahnya terhenti, bahkan mundur dua langkah ke belakang saat dia sedang melihat handphone-nya.
"Brruuukkk..
"Hehh..!! mau kemana lagi lo..!!??"
Teriak seseorang kepada dua gadis yang menabrak Dinda, dia osis di sekolah ini. Kedua gadis itu tak sengaja menabrak Dinda saat mereka di kejar osis itu karna lagi-lagi terlambat datang.
"Aduhhh!!..."
pekik satu gadis berambut pirang.
"Ckk!!.. woy lo tuh bisa lari gak sih!!.. pake berhenti mendadak!!.."
Gadis berambut coklat itu mengomel pada si pirang yang masih mengaduh sambil memegangi jidatnya.
Dinda juga memegangi jidatnya yang terbentur dengan jidat si gadis pirang, lalu melihat mereka berdua, osis itu masih jauh dan hendak berlari ke arah mereka, namun kedua gadis itu berlari dan kabur dari sana. Sedangkan osis itu mendekat ke arah Dinda dengan berlari.
"Ahh.. sialan emang!!.."
Umpat si osis kesal. Lalu melihat ke arah Dinda.
"Kenapa lo masih di sini?"
Tanya osis itu galak.
"Anak baru.. boleh numpang nanya gak?"
Jawab Dinda dengan balik bertanya di akhir kalimatnya.
"Apaan?"
Jawabnya ketus.
"Ruang kepala sekolah di mana?"
Tanya Dinda. Lalu osis itu menunjuk ke arah ruang kepala sekolah yang tak jauh dari sana.
"Makasih ya.."
Ucap Dinda hendak pergi ke ruangan itu, tapi si osis menghentikannya.
"Eh.. tunggu, lo kelas berapa?"
Tanya osis itu.
"Kelas satu.."
Jawab Dinda sembari berjalan ke ruangan itu tanpa berniat menoleh, si osis hanya menaikkan pundaknya lalu kembali berlari mengejar dua gadis yang tadi kabur.
♡♡♡
Dinda sudah bertanya mengenai kelas, dan dia sedang mencari kelas tersebut, ketika memasuki kelas, guru belum datang, dan semua siswa sudah masuk ke dalam kelas, salah satunya dua gadis tadi.
Dinda berjalan perlahan di depan kelas, dia mencari bangku yang masih kosong, ternyata bangkunya berada di paling belakang, disebelah gadis pirang yang tadi menbraknya.
Dinda berjalan menuju bangku itu, dia tak menyadari semua siswa dan siswi tengah menatapnya dan bertanya 'siapa sih dia?' , dengung lebah terdengar, semua membicarakannya, mereka tahu jika Dinda anak baru itu, karna sebuah berita yang di sebarkan oleh seseorang. Bahkan dalam waktu satu menit, semua tahu berita itu.
"Misi.. gue boleh duduk di sini gak?.."
Tanya Dinda pada si gadis pirang yang sedang ribut dengan gadis di depan bangkunya, siapa lagi jika bukan gadis berambut coklat?
Dua gadis itu menoleh, pertengkaran dan perdebatannya ditunda sejenak.
"Lo.. cewe yang tadi ya?? eh.. sorry-sorry.. sumpah tadi gue gak lihat lo.. beneran deh.. sorry ya.."
Ucap gadis berambut pirang.
"Bener tuh.. tadi lagi buru-buru kita.. kalo gak buru-buru nanti ketangkep lagi sama si osis sialan itu.."
Lanjut gadis berambut coklat. Dinda hanya tersenyum kaku menanggapi itu. Lalu kembali bertanya.
"Gue boleh duduk di sini?"
Tanya Dinda lagi.
♡♡♡
Makasih semua♡♡♡♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments