Chapter 2

Dinda bangun pukul 7.45 pagi, dia bangun dengan memegang kepalanya yang terasa pusing. Tapi itu sudah biasa dia rasakan sejak tiga tahun terakhir. Dinda duduk dengan masih memegang kepalanya.

"Aarrrggghhhkkk...

Dinda berteriak kencang, dengan tangannya yang meremas rambut panjang itu. Dia tak ingin seperti ini, tetapi hanya itulah yang bisa dia lakukan agar sedikit merasa tenang.

Kamarnya kedap suara, suara sekeras apapun tak bisa terdengar dari luar. Sebab itu Zee tak mengetahuinya. Dinda kembali membaringkan tubuhnya, setengah menjatuhkan.

Dia menatap langit-langit kamar dengan mata yang layu. Kembali teringat masa-masa indah bersama sahabatnya. Kenangan indah itu seperti terus mengelilingi kepalanya.

Dia memejamkan matanya, merasakan perih dihati, juga sesaknya di dada. Selama ini, yang dia pikirkan adalah "kenapa?" kenapa semua meninggalkan dirinya dalam keadaan seperti ini?

Begitu juga dengan sahabatnya, ketika dirinya sudah sangat cinta, dia malah pergi untuk menetap di London. Itu tak mengapa karna dia masih bisa bertemu dengannya ketika liburan musim panas tiba, tapi, ketika perjalanan menuju bandara, kejadian yang sangat tak di duga-duga itu terjadi.

Sem-min, dinyatakan meninggal di tempat dalam sebuah kecelakaan yang tragis, yang sudah menjadi tragedi besar di Korea-Seul. Bahkan Dinda sendiri menyaksikan kecelakaan itu.

Kini kembali teringat, mobil yang meledak tepat di depan matanya. Saat itu mobil Dinda berada dibelakang mobil Sem-min. Namun entah mengapa mobil milik Sem-min tak bisa dikendalikan. Bahkan mobil itu seakan berjalan sendiri dan menabrakkan diri ke sebuah pohon besar.

Dinda tak bisa sedikit pun membuka mulutnya, dia bungkam, melihat tubuh Sem-min yang sudah tak bernyawa.

Dinda kembali terbangun dan duduk, tapi kali ini dengan perasaan yang berbeda.

"Gue gak bisa terus tenggelam kaya gini kan, gue juga cape kali.. huft.. hari ini.. dan seterusnya.. gue gak akan kembali bersedih.. bahkan nangis.. heh? air mata gue udah surut dari beberapa tahun lalu juga.. mana bisa gue nagis?"

Ucap Dinda pada dirinya sendiri, sembari tersenyum getir di akhir kalimatnya. Dia menarik nafas, lalu membuangnya perlahan. Tak bisa terus seperti ini. Dia harus bisa berubah dan mengubah dirinya sendiri.

Dia lalu beranjak bangun dari duduknya, berjalan perlahan menuju kamar mandi. Entah apalah yang dia lakukan kemarin, tak sedikit pun dia mengingatnya, yang jelas kamar indah, yang dilihatnya kemarin, telah menjadi kapal pecah sekarang. Namun tak sedikitpun dia peduli.

Dinda masuk ke dalam kamar mandi, manatap datar serpihan kaca yang berserakan disana. Tak peduli akan semua itu dia berjalan hati-hati melewati serpihan kaca tersebut dan segera membersihkan diri.

Dinda keluar dari kamar mandinya, dan melihat Zee juga seluruh kamarnya yang sudah kembali bersih dan rapi.

"Ahh.. nona.. saya sudah siapkan coklat panas di bawah.. apa anda ingin saya mengantarnya kemari..?"

Tanya Zee ketika menoleh, Dinda yang saat itu sudah kembali segar menoleh dan hanya mengangguk mengiyakan.

Melihat anggukan Dinda Zee langsung pergi ke lantai bawah, mengambilkan coklat panasnya.

Sejenak Dinda terdiam, apa yang akan dilakukannya sekarang? lalu teringat ke sebuah tempat. Dengan segera dia memakai bajunya di ruang ganti. Saat keluar dari ruang ganti Zee sudah kembali ke kamarnya dengan membawa coklat panas.

"Kak.. disini ada taman gak? Dinda pengen pergi kesana.. "

Tanya Dinda pada Zee yang tengah meletakkan segelas coklat panas di atas meja. Zee menoleh, 'ahh.. benarkah? nona ingin ke luar rumah? pergi ke taman?' batin Zee.

Melihat Zee yang hanya melamun, dengan bibirnya menyunggingkan senyuman, Dinda menarik nafasnya panjang.

"Kak Zee??~~

Panggil Dinda dengan melambaikan tangannya di depan wajah Zee.

"Ee.. ahh.. benarkah? apa nona ingin pergi ke taman.. saya bisa mengantar anda jika perlu..?"

Tawarnya dengan senyuman lebar, Dinda menatap Zee dengan memiringkan kepala.

"Iyaa..

Jawab Dinda dengan axpresi imut. Membuat senyuman Zee semakin mengembang.

"Emm? baiklah saya akan bersiap.. apa anda perlu bantuan lain nona..?"

Zee kembali bertanya, membuat Dinda malas menjawabnya tapi tetap menjawab.

"Iyaa..

"Anda perlu bantuan apa nona..?"

Tanya Zee lagi.

"Keringin rambut Dinda kak, Dinda males.. "

Jawabnya sembari duduk di kursi meja riasnya, dengan berhati-hati Zee mengeringkan rambut Dinda yang panjang dan tebal itu.

♡♡♡

"Apa nona sudah siap?"

Tanya Zee menoleh ke arah Dinda yang tengah menuruni anak tangga. Zee sedang menunggunya di ruang tamu dengan tak luput dari sara penasarannya akan Dinda yang tiba-tiba berubah.

Sejak tiga tahun lalu, Dinda tak pernah sekali pun keluar dari rumahnya, bahkan kamarnya. Dia hanya menyendiri dan merutuki nasib hidup.

Dinda menoleh, dan tersenyum, lalu mengangguk. yang membuat Zee semakin bertanya-tanya, senyuman indah yang tak pernah dia lihat lagi sejak tiga tahun terakhir kini kembali terlihat.

Walau senyuman itu masih nampak kaku, tapi Zee yakin, dengan ini, Dinda akan bisa semakin kuat dalam masalah yang dihadapinya.

"Yukk..!!

Ajak Dinda dengan berjalan mendahului Zee yang masih melamun menatap dirinya. Zee mengikutinya dari belakang.

♡♡♡

"Nona..?? apa dengan berjalan kaki, kaki anda tidak semakin sakit..?? bukankah kemarin anda sangat lelah..??"

Tanya Zee yang khawatir pada Dinda, dia sudah bersama dengan Dinda sejak usia gadis itu menginjak delapan tahun, tentu saja sudah hal biasa jika dia khawatir.

Dinda menoleh ke arah Zee yang berjalan disebelahnya, mereka berjalan sejajar.

"Enggak kok kak.. kaki Dinda gak apa-apa.. "

jawab Dinda santai.

Mereka terus berjalan santai menuju taman di dekat rumahnya, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah taman yang indah.

"Wahh..

Dinda membuka mulutnya kagum melihat banyak bunga dan tanaman-tanaman indah di hadapannya. Zee tersenyum melihat Dinda.

"Apa anda ingin melihatnya lebih dekat..??"

Tanya Zee.

"Emm!!

Jawab Dinda sembari mengguk, dia sangat menyukai bunga, entah itu wanginya, atau pun rupanya. Dinda berjalan memasuki taman itu, perlahan.

Dinda berjalan di sebuah jembatan melengkung, dengan danau indah di bawahnya juga dihiasi dengan angsa di permukaan danau, dan ikan-ikan yang tengah berenang di dalam air.

Dinda memegang pagar disana, senyuman itu kembali terlihat, entah apa yang sedang gadis itu lakukan. Namun, yang jelas luka dalam itu masih terasa sakit dan perih. Mungkinkah dia sedang membohongi kembali hati dan perasaannya? ahh.. entahlah..

Dinda kembali berjalan menuju taman bunga itu berada. Dia melihat bunga-bunga indah itu dengan penuh rasa kagum.

'Andai gue bisa secantik bunga ini kan? siapa pun pasti bakalan suka sama bunga ini..'

Batin Dinda dengan tangannya yang hendak menyentuh bunga paling indah dari bunga lainnya. Namun dia kembali menarik tangannya.

'Bunga ini bakalan rusak kalo di sentuh.. dan kalo rusak orang juga gak akan suka lagi sama dia.. gak beda jauh sama wanita..'

♡♡♡

"Kak.. Dinda pengen istirahat dulu deh capee.."

Keluh Dinda pada Zee, Zee hanya tersenyum.

"Baik nona.. emm.. di sekitar sini ada sebuah kafe.. apa anda ingin pergi ke sana?"

Tanya Zee menawarkan sebuah tempat untuknya.

"Boleh.. Dinda pengen beli es krim aja lah.."

Ucap Dinda, dan mereka pun pergi menuju kafe di taman itu.

♡♡♡

"Nona apa anda senang hari ini..??"

Tanya Zee pada Dinda yang tengah memakan es krim pesanannya tadi. Dinda menoleh.

"Dinda seneng.. Dinda juga akan lebih seneng kalau kebahagiaan ini bukan sekedar untuk mengalihkan perasaan kak.. "

Jawab Dinda, dia sangat terbuka pada Zee. Zee tersenyum.

"Nona, saya yakin anda bisa bangkit kembali.."

Ucap Zee pada Dinda.

"Dinda harap begitu kak.. meski Dinda sedikit ragu buat itu.."

"Mengapa anda ragu nona..??"

"Dinda mau dan Dinda yakin Dinda bisa.. tapi.. Dinda gak mau kembali kecewa setelah susah payah menata hati lagi kak.. "

"Saya tahu itu.. dan saya tahu itu tak mudah untuk anda nona.. namun, bukankah semua itu harus anda lakukan agar tidak terjerumus ke dalam jurang yang gelap.. lagii?? bukankah anda tidak pernah menginginkan keadaan seperti ini lagii??"

Tanya Zee yang membuat Dinda terdiam.

"Em!! Dinda akan berusaha kak.. tapi.. untuk itu Dinda gak mau dan gak akan pernah mau ketemu sama Ayah kak!!.. Dinda muak!!.. Dinda benci sama Ayah!!! walau Dinda udah berusaha, tapi Dinda terus bertemu sama Ayah.. itu akan sia-sia aja kan?? Dinda mencoba untuk melupakan semua itu kak, walau gak lupa, tapi setidaknya Dinda rela.. sedangkan semakin sering Dinda bertemu sama Ayah akan semakin lelah dan semakin benci Dinda sama Ayah kak.. karna Dinda selalu ingat apa yang di lakukan Ayah sama Bunda.. makanya Dinda pergi dari sana.."

Tuturnya panjang lebar, Zee menelan ludahnya. Emm.. bukankah beru kali ini dia mendengar Dinda kembali berbicara sebanyak itu sejak tiga tahun terakhir??

"Dinda pengen pulang ahh.."

Ucapnya pada Zee.

"Dinda duluan ya kak.. byee~~

Ucap Dinda, seraya beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Zee di kafe itu. Dinda berjalan menuju gerbang taman, berniat untuk pulang. Tapi..

"Tunggu..!!!

Teriak seseorang, dengan memegang pundak Dinda. Tapi Dinda tak sedikit pun berniat menoleh, malah ingin kembali melanjutkan langkahnya. Tapi gadis itu mendahuluinya dan berbalik tepat di depan Dinda.

"Kamu... orang yang kemarin kan..??"

Dinda menatap gadis itu.

"Kamu inget aku gak..??"

tanya gadis itu lagi.

"Waktu gue terlalu berharga, kalo cuma buat nginget orang yang gak penting.."

Ucap Dinda, tapi gadis itu tak tersinggung, malah tersenyum.

"Makasih yaa.. untuk kemarin.."

"Oh.. iya.. namaku Park Lisa.. kamu boleh pangil aku Lisa.."

"Huft.."

Dinda hanya menanggapinya dengan helaan nafas panjang. Lalu dia kembali berjalan melewati tempat Lisa berdiri. Tapi langkahnya kembali terhenti karna Lisa kembali berada di hadapannya.

"Ckk.. apa lagi sih!!???"

Tanya Dinda kesal, dia tak suka orang baru.

"Ikut aku..!!"

Jawab Lisa dengan menarik tangan Dinda menuju mobilnya. Dinda terpaksa mengikutinya, karna genggaman tangan gadis itu sangat keras.

"Ckk.. anjjing.. lo tuh mau bawa gue ke mana sihh!!!"

Kesal Dinda di dalam mobil milik Lisa. Dia berusaha membuka pintu mobil itu, namun Lisa sudah lebih dulu menguncinya.

"Udah deh.. kamu ikut aku aja.. pasti nanti kamu suka.."

Jawab Lisa santai seraya menjalankan mobilnya. 'ihh ni orang kurang ajar banget sih.. udah tau gue gak mau.. masih aja di paksa..' batin Dinda menggerutu kesal.

♡♡♡

"Ngapain sih kesini..!!??"

Tanya Dinda yang masih kesal, Lisa membawanya ke sebuah lapangan bola basket, yang tengah mengadakan pertandingan.

"Ya buat nonton.. ngapain lagi??"

Jawabnya, seraya berjalan mendekat ke pertandingan.

"Huft.."

Helaan nafasnya kembali terdengar, dia tak ingin berada di tempat itu sekarang, ingin pulang tak tahu jalan, berbeda dengan kemarin dia melihatnya dari handphone sedangkan sekarang dia tak membawa handphone-nya.

Dia mengikuti Lisa dan duduk di bangku dekat sana, sedangkan Lisa ikut rame menyemangati pemain.

"Lo masih sempet bahagia..?? setelah kejadian kemarin..??"

Tanya Dinda heran kenapa dia masih sempat bahagia? setelah itu? Lisa yang mendengar nya menoleh lalu dia berjalan perlahan mendekati Dinda. Sedangkan Dinda masih mengerutkan alis nya.

♡♡♡

Makasih semua♡♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!