Kebohongan apalagi ini, Rara menyentuh kepalanya. Nafas memburu tatkala mendengar ucapan itu.
Rara ingin segera menghilang dari sini. Suasana macam apa ini, pikir ia seraya bergantian melihat keluarganya,
Ternyata pikiran Rara tidak pernah salah, tetapi ia sudah terjebak, ia tidak bisa lari lagi, Rara tidak tahu harus minta tolong ke siapa, pikirannya kalut, sungguh Rara tidak ingin berada di zona ini, Rara melihat mereka tersenyum penuh kemenangan,
Rara melihat tidak ada rasa iba mereka melihat Rara yang sedang jatuh saat ini, pikiran Rara berteriak memaki kebodohannya, dan Rara juga bertanya apa ini benar keluarganya?
"Kenapa kalian selalu menyakiti aku?" Tanyanya sangat kesal melihat mereka semua
"Ra, bukan seperti itu nak!" Sahut Bu Shireen melihat raut kecewa dari wajah Rara
"Jika bukan seperti itu kenapa kalian seenaknya saja mempermainkan perasaanku?"
"Kalian belum puas menghancurkan aku? Apa delapan tahun itu masih kurang?" tanya Rara benar-benar muak dengan keadaan saat ini
"KENAPA?" Teriak Rara, spontan satu keluarga menatapnya dengan tatapan seperti membenci.
Ia adalah Rara, wanita yang sudah banyak berubah, bahkan ia sudah lantang dalam berbicara
"Rara kau berteriak?" Tanya Bu Shireen tidak percaya melihat Rara begitu berani kepadanya
"Ra, keluarga kita terancam gulung tikar, perusahaan Papa sudah di ambang kehancuran. Tolong bantu kami!" Pinta Bu Shireen memohon seraya berlutut di kaki Rara, dan Rara rasa itu tidak pantas mereka lakukan,
"Jika sudah jalannya bangkrut ya harus bagaimana? Aku bisa apa? Aku juga tidak kaya."
Melihat Mamanya begitu, Rara mundur beberapa langkah. Namun, tiba-tiba saja, Pak Adit, Reni dan Gerin mengikuti Bu Shireen. Mereka memohon kepada Rara, Rara yang pernah mereka sia-siakan, Rara yang pernah mereka lupakan.
Rara tidak habis pikir demi harta, keluarganya rela seperti ini. Bahkan Pak Adit orang yang mudah gengsi sekalipun melakukan itu.
Rara tersenyum simpul, menggelengkan kepala melihat drama yang di buat oleh keluarganya
"Lakukan sesuka kalian jika itu yang membuat kalian bahagia lagi!" Ujar Rara menarik koper dan meninggalkan keluarganya
Saat itu pikiran Rara tidak bisa berfikir dengan tenang, Rara juga kebingungan menghadapi situasi ini, yang perlu ia lakukan hanya melindungi dirinya
"Rara benar-benar" Ucap Reni ketika adiknya sudah memasuki kamar.
Rara kembali masuk ke dalam kamar. Kamar yang sudah ia lupakan selama 8 tahun, kamar yang katanya tidak akan pernah lagi ia tempati, kamar yang menyaksikan air matanya jatuh berulang kali, kamar yang membuat ia nyaman untuk berlama-lama di dalamnya. Dan Rara juga merasakan kamar itu terlihat baru di bersihkan.
Foto-foto masa lalu Rara bersama sahabatnya masih tersusun rapi di dinding bercat krem itu.
Laki-laki tampan yang selalu menemaninya itu bernama Angga, sedangkan wanita mungil yang di sampingnya adalah Raisa. Teman baiknya di kala itu.
Dan seiring waktu Rara dan kedua sahabatnya jadi jarang mengirim pesan, mungkin karena sama-sama sibuk, beberapa tahun ini Rara tidak pernah lagi mendengar kabar mereka, rindu? Tentu ada.
Rara menyibak roal gorden kamar dan membuka jendelanya. Rara menghirup udara di kompleks perumahan. Bau dedaunan kering sedikit tercium olehnya, dan hembusan angin juga ikut menerbangkan rambutnya. Dan ketika Rara mengalihkan pandangan ke sudut jalan perumahan itu.
Rara melihat pemandangan yang menarik, ya itu Angga terlihat akan pergi bersama mobil, Rara dan Angga berada di kompleks perumahan yang sama bahkan bisa di bilang mereka tetanggaan.
Rara sedikit tersenyum melihat pria itu kembali, Rara benar-benar semakin mengagumi Angga.
Baginya Angga adalah pria hebat, dan sesekali Rara juga berfikir untuk mengencaninya, haha pikiran yang lumrah bukan, tetapi kembali lagi jarak tempat tinggal terlalu jauh, atau mungkin saja saat ini Angga sudah memiliki kekasih, betapa beruntungnya wanita itu bisa mendapatkan seorang Angga yang ramah dan tampan, memikirkan itu saja sedikit membuat Rara bisa melupakan masalahnya.
Senyuman Rara hilang ketika Mamanya masuk ke dalam kamar tanpa ketukan.
Rara kembali memasang raut wajah kecewa.
"Ra....."
"Nanti malam kau akan di jemput oleh calon suami mu!" Mendengar kata itu ingin sekali Rara meloncat dari kamar ini
"Ya" Sahut Rara tidak berniat lagi melanjutkan pembicaraan dengan Mamanya
Bu Shireen menganggukkan kepalanya dan berlalu meninggalkan kamar Rara. Ia menuruni anak tangga setapak demi setapak. Bu Shireen tahu persis anaknya kecewa. Bu Shireen menemui suami dan anaknya di ruang tamu. Di saat yang bersamaan ia melihat senyuman kebahagiaan dari suaminya.
"Pa, mari kita batalkan perjodohan Rara!" Ujar Bu Shireen tidak ingin lagi membuat Rara membenci dirinya
"Kau sudah hilang akal?" Jawab Pak Adit menatap kesal
"Jika anak perempuan Pak Harris belum menikah maka ia akan aku jodohkan dengan Gerin, setidaknya Gerin lebih berguna dari pada Rara"
"Pa, Rara juga berguna bagi kita" Bela Gerin terhadap adiknya
"Kita sekolahkan dia jauh-jauh tetapi malah menjadi anak pembangkang"
"Ini semua salah kita Pa, kita jarang menemuinya!"
"Saya sudah muak, tidak perlu belas kasih jika tidak ingin hidup menderita"
Pak Adit meninggalkan keluarganya. Sedangkan Bu Shireen hanya menggelengkan kepala melihat keras kepala suaminya.
Seharian Rara hanya tidur melepas penat, toh tidak ada yang bisa ia kerjakan lagi, Rara benar-benar sudah terjebak di situasi ini, Rara juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain menjadi tumbal dari keluarganya,
Dan nantinya jika sudah menikah Rara juga akan keluar dari rumah ini, setelah itu Rara akan memikirkan cara untuk kembali lagi ke luar negeri.
Dan ketika senja mulai menghampiri. Rara di suruh untuk bersiap-siap menemui calon suaminya.
Rara hanya memoles wajah dengan beberapa makeup. Rara tidak antusias menemui pria itu dan Rara juga berdoa semoga dia kebanjiran di suatu tempat, Rara sedikit jahat tetapi Rara tidak peduli dan Rara juga berharap doa itu segera di kabulkan.
Rara mengenakan gaun biru tua. Dan membiarkan rambutnya terurai bebas, Rara berdandan sederhana, Rara ingin memberikan kesan pertama yang jelek agar dia membatalkan niatnya untuk menikahi Rara.
Kira-kira setelah satu jam menunggu orang yang ia nantikan akhirnya datang menjemput.
Rara melotot melihat siapa pria itu, rasanya bola matanya ingin keluar melihat pria itu, rasanya saat itu juga Rara ingin mundur. Rara tidak habis pikir kenapa keluarganya menjodohkan Rara dengan pria tua seperti itu.
Rasanya dia lebih cocok menjadi Papanya bukan suami Rara, Rara juga melihat ia tersenyum manis, senyumannya benar-benar mengusik Rara, Rara ingin memakinya tetapi Rara juga kasihan melihat mukanya yang memelas tersebut .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🟢Ney Maniez
😲😲
2022-05-16
0
Supartini
bukan itu ra itu sopirnya
2021-12-19
0
Ida Lailamajenun
dasar ortu gak ada akhlak ni durhaka ma anak.sama aja jual anak nih judulnya
2021-11-01
0