Rara mengingat penyebab ia tinggal di negara orang. Tepat sepuluh tahun yang lalu. Ketika Rara menginjak bangku SMP, ia selalu di perlakukan buruk oleh orang tuanya, katanya Rara terlalu banyak menuntut, saat itu kedua orang tuanya terlalu sibuk sampai tidak ada waktu untuk Rara.
Bahkan Rara selalu di banding-bandingkan dengan Reni yang memiliki otak lebih darinya. Bahkan tak jarang Mama pilih kasih.
Dan ketika Rara sudah menginjak bangku kelas tiga SMP. Papa mengusulkan untuk Rara sekolah di luar negeri.
Kamu tahu di saat itu Rara benar-benar ketakutan bahkan ia menangis dan berjanji tidak akan meminta waktu mama dan papa untuk bermain dengannya lagi,
Rara yang tidak biasa jauh dari rumah. Kini harus keluar negeri dan hidup seorang diri.
Berbeda budaya dan bahasa juga ia takutkan,dan di saat itu umurnya baru 15 tahun,
Bagaimana bisa Rara hidup sendiri, berbagi upaya ia lakukan supaya Papa membatalkan rencananya, Rara belajar dengan giat, tidak lagi banyak menuntut tetapi semua itu sia-sia di mata mereka, bagi mereka Rara tetap harus berangkat.
Dan hari kelulusan itu tiba, Rara di antar oleh kedua orangtuanya menemui Om Harry adik dari Mamanya.
Rara di sekolahkan di sekolah yang ada asramanya. Dan lagi-lagi Rara semakin ketakutan,ucapan mereka tidak pernah sesuai, katanya Rara akan tinggal di rumah Om Harry dan tidak perlu takut juga karena Papa dan Mama akan mengunjunginya setiap 6 bulan sekali tetapi itu semua hanya omong kosong.
Nyatanya Rara tinggal di asrama itu selama tiga tahun. Dan orang tuanya tidak pernah sekali pun mengunjungi, jika Rara tanya jawaban mereka selalu sibuk. Hanya Om Harry yang setiap minggu datang mengunjunginya lalu mengajak Rara untuk pulang ke rumah mereka yang sederhana.
Dan di saat kuliah, Rara mencoba untuk menyewa apartemen yang tidak terlalu jauh dari kampusnya. Kamu tahu di saat itu, Rara sudah di dewasakan oleh keadaan, karena sudah kuliah Rara bisa melakukan kerja part time, Rara melakukan pekerjaan apapun untuk bertahan hidup.
Orang tuanya hanya mengunjungi sesekali. Dan lagi-lagi mereka selalu memberikan alasan sibuk jika Rara menyuruh menemuinya.
Tetapi itu tidak membuat Rara patah semangat.
Rara tidak akan menangis lagi, Rara tidak akan menyalahkan diri sendiri lagi. Dan ketika hidupnya sudah tenang. Keluarganya kembali mengusik Rara kembali.
Benar-benar membuat Rara kecewa, ketenangan ia selalu mereka usik, Rara harus bagaimana? Rara sudah melakukan sebisanya, kata mereka Rara harus hidup mandiri, hi! Rara sudah melakukannya, lalu apa lagi?
Seminggu sudah berlalu ketika Rara mendapatkan pesan tersebut, Rara tidak membalas pesan dari keluarganya karena ia tahu itu semua hanya permainan mereka, Rara kembali menyibukkan diri dengan kehidupan yang tenang dan aman.
Tetapi yang namanya Pak Adit tidak kehilangan akal, kali ini. Ia benar-benar mencelakakan diri sendiri. Pak Adit menabrakkan mobilnya ke sebuah tembok yang tidak bersalah.
Pak Adit di rawat di rumah sakit dengan luka yang tidak terlalu parah.
Bu Shireen mengirimkan beberapa foto suaminya terbaring di rumah sakit kepada Rara.
Ekspresi kaget tidak terlihat dari wajah nyaa saat itu, Rara hanya menghela nafas dan tersenyum manis ketika melihat kedatangan Om Harry, ya, Om Harry adalah segalanya bagi Rara, dia bagaikan orang tua terbaik, dia selalu mendukung apapun yang Rara lakukan, Om Harry selalu ada ketika di butuhkan.
Rara masih ingat ketika ia menyelesaikan kuliah, Om harry membuat pesta kecil-kecilan di rumahnya untuk menyambut kelulusan Rara, ia juga selalu mengatakan kepada Yugo anak dari Om Harry yang berusia sepuluh tahun bahwa Rara adalah kakak kandungnya
Kata Om Harry, tidak usah terlalu di pikirkan bukankah Om juga orang tuamu, jika ingin mengeluh om siap mejadi pendengar yang baik, dan jika ingin menangis om juga siap menjadi bahu untuk kamu bersandar.
Rara menyuruh Om Harry untuk masuk ke apartemennya, Om Harry banyak bercerita tentang kesusahan keluarganya saat ini , entah bagaimana Om Harry meyakinkan Rara. Rara bersedia untuk pulang dan segera kembali ke negara LA.
Kata om Harry "Rara pulang dulu ya, orang tua mu tidak semuda dulu lagi"
"Tapi om"
"Maafkan bagaimana pun juga dia orang tua mu, setelah selesai kau bisa kembali lagi kesini" Rara mengangguk setuju
Namun yang membuat Rara kecewa, ketika Pak Adit mengetahui Rara ingin kembali lagi ke Amerika. Ia menyuruh sekretarisnya untuk membekukan Paspor dan Visa anaknya agar Rara tidak bisa kembali lagi ke negara itu.
Dua hari setelah selesai mengurus semuanya. Rara ikut penerbangan malam, keluarga Om Harry mengantar ia ke bandara
"Kak Rara cepat pulang" Kata Yugo memeluknya
"Tentu" ucap Rara menciumnya
"Jangan menangis" ucap istri Om Harry ketika Rara memeluknya
Rara menepis air mata ketika pesawat akan lepas landing. Rara sudah mencintai kota Los Angeles, Rara juga menyayangi rumah keduanya yaitu keluarga Om Harry.
Tidak ingin berlarut-larut toh juga akan kembali pikirnya, Rara memejamkan mata dan tertidur untuk melupakan kesedihan hari ini.
Dan setelah beberapa jam lamanya di atas sana, Rara mendarat kembali ke kota kelahirannya.
Rara menarik koper yang tidak terlalu besar. Rara keluar dari bandara mencari keberadaan Mama yang berjanji akan menjemputnya.
Deg!
Jantung ia berdetak kencang, ketika Mama dan Reni melambaikan tangan ke arahnya.
Entah itu kecewa atau rindu, hanya saja Rara menepis air mata melihat Mamanya yang masih terlihat cantik dan Rara bersyukur Mamanya juga terlihat sehat. Sudah tiga tahun Rara tidak melihat Mama secara langsung.
Rara langsung mendapatkan pelukan hangat dari Mama. Namun, di dalam pelukan itu begitu banyak tanda tanya yang ia rasakan.
"Terimakasih Ra sudah kembali" Ucap Bu Shireen memeluknya cukup erat, Rara juga memeluk Reni yang sedikit bertambah berat badannya tetapi tetap menyebalkan
Persekian menit di perjalanan. Rara sampai di rumah yang sudah lama ia lupakan, Rara semakin heran, kenapa Mama membawa ia ke rumah bukan ke rumah sakit, katanya Papa sakit.
Dan ketika Rara sampai di gerbang rumah. Seorang pria yang ia lihat terbaring lemah di rumah sakit kini tengah berdiri di depan pintu dengan penantiannya yang sulit Rara artikan. Bahkan Pak Adit terlihat sehat dengan senyuman aneh yang mengambang di bibirnya.
"Papa bukannya....?" Tanyanya ketika Rara sudah di depan Pak Adit
"Itu tidak penting!" Jawab Pak Adit
"Apa?" tanyanya mulai khawatir
"Ada yang lebih penting, kau akan menikah!" Ucap Pak Adit tertawa lepas. Sedangkan Rara terlihat mundur dari tempat berdirinya ketika mendengar kata menikah.
Dan aku terjebak lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
1 vs 4 wkwkkwkkw
2025-04-03
0
🟢Ney Maniez
😔☹️😠
2022-05-16
0
Supartini
no ortu jahat gak sih kok maksa gitu y
2021-12-19
0