kematian bapak

Dari bekal uang sumbangan dari kantor bapak, kami sedikit terbantu, bisa membeli susu untuk adikku, membeli beras dan aneka kebutuhan lainnya, dan meskipun lelah, nampak wajah ibu tidak senestapa kemarin, terpancar jelas kelegaan di sana.

Bapak menjalani operasi nya dengan lancar, kurang lebih satu Minggu pasca operasi, bapak diperbolehkan pulang, Alhamdulillah, dan itu artinya ibu tak perlu lagi mengayuh sepeda berkilo kilo lagi, jujur aku selalu menangis ketika melihatnya berangkat kerumah sakit dengan sepedanya itu, dapat kurasakan betapa susah dan lelahnya beliau, meskipun ibu selalu berusaha tegar dan tersenyum dihadapan kami, tapi aku tahu di dalam hatinya menyimpan perih dan duka luar biasa.

siang itu dengan menaiki becak, ibu membawa pulang bapak dari rumah sakit, tak ada satupun keluarga ibu dan bapak yang menjenguk dan bertandang ke rumah, sekedar menanyakan bagaimana keadaan bapak sambung ku itu pun tak ada, saudara hanyalah sekedar sebutan saja, nyatanya tak ada simpati sedikitpun dari mereka untuk membantu ibu, apakah semua orang miskin akan diperlakukan seperti kami yang tak dianggap keberadaannya dan malu mengakui jika kami adalah bagian dari keluarganya, sungguh sangat miris tapi itu lah faktanya.

aaah biarlah, mungkin kami orang miskin, hingga bagi mereka tak pantas untuk dianggap keluarga.

Namun, dibalik ketidak pedulian dari keluarga, masih ada tetangga yang baik dan tulus terhadap keadaan kami, setelah kepulangan bapak, banyak tetangga yang datang untuk menjenguk dan serta Merta membawa buah tangan, bukan oleh oleh yang kami harapkan, Sudi bertandang ke gubuk kami dan perduli dengan keadaan bapak, sudah lebih dari cukup, karena dengan itu, kami merasa dianggap ada.

setelah hampir dua Minggu lebih bapak beristirahat setelah menjalani operasi, Alhamdulillah keadaan bapak sudah kembali pulih dan sehat, bapak sudah mulai kembali masuk kerja, biasanya bapak pergi ke kantor dengan sepeda ontel kesayangannya, tapi karena bapak baru sembuh dari sakit, ibu meminta bapak berangkat dengan naik ojek.

bapak bekerja sebagai tukang kebun, di kantor salah satu rokok ternama di kota tahu, aaah bapak, meskipun beliau hanya bapak sambung, tapi ketulusannya sungguh luar biasa, bapak tipe orang yang bekerja keras, jujur dan baik hati, itulah kenapa banyak orang orang kantor yang begitu menghormati dan menghargai beliau, pun dengan atasannya, itu bisa dilihat dari seringnya bapak menerima bonus bonus yang diberikan, bahkan tiap hari, bapak selalu pulang dengan membawa makanan makanan enak khas orang kaya, yang katanya memang sengaja dibungkus kan oleh atasannya untuk bapak bawa pulang.

kami memang bukan orang kaya, tapi tiap hari kami selalu makan makanan enak yang harganya terlalu mahal untuk ukuran keluarga sederhana seperti kami, karena kebaikan dari atasan bapak lah, kami setiap hari selalu menerima dan memakan makanan enak nan mahal.

waktu terus bergulir, adikku Rina Wulandari, sudah tumbuh besar, saat aku duduk di kelas lima sekolah dasar,adikku masuk di kelas satu, kami berada di satu sekolahan yang sama.

tiap hari, kami berangkat dan pulang bareng dengan berjalan kaki, jarak rumah ke sekolah sekitar kurang lebih lima atau enam ratusan meter, meskipun lelah tetap kami jalani dengan rasa syukur, Rina yang masih kelas satu, pulang lebih awal, karena dia tidak berani pulang sendiri, terpaksa harus menungguku tiap hari, aaah kasihan sekali adikku itu, melihat wajahnya aku selalu ingin menangis, dia terlahir dengan seratus persen mewarisi gen bapaknya, seluruh kulit di wajah dan tubuhnya dipenuhi bintik bintik coklat, hingga dia sering kali menerima ejekan dari teman temannya, kalau sudah begitu, akulah yang akan maju untuk melindunginya, dan adikku itu, hanya bisa menangis sedih.

tiap hari kami melalui hari yang berat, ibuku hamil lagi, disaat bapak kembali sakit sakitan, daging tumbuh yang dulu sempat di operasi, kembali lagi tumbuh dengan lebih ganas, dan kembali dengan biaya dari bantuan kantor, bapak kembali menjalani operasi nya yang kedua, namun kali ini, tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan, operasi bapak gagal, dan di usia kandungan ibu yang menuju delapan bulan, bapak menghembuskan nafas terakhirnya.

hari hari berat kembali kami lalui, kandungan ibu yang membesar, kepergian bapak yang sudah pasti mempengaruhi nasib ekonomi kami, membuat ibu sangat terpuruk, terlebih dengan sikap curang keluarga bapak, yang dengan tega merampas santunan dan harta peninggalan bapak dari tangan ibu.

sebagai anak yang dianggap masih kecil, peranku tidak berarti apa apa, namun di usiaku yang masih anak anak,aku sedikit banyak dapat memahami apa yang terjadi.

bahkan dengan tekad yang kuat, aku memutuskan untuk mulai bekerja, apapun itu akan aku lakukan demi meringankan beban wanita tangguhku, wajah ibu yang polos, dihiasi gurat lelah dari simbol keras hidup yang ia jalani, namun ibu adalah wanita yang pantang mengeluh, ibu panutan terbaik dalam segala hal, meski miskin harta tapi ibu memiliki kekayaan hati yang luas, sikap gemar menolongnya dan sifat welas asih ya seringkali dimanfaatkan oleh orang lain, namun ibu tak sedikitpun menaruh dendam, bahkan sekedar marah pun beliau tidak lakukan, Masya Allah.

Terpopuler

Comments

Nana Shin

Nana Shin

aku mmpir lgi nih, lgi nyicil nongkrong

2022-10-22

1

shaNyue

shaNyue

Innalilahi wa innailaihi rojiun 😥😥😭. Oh Dunia..... sedih sekali...

2022-05-17

1

Pramita K

Pramita K

hi kak author im back 😂
semangatt Hawa kamu pasti bisa 🙌

2022-05-03

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!