Sekitar pukul 4 sore Arsha masih duduk di balkon berusaha menyelesaikan pekerjaannya ditemani secangkir kopi.
Sementara Ziva keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur mengambil minum karena tenggorokannya kering setelah bangun dari tidur siangnya.Sambil meneguk minuman dari gelas Ziva celingak-celinguk mencari keberadaan Arsha yang ternyata masih di tempatnya terakhir kali melihatnya.Langkahnya mengayun mendekati Arsha.
"Kak Arsha masih belum selesai?" Ziva duduk tepat di depan Arsha.Wajahnya yang khas bangun tidur tidak mengurangi kecantikan wajahnya membuat Arsha tidak mampu mengalihkan pandangannya.
"Ziva tanya sesuatu boleh?" Arsha belum sempat menjawab gadis itu kembali melontarkan pertanyaan.
"Tanya apa?" Arsha menatap serius.
"Apa kita ini nikah beneran atau apa? Sebenarnya apa yang terjadi diantara kita?"
Deg
Pertanyaan itu akhirnya terlontar dari mulut Ziva membuatnya tak bisa menjawab padahal saat itu ia ingin menjawab menikahi gadis itu dan memiliki selayaknya pasangan suami istri tapi kata-kata itu tertahan di mulutnya
"Ya kita nikah beneran lah tapi anggap aku ini kakakmu seperti kau menganggap kak Zacky." Arsha tidak ingin membebani Ziva dengan satu status yang jelas-jelas saat ini dia belum mampu menjalankannya.
"Tapi kenapa harus menikah kalau cuma hanya itu tidak perlu ada ikatan diantara kita karena cukup kita tinggal bersama," sahut Ziva dengan lugu tapi benar kata Ziva seharusnya tidak perlu ada ikatan tapi Arsha tahu betul alasan Zacky menikahkan Ziva di usianya saat ini tapi cukup dia yang tahu.
"Kak Arsha akan menjagamu seperti Kak Zacky menjagamu," terang Arsha menatap Ziva dengan senyum tipis di bibirnya.
Ziva ikut tersenyum mendengar ucapan Arsha.Pria itu sudah seperti kakaknya sendiri karena Ziva mengenal pria itu dari kecil bahkan saat kecil terlintas dibenaknya untuk menikah dengan pria ini.Pria ini selalu menjaganya dengan sabar saat kakaknya sendiri mengacuhkannya.Yah Zacky lebih mementingkan bermain daripada membela adiknya saat diusili anak laki-laki sebayanya.
"Aku harus menjaganya sampai saatnya tiba, tapi bisakah aku menahannya sampai saatnya?" batin Arsha mengusap kasar wajahnya.
***
Sekitar pukul 9 malam Ziva bersiap tidur sementara Arsha masih bergulat dengan pekerjaannya.Sekitar pukul 10 malam rasa kantuk mulai menyerang Arsha. Arsha berjalan menuju kamar Ziva yang sengaja tidak dikunci.
Arsha perlahan masuk dan tidur di samping Ziva yang tengah tertidur.Tangannya memeluk tubuh ziva dan mencium aroma tubuh Ziva yang harum.Pria itu mencuri kebersamaan saat istrinya itu tengah lelap dalam mimpi.
"Nyaman sekali seperti ini, rasanya aku memiliki istri sungguhan," batin Arsha.
Ziva pun tiba-tiba membalikan badannya dan kini tangannya malah memeluk tubuhnya.Nafas mereka saling beradu membuat Arsha hanyut dalam perasaannya. Arsha mengulum bibir Ziva lembut membuat gejolaknya menuntut lebih. Gejolaknya semakin kuat hingga tidak mampu menguasainya. Semakin lama semakin menggebu.Badannya menjadi panas dingin dengan nafas memburu. Arsha melompat dari ranjangnya dengan cepat berlari menuju kamar mandi.
"Ahhhhh." Arsha melenguh menumpahkan kenikmatan duniawi.
Arsha duduk lemas di ruang tamu sekembalinya dari kamar mandi.
"Kapan semua ini berakhir, lama-lama aku jadi gila karena tidak bisa menyentuh istriku sendiri?" lirih Arsha menjambak rambutnya sendiri.Bukan karena tidak ingin menyentuhnya tapi perjanjian awal dengan Zacky kalau tak boleh sedikitpun terjadi apa-apa dengan Ziva sebelum lulus sekolah sementara Ziva masih kelas 11 butuh waktu 2 setengah tahun lagi. Selama itu apa dia mampu mengatasi semua karena baru beberapa malam dirinya hampir tak bisa mengendalikan diri.
***
Sekitar pukul 7 pagi Arsha dan Ziva sedang sarapan pagi. Arsha sengaja bangun pagi dan memasak nasi goreng untuk sarapan.
"Kak Arsha biasa masak dirumah?" Tanya Ziva seraya menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Jarang sih kalau Kakak, soalnya Kakak cuma sendiri seringnya makan di luar."
"Tapi Kak Arsha pinter masak,ini enak banget nasi gorengnya." Puji Ziva.
"Lain kali kamu yang harus membuat sarapan ya?"
"Tapi Ziva nggak bisa masak Kak."
Ting tong ... ting tong.
Bel rumah berbunyi membuat perhatian keduanya beralih ke pintu.
"Tunggu sini!" Arsha beranjak dari duduknya membuka pintu.
Ternyata Zacky yang bertamu dan mempersilahkan Zacky masuk.
"Kakak kesini?" Ziva menatap Zacky yang duduk disampingnya.
"Kakak mampir untuk melihatmu, kelihatannya kamu betah tinggal disini." Zacky menatap raut wajah adiknya yang nampak berseri
"Mau gimana lagi, Kakak yang memaksaku tinggal disini!" tegas Ziva, membawa piring kotor ke dapur.
Sementara Zacky berbincang dengan Arsha.
"Gimana Ziva?"
"Dia baik-baik aja kok,Loe bisa lihat sendiri," jawab Arsha sembari memasukan laptopnya ke dalam tas kerjanya.
"Bukan itu maksud gue,apa dia membuat masalah selama disini?" selidik Zacky mengingat adiknya itu sangat sulit diatur membuat kepalanya selalu pusing.
"Kamu nggak lihat sekarang aja dia bahkan bisa cuci piring.Ziva gadis yang manis nggak seperti yang kamu katakan padaku terakhir kali," ungkap Arsha duduk disebelah Zacky.
"Kak Arsha kok malah masih duduk nyantai sih!" kesal Ziva menatap Arsha yang masih duduk ditempatnya karena tidak ingin telat sampai di sekolah
"Pergi dengan Kak Zacky," perintah Arsha.
"Kamu nggak tahu Kakak kesini mau jemput kamu. Kak Arsha ada urusan bisnis di luar kota jadi nggak bisa antar kamu sekolah," terang Zacky yang langsung diangguki Ziva.
Sekitar 15 menit perjalanan akhirnya Ziva telah sampai di depan gerbang sekolahnya.
"Belajar yang bener jangan aneh-aneh." Zacky berpesan seraya menyodorkan uang saku ke Ziva.
"Siap Kakak ganteng." Ziva mengambil uang sakunya seraya keluar dari mobil dan berjalan masuk menuju kelasnya.
Paras Ziva yang ayu membuat setiap laki-laki di sekolah Ziva terpana saat melihatnya tak terkecuali Rendy yang berhasil Ziva taklukan. Kini Rendy mengejar-ngejar cintanya membuat pengagum Rendy iri. Selain tampan dan berwibawa status Rendy yang merupakan ketua OSIS yang berprestasi membuat daya tariknya begitu kuat.
"Ziva."
"Kak Rendy."
Mereka berpapasan dan saling menyapa.
"Hari ini kita nonton yuk, kebetulan ada film bagus yang pengen aku tonton bersamamu." Tawar Rendy.
"Tapi Kak." Ziva menolak halus.
"Ayolah kan kamu sudah janji waktu itu." Rendy mengingatkan Ziva akan janjinya.
Ziva merasa tidak enak karena sudah beberapa kali menolak permintaan Rendy.
"Ok." Ziva akhirnya menyetujui permintaan Rendy.
"Ya udah nanti gue tunggu ditempat biasa ya?"
Ziva mengangguk kemudian melangkah menuju kelas masing-masing.
"Dari kelas satu gue ngejar-ngejar cinta kak Rendy tapi setelah cinta dan perhatiannya gue dapetin semua serasa sia-sia tidak ada gunanya.Ziva ziva kenapa nasibmu jadi seperti ini.Masihkah ada harapan untukmu jika statusmu istri orang?" batin Ziva kesal menepuk dadanya sendiri beberapa kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Lho kok gitu sih,kan rieaders juga perlu tau..
2024-02-15
0