Di sisi lain tepat kakak Grisella yaitu Aditya, sedang berusaha untuk mengumpulkan informasi lain mengenai berita terbaru dari keluarga Jian. Ia meminta tangan kanan nya untuk menyamar menjadi tukang kebun yang memohon di pekerjakan di rumah keluarga Jian.
"Bagaimana pun caranya, aku harus membantu Grisella, untuk mengumpulkan informasi." ujar Aditya.
"Lalu apa yang harus hamba lakukan untuk Tuan muda?" tanya tangan kanannya.
"Aku punya rencana untuk mempekerjakan mu di rumah keluarga Jian." jawab Aditya.
"Maksud Tuan seperti apa?"
"Aku ingin kamu kenyamar menjadi tukang kebun, dan memohon mohon untuk di pekerjakan di rumah keluarga Jian. Ingat Abi, kau harus tetap setia dengan keluarga Yudisti, karena bagaimana pun kami telah membantumu, dan sekarang adalah tugasmu untuk menjalankan tugas kehormatan ini."
"Tuan muda, kau jangan pernah hawatirkan soal itu, karena hamba tau bahwa jasa-jasa keluarga Yudisti, itu sangatlah besar bagi hamba dan keluarga hamba." jawab Abi.
"Baiklah, setelah misi ini selesai aku berjanji akan memberikan mu uang sebesar dua miliyar."
"Terimakasih Tuan. Jadi mulai kapan hamba akan menyamar?"
"Sekarang, buatlah dirimu bagaikan seorang yang tak berdaya dan sangat membutuhkan pekerjaan itu."
"Baik Tuan, laksanakan. Hamba permisi dari sini." ujar Abi, yang segera pergi meninggalkan Aditya.
Sekarang Aditya hanya tinggal menunggu laporan dari tangan kanan nya itu.
...****************...
Di sisi lain Abi, dengan segera mengganti pakaian nya dan bergegas berangkat menuju ke rumah keluarga Jian, untuk memohon pekerjaan terhadapnya.
Sesampainya di depan gerbang keluarga Jian, Abi segera memulai sandiwaranya. "Penjaga! saya mohon panggilkan Tuan besar Jian untuk kemari."
"Cih... siapa kamu? berani-beraninya memerintah kami untuk memanggilkan Tuan besar?!" ujar salah satu penjaga itu.
"Tunggu... biarkan dia bicara dahulu. Ayo katakan, apa maksud dari kedatangan mu kemari?" tanya penjaga lain.
"Saya ingin bekerja disini, saya mohon panggilkan Tuan besar... saya tidak punya cara lagi untuk mencari pekerjaan." jawab Abi, dengan sandiwara besarnya itu.
"Baiklah, kau tunggu disini. Kami akan segera kembali membawa kabar, jika kau di terima sungguh kau beruntung, namun jika kau tidak terima saya mohon pulanglah, dan jangan buat keributan di sini."
"Baik-baik... saya akan menuruti syarat itu."
Kedua penjaga gerbang itupun segera pergi untuk menemui Tuan besar Jian, dan memberitahu kabar bahwa ada seorang pemuda yang memohon-mohon untuk dapat menemuinya sekaligus bekerja di rumah keluarga Jian.
"Tuan besar, kami izin melapor." ucap salah satu penjaga, yang menghadap langsung kepada Tuan besar keluarga Jian.
"Katakanlah." jawab Alfin Jian.
"Di luar gerbang ada seorang pemuda yang memohon-mohon pada kami untuk menyuruh mu menemuinya, dan meminta-minta untuk di pekerjakan di sini, sepertinya dia seorang tukang kebun." ujar Sang penjaga, sambil menundukan badan nya.
"Semenjak diriku menjabat sebagai wali kota, kenapa warga-warga ini malah meminta pekerjaan padaku? tapi yasudahlah ayo bawa aku kepada pemuda itu."
"Baik Tuan, mari."
Sesampainya Alfin Jian, di depan gerbang Abi, pun segera meluncurkan kembali sandiwaranya.
"Tuan! Tuan Jian! hamba mohon pekerjakan hamba di rumah ini, hamba tidak tau harus bagaimana lagi untuk mencari pekerjaan." ujar Abi, dari luar gerbang.
"Siapa nama mu?" tanya Alfin Jian.
"Na-nama saya Abi Tuan." jawab Abi.
"Hahaha... tidak usah tegang begitu. Apakah kamu bisa memotong dan merawat tanaman?"
"Bisa Tuan! hamba sangat handal dalam hal perkebunan."
"Baiklah, kebetulan kami sedang membutuhkan tukang kebun, kau di terima bekerja disini, dan gaji mu perbulannya tujuh juta, cukup?"
Abi, segera menunduk dan bersujud di hadapan Alfin, untuk meyakinkan nya. "Terimakasih Tuan! terimakasih."
"Eh... eh... tidak usah sampai sujud begitu, ayo berdiri dan masuklah. Bukakan gerbang untuknya pengawal, dan beritahu tempatnya untuk beristirahat." ujar Alfin, yang langsung meninggalkan mereka setelah memberi perintah.
"Baik Tuan. Ayo masuk, kau sepertinya memiliki keberuntungan yang besar Abi." ujar sang penjaga.
"Hahahaha... terimakasih." jawab Abi.
"Tuan muda lihatlah, aku berhasil." ujar Abi di dalam hatinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kembali lagi ke sisi Grisella.
Singkatnya waktu jam istirahat pun akhirnya tiba. Lidia, dengan segera langsung menghampiri Grisella dan mengancam nya untuk tidak mendekati Nathan lagi, karena ia adalah kekasihnya.
"Sella! dengarkan aku baik-baik, jangan pernah kamu memiliki niat untuk mendekati Nathan! dia adalah kekasih ku dan hanya aku yang berhak untuk memilikinya." ujar Lidia.
Grisella, menatap Lidia dengan tatapan tajam, dan lagi-lagi Grisella, hanya menanggapinya dengan sikap dingin. "Hanya kamu yang berhak? oh ya? lagian siapa juga yang mau deketin ketua osis."
Lidia, yang tak tahan akhirnya memilih untuk menjambak rambut Grisella dengan kasar. "Kamu yah! aku serius! rasakan ini!"
Sret...
"Agrh... kenapa kamu tiba-tiba menjambak rambutku seperti itu? seperti anak kecil saja." ujar Grisella.
"Anak ini!" Lidia, kembali menjambak rambut Grisella, dengan cukup keras hingga ia terjatuh dari bangkunya.
Bruk...
"Cukup Lidia! kesabaran ku sudah habis!" ujar Grisella, yang segera berdiri dan mendorong Lidia, lebih keras dari pada apa yang ia lakukan padanya.
Nathan, yang melihat perkelahian antara Grisella, dan Lidia, semakin memanas pun segera memegangi Grisella, untuk tetap mendinginkan fikiran nya.
Memegang tangan Grisella. "Sella, tenanglah... Lidia, orangnya memang seperti itu, kau harus lebih bijak dari pada dia."
"Lalu kenapa dia bisa menjadi ketua dari bimbingan kesiswaan? mentalnya saja ia tidak bisa kendalikan, bagaimana bisa ia memberikan saran yang baik untuk orang lain yang memiliki masalah?" ujar Grisella.
"Grisella, kau sangat lancang!" ujar Dhea, sambil membantu Lidia, untuk berdiri.
"Dia yang lancang duluan, aku sudah cukup sabar dengan nya semenjak pagi, lalu apa yang ia lakukan padaku? memfitnah ku akan mendekati ketua osis?. Dengarkan aku Lidia! bagiku tidak sepantasnya bagiku bersaing dengan wanita sepertimu." seru Grisella, yang terlanjur sudah termakan oleh emosinya.
"Sella, tenangkan hatimu, tenang!" ujar Nathan, yang masih berusaha untuk menengkannya.
Seketika Grisella, teringat dengan kakaknya, dan mulai kembali tenang. "Lepaskan aku!"
"Baiklah." ujar Nathan, yang langsung melepaskan pegangan nya.
Grisella, pun kembali duduk di bangkunya dan berusaha untuk terus mengendalikan emosinya. Rasanya ia ingin menangis karena untuk pertama kalinya ia bertengkar dengan seseorang hingga seperti ini, ia begitu menginginkan bahwa yang tadi menenangkan nya adalah Aditya bukan Nathan.
"Tenaga wanita itu ternyata cukup besar, sepertinya aku kalah jika bermain fisik dengan nya." ujar Lidia.
"Eum... sudahlah Lidia, kamu harus jauh lebih pintar darinya sekarang, ingat jangan terlalu gegabah." jawab Wulan.
"Kau benar, mulai sekarang aku harus berhati-hati padanya."
"Nah gitu dong, jangan sampai kamu main fisik lagi." ujar Dhea.
"Iyah aku tau dengan apa yang harus aku lakukan selanjutnya."
Bersambung.....
Jangan lupa Like + Komen + Vote and Share🖤
...♡(∩o∩)♡...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments