"Sayang, kamu dimana nak?!" panggil Ranti, ia tak menemukan putrinya di kamarnya juga di ruang keluarga ataupun ruang melukis
"Pa! Reza! Devya nggak ada!" panik Ranti yang juga membuat dua anggota keluarga yang tengah sibuk berbincang itu ikutan panik
Lantas mereka berpencar mencari Devya di rumah seluas dan sebesar itu, bahkan para maid pun tidak tahu dimana keberadaan nona mereka
Reza mencoba mencari Devya di halaman belakang yang memang jarang di kunjungi karena kesibukan masing-masing padahal di sana ada taman yang cukup luas lengkap dengan ayunan dan rumah pohonnya
Reza menghembuskan napas lega setelah melihat keberadaan Devya di sana, namun bukan sedang bermain ayunan ataupun rumah pohon melainkan tengah menatap seekor kucing
Lantas Reza menghampiri adik kesayangannya itu, lalu ikut berjongkok di sebelahnya
"Lagi ngapain Lo?" tanya Reza membuat Devya menoleh pelan
"Lagi liatin dia, ini kucing siapa?" tanya Devya menunjuk kucing dengan belang tiga yang terus saja mengekorinya kemana pun perginya
"Nyebelin banget sih, masa ngintilin aku mulu," kata Devya sebal karena kucing itu terus mengikutinya kemanapun pergi sejak melihat kucing itu di lantai tiga tadi pagi
Reza terkekeh melihat raut wajah sang adik, "Dia kucing punya Lo," kata Reza
"Kucing aku?" Reza mengangguk
"Masa sih? Masa iya aku punya kucing gendut kayak gini," kata Devya tak terima
"Kan Lo sendiri yang mau, malah kucingnya di kasih nama si belang gendut," jelas Reza lagi
"Ihh namanya norak banget!" kata Devya merasa aneh dengan nama kucingnya
"Ganti ah! Pake si belang aja," kata Devya membuat Reza tertawa ngakak
"Sama aja kayak namanya yang awal Dev, " Reza masih tertawa
"Bedalah, kalau yang pertama ada kata gendutnya, kalau yang ini nggak ada," kata Devya lagi
"Ya ya terserah kamu ajalah Dek, yang penting seneng," kata Reza mengusap kepala Devya dengan lembut
"Ayo ke dalam, mama sama papa sibuk nyariin kamu, katanya hilang," ujar Reza, Devya mengangguk kemudian bangkit lalu ikut masuk ke rumah bersama Reza
"Astaga! Devya kamu darimana sayang? Mama nyariin kamu kemana-mana nggak nemu," kata Ranti cemas, ia bahkan memeriksa putri nya itu memastikan tak ada luka
"Dari taman belakang ma, liatin si belang," jawab Devya, ia menunjuk kucing itu lagi
Mama nya mengangguk penuh perhatian, "Kamu mau nitip apa? Biar mama beliin," tawar Ranti
Devya terlihat berfikir sejenak, "Mungkin nugget enak kali ma," kata Devya berbinar
"Tepat dugaan mama, pasti kamu bakal bilang nugget," Ranti terkekeh
"Eh emang kenapa? Kok mama bisa tau?" tanya Devya heran
"Kamu kan emang pecinta nugget dan sosis, jadi kalau nggak itu biasanya kamu marah-marah," kata Ranti sambil tersenyum
"Eh? Masa sih aku marah-marah?" tanya Devya tak percaya, lebih tepatnya Cika yang tak percaya jika gadis ini suka marah-marah
Ranti mengangguk, "Tapi nggak papa, mama paham kok," kata Ranti lagi ia mengusap pipi putrinya
"Maafin aku ya ma," kata Devya ia memeluk Ranti dengan erat
"Nggak papa sayang, udah ya mama mau belanja dulu," kata Ranti membuat Devya mengangguk
"Ma, jangan lupa sosisnya juga," kata Devya menyengir melupakan kesedihannya barusan
Ranti tertawa kemudian mengacungkan jempolnya lalu pergi dari sana
Devya kembali menatap Reza yang masih setia di belakangnya, sebelah alis Devya terangkat
"Kenapa?" tanya Devya, kata itu entah sudah pertanyaan keberapa sejak kemarin
Dan jawab Reza tetap sama menggeleng lalu pergi begitu saja membuat Devya mendengus sebal
Devya mengedikkan bahunya acuh, lebih baik ia menonton tv daripada memikirkan kakaknya itu bukan, kakaknya Devya
Tak ada siaran yang bagus ia hanya berpindah pindah saluran sejak tadi, lantas gadis itu meletakkan remot tv itu kemudian menghembuskan napas bosan
Tiba-tiba seorang maid datang dengan perasaan takut, "Maaf nona, itu ada Den Alden di depan," kata maid itu ia menundukkan kepalanya takut
Kening Devya mengkerut, "Alden?" beo Devya, siapa itu? Apakah kakaknya Devya? Sahabatnya? Pacarnya? "Suruh kesini aja bi," kata Devya
Maid itu mengangguk kemudian pergi, tak lama seorang cowok datang ke ruang keluarga
Devya menatap kagum cowok yang baru saja masuk itu, "Kamu Alden?" tanya Devya
Tak berniat menjawab ia malah meletakkan buket bunga di meja dekat Devya, "Tuh buat Lo,"
Cowok itu menatap datar Devya, "Lo amnesia?" tanya cowok yang bernama Alden lantas Devya mengangguk
"Baguslah, akhirnya," kata Alden tersenyum puas hal itu membuat Devya mengerinyit tak paham
"Maksudnya apa ya?" tanya Devya, Alden tak menjawab ia malah mengedikkan bahunya acuh
Cowok itu malah duduk di samping Devya, membuat gadis itu refleks menjauh dalam artian menjaga jarak dengan orang asing
"Ah iya gue lupa, bagi Lo gue adalah orang asing sekalipun gue dekat sama Lo," kekeh cowok itu
Devya semakin tak paham, "Maksud Lo apa ya?" tanya Devya sudah menggunakan bahasa lo-guenya
"Kita sahabatan dari kecil Dev," ucap Alden, "Dari kecil kita selalu bareng-bareng," ucap Alden lagi
"Terus gue harus kepisah sama Lo ketika mau masuk kuliah, gue ke London, dan Lo kuliah di-" suara Alden tercekat saat mengingat hal itu
"Dimana? Dan kenapa kamu tiba-tiba diam?" tanya Devya
"Lo kuliah di Zeidar University, karena Lo pengen sekampus bareng cowok kesayangan Lo itu," jelas Alden
"Cowok kesayangan? Siapa!" tanya Devya, ia makin tak paham dengan alur kehidupannya sendiri
"Cowok yang udah bikin Lo berubah di mata gue," kata Alden lagi
"Ish! Berubah apa sih? Siapa cowok kesayangan gue yang Lo maksud? Dan sebenarnya Lo kesini mau ngapain sih?! Ngajak tengkar gue? Gue aduin bang Reza Lo!" kesal Devya membuat Alden terkekeh melihat sikap Devya
"Nanti juga Lo tau, gue nggak tega ceritanya," kata Alden kemudian ia bangkit lalu mengusap kepala Devya dengan lembut
"Gue balik dulu." ucap Alden kemudian pergi dari sana meninggalkan Devya dengan seribu pertanyaan yang bersemayam di otaknya
"Cowok kesayangan? Berubah?" Devya memegang pelipisnya tak mengerti dengan kehidupan gadis ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments