Merasakan perih dari pisau yang menembus tangannya, Ray menatapnya dengan terkejut. Rasanya sangat sakit karena pisau tersebut begitu kuat, tipis, dan menembus telapak tangannya.
“Ini lumayan sakit. Sebaiknya tak aku cabut karena mungkin akan mengeluarkan darah yang hebat.”
Salah menanganinya akan menyebabkan beberapa masalah yang jauh lebih merepotkan nantinya. Ray yang terlihat apatis dengan kondisi tangannya sudah berniat melanjutkan.
“Bisa-bisanya kamu terlihat biasa saja dengan luka menyakitkan seperti itu.” Justina menatap dengan bermasalah dan seolah dia yang merasakan sakit dari luka yang dialami Ray.
Ray tak berusaha menjawabnya. Dia memang merasakan sakit namun wajahnya yang tak berekspresi apa-apa memang terlihat aneh. Siapapun akan beranggapan bahwa Ray tidak normal.
Dia kemudian berdiri tegak dan menarik napas dengan dalam. Jika ada suatu cara untuk menghindari lemparan benda lainnya yang lebih kecil, maka satu-satunya cara menghindar adalah pergi sebelum benda itu mencapainya.
“Mari serius.” Meninggalkan suara di udara, Ray bergerak dengan cepat dan ketika itu, puluhan jarum tajam melesat cepat, dan bahkan pelontar api yang menyembur dengan luas.
Masih ada beberapa langkah lagi sebelum mencapai ujungnya namun ada kondisi di mana dia harus melewatinya. Tak peduli apa yang dia pilih, keduanya akan berakhir dengan luka. Ray kemudian mengambil risiko dan melompat untuk memotong jarak.
Tubuhnya sedikit terluka dan pakaiannya compang-camping karena terbakar oleh pelontar api sebelumnya. Baginya kerusakan tersebut harga yang murah karena gantinya Ray berhasil selamat dari tugas tersebut.
Dia menemukan notifikasi keberhasilan tugas dan menerima seratus DP. Ray berniat mengakses Market karena rasa penasaran yang kuat, tetapi dia kemudian teralihkan oleh Justina yang mulai melangkah melalui jembatan tersebut.
“Jalan berbahaya dimulai dari langkah ke enam, hingga dua belas, sementara selebihnya adalah pisau kecil, jarum dan yang berbahaya pelontar api.”
Ray yakin alasan dia harus memulai karena Justina bertujuan untuk mengamati segala perangkap yang ada. Itu cara yang tepat untuk membuat diri aman lebih dari yang lain.
“Ini buruk, aku tidak menyukai ini. Sepertinya aku harus melakukannya.” Ray bergumam dalam diam selagi melihat Justina bertindak. Dia memutuskan suatu hal karena kali ini dia memiliki alasan yang tepat untuk melakukannya.
Di langkah pertamanya, Justina tidak ragu bergerak cepat dan begitu di langkah ke enam dia mulai melakukan akrobatik untuk menghindari jebakan yang ada. Dikarenakan dia telah melihat Ray menderita akibat jebakan-jebakan tersebut dan menghafalkan pola serangannya.
“Ini sangat mudah ketika kamu telah hafal pola serangan yang tak berubah sama sekali.”
Justina tersenyum selagi berputar-putar menghindari duri-duri tajam yang melesat. Ray menyipitkan matanya karena terkejut, Justina yang diam ditempat dan berputar-putar aneh bisa menghindari semua jarum yang dilemparkan.
Kemampuan pengamatannya bukan sesuatu yang akan dimiliki manusia biasa, jawabannya hanyalah satu hal yakni, Degree.
Hanya Degree yang memungkinan hal itu terjadi, Ray tak lagi memiliki keraguan tentangnya dan satu hal lain yang akan dia lakukan.
“Selanjutnya adalah pelontar api.” Justina mempersiapkan dirinya dan menarik napas dalam.
Dia telah memperkirakan seberapa jauh jangkauan dari semburan api sebelumnya. Ada sedikit celah dan jeda yang bisa dia gunakan untuk melewati semburan api yang akan muncul.
Ini akan mudah, aku berterima kasih kepada pria bodoh di sana yang dengan mudah aku gunakan. Ke depannya, kamu akan menjadi alat yang berguna. Pikirnya.
Justina tersenyum dan dengan lembut memicu jebakan selanjutnya, kemudian dia membungkuk dan berguling-guling. Perkiraannya tepat sehingga dia bisa melewatinya tanpa terluka sedikitpun.
“Ini sangat mudah, mengapa kamu terluka begitu mudah?” Dia mengejek Ray yang menatap tanpa berkedip. Justina berpikir bahwa dia terkejut dan kagum, tetapi kenyataannya bukan itu.
Ray kemudian tersenyum mengejek, “Kamu pikir mengapa aku bersusah payah melompat dan membiarkan tubuhku sedikit terluka?”
Ketika itu juga Justina menyadari bahwa dirinya masuk ke perangkap yang tak pernah muncul. Jalan setapak tempatnya berpijak tiba-tiba jatuh dan menghilang.
“Kyaa!” Justina menjerit dan dia berhasil bergantung pada sisi lain ruangan.
Di bawahnya terdapat besi yang berbentuk duri, jika dia jatuh sama artinya mati, bahkan tanpa keberadaan duri tersebut, dengan ketinggiannya saat ini tak terelakkan dia akan mati. Menatap ke atas dia menemukan Ray yang berdiri dengan tatapan merendahkannya.
“Tolong aku, Ray! Aku tidak mau mati!” Justina mengemis dan menangis kepadanya.
Ray mulai berjongkok dan menikmati saat-saat paling menyedihkan yang dimiliki Justina, dia yang sebelumnya menunjukkan tatapan bangga dan berada di atas awan, dengan mudahnya membuang harga diri dan menjilat untuk nyawanya.
“Pertama kali, ketika aku mengatakan bahwa Degree-ku tidak begitu berguna, kamu meragukannya dengan sangat. Aku pikir itu hanya masalah kepercayaan belaka namun semua berubah ketika kamu tidak tahu apakah aku berbohong atau tidak. Lalu di rintangan sebelumnya juga semuanya menjadi jelas.”
Justina dengan mudah menemukan jawaban tepat saat itu. Tentunya Ray juga telah sampai pada kesimpulan itu namun dia tak segera yakin dan mencari cara lain dengan kemungkinan selamat paling besar, tetapi Justina sangat percaya diri dengan jawabannya.
“Sejak saat itu aku sudah curiga dengan Degree milikmu. Kamu juga mencoba menggunakanku untuk mengamati jebakan itu dan karena itu aku menyusun rencana kecil.”
Rencana itu lebih tepat disebut sebagai taruhannya, itu taruhan yang cukup berisiko mengingat diperlukan keberuntungan dan situasi yang sejalan dengan keinginannya.
Sementara Ray masih meragukan dan tak memahami Degree miliknya, setidaknya dia yakin bisa bertahan dengan sesuatu yang sudah dia miliki sejak awal.
“Kamu sengaja melompat ... karena tahu langkah terakhir menyimpan jebakan?” Untuk pertama kalinya Justina terkejut bukan main, matanya jelas bergetar ketika menatap mata Ray yang tak kenal kasih sayang.
“Ketika aku melihat baik-baik, ada garis kecil samar di ujung jalan, saat itu aku yakin bahwa ada sesuatu di sana sehingga aku memilih melompat dan mengambil risiko terbakar.”
Berkat tindakan nekat tersebut Ray mendapatkan sedikit luka bakar di punggungnya, tetapi tidak ada penyesalan tentang itu. Keuntungannya lebih besar ketimbang kerugian.
“Kamu berpikir telah menggunakan aku untuk keuntungan pribadimu namun ironisnya, justru kamu yang aku gunakan. Biarkan aku sedikit mengubah kata-katamu sebelumnya ... mengapa kamu mudah sekali tertipu?”
“A-apa yang akan kamu lakukan? T-tolong aku, aku berjanji akan melakukan apapun untukmu, jadi tolong selamatkan aku!”
Ray tetap tak bertindak dan menatap rendah Justina, “Degree milikmu adalah Observasi. Kemampuan pengamatan yang mampu menghitung segala sesuatu, termasuk perkataan seseorang. Kamu bisa menentukan apakah itu bohong atau tidak, benar, kan?”
“I-itu benar! Aku selalu ingin menjadi pengacara, mungkin itu yang menjadi asal-usul Degree-ku. Jadi kamu puas? Tolong selamatkan aku!” Justina merasakan jari-jarinya sudah tak lagi kuat menahannya.
Pengacara, kah. Itu masuk akal untuknya mendapatkan Degree dengan bentuk seperti itu.
Untuk menjadi seorang pengacara dibutuhkan kemampuan observasi yang baik dan mampu menilai mana kebohongan, mana kebenaran. Dari hal ini, sedikit banyaknya Ray memahami ketentuan untuk seseorang menerima Degree yang berhubungan dengan tujuan dan kepribadian.
Ray dengan santai mencabut pisau yang tertancap di tangannya, dia membuka kemejanya dan melilitnya untuk menghentikan pendarahannya selagi berbicara.
“Tempat ini sangat menarik, aku tidak salah untuk datang. Aku yakin tidak akan pernah bosan, terutama tentang sistem Market yang menyediakan hampir segala hal.”
Ray selesai membaluti tangannya. Dia menarik Justina ke atas dengan satu tangan, Justina terkejut dengan kekuatan Ray namun dia lebih terkejut karena Ray menyelamatkannya.
“Terima—”
“Untuk mendapatkan DP ada tiga cara. Satu menyelesaikan misi, dan yang kedua merebutnya dari orang lain, sementara yang terakhir sungguh tidak bisa dimengerti. Untuk sekarang, mari coba cara kedua.” Tanpa berkedip Ray memotong tangan kanan Justina yang dia tarik.
“Eh?”
Ray hanya membutuhkan tangan kanannya, lebih tepatnya jam yang ada di tangan kanan Justina. Sementara sisanya ... dia tidak peduli.
“Kamu telah mengambil langkah terakhir, jadi seratus DP telah diterima. Kalau tidak salah cara mengambilnya adalah dengan menempelkan kedua jam.” Ray mempraktekkannya sesuai seperti yang dijelaskan dan benar saja, DP miliknya bertambah.
Justina yang tak bisa mengolah informasi di kepalanya terdiam dengan wajah terkejut, marah, dan menangis selagi jatuh menuju duri besi yang tajam.
“Aku tidak mau mati! Tolong—” Suara yang penuh dengan rasa takut semakin menjauh, kolaps kemudian menghilang. Tak lama suara keras dari sesuatu yang tertusuk menggema.
Pemandangan mengerikan di mana dari dada, kepala dan bagian lain tubuhnya tertusuk dengan menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Rizhu
Aku mengidolakan mu Ray
2022-08-27
2
クロスケフジン:キツネ
lanjut Thor><
2022-04-19
1
Ray Farent
Nice! puas aku melihat MC yang tidak naif dan cerdas lalu membalas orang yang berusaha memanfaatkannya
2022-04-19
4