“Jangan bercanda! Tidak mungkin kami mau terperangkap di sini selamanya!”
“Jika tahu seperti ini aku tidak akan pernah mengikutinya!”
Orang-orang mulai marah dan mengumpat, berbagai reaksi bisa ditemukan. Dimulai dari kemarahan, kesedihan bahkan orang-orang tenang seperti Ray juga ada.
Manusia dikutuk untuk bebas. Kebebasan adalah sesuatu yang sangat menggambarkan manusia. Mengurung manusia di satu tempat takkan membuat mereka puas dalam aspek apapun.
“Kami tak pernah mengatakan bahwa kalian tidak bisa keluar dari sini. Ada jalan keluar. Itu hanya berlaku bagi mereka yang menyelesaikan tugas.”
Semua orang kembali terdiam atas perkataan Secret. Wajar karena selain tidak menerima fakta mereka akan dikurung layaknya burung, ada dorongan kuat untuk memamerkan Degree kepada dunia luar.
Mereka pastinya tidak berpikir bahwa sebelum Serum D diumumkan, orang-orang yang memiliki Degree akan dianggap aneh dan besar kemungkinannya diburu untuk bahan penelitian. Saat menemukan sesuatu yang tidak biasa, manusia tidak memiliki keraguan merusak alam atau bertingkah tidak manusiawi.
“Tugas seperti apa?”
“Berbagai macam. Kami akan memberikan tugas kalian melalui jam yang telah kalian gunakan. Sebagai catatan, jam itu tidak bisa dilepaskan dengan cara apapun, bahkan jika nuklir menghantamnya jam akan bertahan.”
Jam dengan sifat amerta, itu penemuan lain yang sangat hebat. Entah bagaimana caranya mereka mungkin menemukan logam terkeras di dunia.
“Tugas yang kami berikan adalah bentuk penelitian dan untuk mencari data yang kami inginkan. Barang siapa yang menyelesaikan semua tugas-tugas maka keinginan apapun yang mereka inginkan akan dikabulkan.”
Sebuah gerbang besar terbuka, lorong panjang dengan lampu redup menyinarinya. Di dalamnya terdapat banyak pintu logam yang dijalankan mesin.
“Untuk tugas pertama, kalian bisa melihat di jam masing-masing.”
Mengikuti instruksi yang diberikan, Ray menemukan pesan yang bertuliskan:
—Nomor peserta 56. Masuklah ke pintu 99 bersama orang bernomor sama denganmu.—
Orang dengan nomor peserta yang sama, kah? Artinya aku akan berkelompok dengan seseorang. Pikirnya.
Semua orang memiliki perintah yang sama dengan nomor peserta dan pintu yang berbeda. Ray kemudian mencoba mengkonfirmasi nomornya dengan orang-orang yang dia kenal.
“Nomorku 234, pintu 344. Bagaimana dengan kalian?”
“Aku sama dengan Leo, sepertinya kita akan berpasangan. Bagaimana denganmu, Ray?” Terumi terlihat bermasalah dan sedikit berharap ketika melihat Ray.
“Sepertinya kita akan berpisah, nomorku 56 dan pintu ke 99.”
Cukup mengecewakan karena akan berpisah dengan orang yang dia kenal namun Ray tidak begitu memusingkannya.
Secret kemudian meminta untuk bergegas menyelesaikan tugas pertama yang baru saja diinstruksikan.
“Tidak ada batas waktu untuk tugas tersebut. Namun kami akan memberikan peringatan, jika kalian terlalu lambat menyelesaikan, semakin sulit tugas-tugas lain yang akan datang nantinya.”
Mereka tidak bisa berlama-lama dalam menyelesaikan tugas yang tersedia jika tidak ingin kesulitannya meningkat.
“Kalau begitu, kita berpisah. Semoga kita bertemu lagi di lain kesempatan.” Leo dan Terumi pergi ke arah lain dan melambaikan tangannya.
“Mohon jaga dirimu baik-baik, Ray.” Terumi tampak memiliki kekhawatiran berlebih.
“Ya. Sampai jumpa.” Ray tak berniat membuang waktunya dan menuju pintu tempatnya diarahkan.
Di sana sudah ada tiga orang berdiri di pintu 99, dia wanita dan satu orang pria. Ray tak tahu bagaimana cara untuk membuka pembicaraannya dan hanya diam sedikit menjaga jarak, begitu niatnya.
“Apa kamu berada di ruang yang sama? Perkenalkan, aku Tyson, Degree-ku Pembuka Pintu.” Pria dengan rambut menutupi satu matanya membuka percakapan.
“Aku Misa, Degree-ku Terang.” Wanita dengan rambut pirang yang tangan kirinya memegang erat Tyson ikut memperkenalkan diri.
Ray menunggu wanita lainnya memperkenalkan diri namun wajahnya apatis dan benar-benar menjauhkan dirinya. Sorot matanya begitu tajam seakan bisa melukai dan rambut pendeknya sangat pantas dimiliki. Menyadari tatapan Ray, wanita itu mendengus kasar dengan enggan.
“Aku Justina.”
“Aku Ray, salam kenal.”
Melihat Tyson dan Misa begitu dekat mereka pasti pasangan. Ray sedikit terkejut karena ada orang yang sudah mengenal satu sama lain sebelum datang ke tempat ini. Memang bukannya tidak mungkin itu terjadi namun tetap saja mengejutkan.
Bagian lain yang mengganggu adalah pasangan kekasih itu tidak ragu sekalipun mengungkapkan Degree mereka. Memang tidak ada salahnya namun Ray tidak akan mengungkapkan miliknya karena tujuan dari tugas dan Secret sendiri masih abu-abu.
Bersama-sama memasuki pintu yang ternyata adalah sebuah lift, mereka segera dibawa pergi ke suatu tempat. Ray tidak bisa memastikan apakah mereka turun atau naik, kiri atau kanan. Liftnya bergerak terlalu mulus sehingga sulit menebaknya.
Tak lama lift berhenti, jam mereka menampilkan notifikasi misi lain.
—Jalan menuju pintu keluar dan pecahkan sandi. Berhati-hatilah, musuh ada di segala tempat.—
Mereka berempat memiliki perintah yang sama. Kemudian pintu lift terbuka dan yang mereka temukan adalah sebuah lorong panjang yang sangat gelap.
“Ini lebih gelap dari malam. Kita tidak akan tahu apa yang akan menanti jika memaksa untuk berjalan.”
“Ray benar. Misa, bisakah kamu menggunakan Degree milikmu?” Tyson sepakat dan meminta Misa dengan lembut.
“Akan aku coba.” Misa mengulurkan tangan kanannya dan memejamkan mata, wajahnya terlihat kesulitan dan begitu dia membuka matanya—
“—Degree — Light!”
Cahaya terang muncul dari telapak tangannya, Misa terlihat senang karena berhasil melakukannya, Tyson juga demikian. Hanya Ray dan Justina yang bereaksi datar.
Entah dengan Justina, sejujurnya Ray terkejut bahwa akan semudah itu menggunakan Degree, baru kali ini dia melihat penggunaan Degree.
“Mari kita pergi.” Misa berkata riang dan dengan semangat memimpin jalan.
Mengikuti di belakangnya, tak lama mereka menemukan jalan bercabang yang dihalangi dinding cahaya merah dan biru. Jalannya juga berwarna merah dan biru di masing-masing pintu. Dinding tersebut memunculkan tulisan bahwa hanya dua orang yang diizinkan memasuki satu jalan.
“Kita harus dipecah lagi, ya? Namun tampaknya tergantung jalan mana yang kita pilih, tugasnya akan berbeda.” Tyson mulai membuat asumsinya.
Ray diam-diam setuju. Di sana tertulis bahwa tujuan akhirnya adalah tempat yang sama, yang berbeda kemungkinan besar adalah apa yang akan mereka dapatkan dari jalan yang dipilih.
“Bagaimana jika begini. Aku dan Ray akan mengambil jalan merah, sementara Misa dan Justina akan mengambil satunya.”
Momen klise di mana jalan merah selalu memiliki arti berbahaya dan langkah logis adalah mengirim dua pria untuk mengatasinya. Namun itu hanya jika mereka berada di film.
“Kamu bodoh, ya? Bagaimana jika kami wanita menerimanya sesuatu yang berat? Tanpa kalian pria, kami mungkin dalam bahaya. Jauh lebih tepat saling berpasangan.” Justina untuk pertama kalinya mengungkapkan pendapat.
Tentunya, Ray lebih menyukai hal itu, dan juga pasangan sudah jelas. Tyson akan pergi dengan Misa karena keduanya sepasang kekasih.
“Kalau begitu sebagai gantinya, aku dan Misa akan mengambil jalan merah. Kalian berdua hati-hati, ya.”
“Sampai jumpa!” Misa melambaikan tangannya dengan senang.
Ray dan Justina jatuh dalam keheningan. Mereka berdua tipe orang yang canggung, tidak sulit membayangkan perjalanan mereka akan menemukan keheningan.
“Mohon kerja samanya ...” Reid coba membuat percakapan tetapi Justina dengan acuh berjalan ke jalan biru.
Ray hanya bisa menghela napas dan mengikutinya di belakang. Sejauh ini tidak ada kejanggalan apapun sampai Ray menemukan sesuatu yang tidak pada tempatnya, dia mempercepat langkahnya dan menarik bahu Justina.
“Jangan sentuh aku-!” Justina mengumpat namun Ray memotongnya sebelum Justina menjadi marah.
“Lihatlah jalan di depan sana, ada sesuatu yang ganjal.”
Menekan amarahnya dengan wajah tidak senang, Justina ikut menatap hal yang dimaksud Ray namun tidak menemukan apapun, “Apa maksudmu?”
“Lihat di pojok dinding. Sejauh ini tidak ada yang seperti itu, jika asumsiku benar benda itu memancarkan cahaya tak kasat mata. Tidak dipastikan apa yang terjadi jika kita menyentuhnya namun lebih baik tidak ambil risiko.”
Seketika mereka berdua diam selama kurang lebih satu menit, jam tangan mereka berdering di waktu yang sama. Sebuah pemberitahuan tugas muncul dengan format yang sama.
—Hindari laser mematikan jika tidak ingin terpotong. Dua orang satu langkah satu gerakan, lebih akan dikenakan sanksi.—
“Apa maksudnya?” Justina tidak begitu memahami perintah yang diberikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Yanuar Sukma Pribadi
ganjal = janggal.
2022-05-29
1
Yanuar Sukma Pribadi
Nama MC typo.
2022-05-29
1
クロスケフジン:キツネ
ini kek anime yang pernah gua tonton tapi lupa judul nya
2022-04-19
3