Terkadang yang buruk akan tampak lebih jelas dibanding yang baik. Sebab salah satu bakat alami manusia adalah membenci…
“Aduh, dingin, dingin, dingin,” keluh Hermione yang berlari di tengah hujan.
Sempat ia ingin berhenti untuk berteduh namun, ia mengurungkan niat tatkala melihat beberapa orang yang berteduh tampak tidak baik dalam pandangannya. Sampai…
BRUK!
“Ma, maaf,” ujar Hermione tanpa menatap orang yang ditabraknya.
Sedikitpun Hermione tidak berani melangkahkan kakinya, dia terpaku menunggu orang yang ia tabrak pergi. Tetapi, tidak ada tanda-tanda orang tersebut bergerak dan Hermione hanya memandangi sepatu merah yang dikenakannya.
“Apa kau selalu pulang lewat sini?”
Pertanyaan itu membuat Hermione menggeleng cepat.
“Ikut aku. Di sini bahaya.”
Lagi, Hermione menggeleng cepat dan berniat akan melangkahkan kakinya namun, sosok pria tinggi di hadapannya langsung menghalangi hingga membuat ia semakin gugup.
“Di belakang kita ada orang jahat. Mereka mengincarmu.”
“Ba, bagaimana mungkin aku bisa percaya padamu?” tanya Hermione panik.
“Tatap aku.”
Segera Hermione mengangkat wajahnya dan seorang pria berwajah manis dengan tatapan datar, tampak mengisyaratkan padanya untuk melihat payung yang telah ia bagi bersamanya sedari tadi.
“Sekarang!”
Seakan ada ledakan yang cukup kuat, pria itu menarik Hermione, membawanya lari ke tempat ramai dan jauh dari orang-orang yang memang sejak tadi mengincarnya.
Seperti de javu, orang ini terburu-buru membawaku lari untuk menyelamatkan Ibu yang hampir dinodai orang-orang bodoh itu. Pria ini baik, bahkan sangat baik dengan genggaman tangannya yang lembut. Pria ini, dia…
“Kau Paman Malaikat?!”
Teriakan Hermione sontak menghentikan lari keduanya.
“Kau Paman Malaikat yang menyelamatkan Ibuku,” ujar Hermione riang.
Merasa cukup aman, pria itu pun akhirnya memperlihatkan senyum manisnya yang begitu ramah.
“Kau ingat aku?” tanyanya penuh perhatian.
“Aku tidak akan pernah melupakan orang yang begitu baik,” sahut Hermione riang, “apa yang kau lakukan di sana?”
“Menemui orang. Kau sendiri, kenapa lewat sana malam-malam begini?”
“Aku hanya ingin memotong jalan karena hujan,” ujar Hermione melemas, “tapi, orang-orang tadi siapa?”
“Lorong itu memang pemintas paling cepat tapi, aku peringatkan jangan lewat sana lagi, terlalu berbahaya. Apalagi kau perempuan.”
“Iya, aku mengerti. Jadi, sekarang Paman ingin ke mana? Hujan sudah mulai reda,” kata Hermione penasaran.
“Aku akan antar kau pulang,” ujarnya sembari berjalan pelan mengiringi langkah Hermione dan membagi payungnya.
“Apa tidak merepotkan?”
“Sudah terlanjur bertemu, kenapa harus membahas masalah merepotkan?”
“Hehehe…takut saja Paman ada perlu lagi.”
“Urusanku sudah selesai.”
“Mmm…namaku, Hermione. Hermione Lee Grint.”
“Aku, Il Bong Tae So.”
Kening Hermione pun berkerut sebab melihat reaksi Tae So yang sedari tadi tidak banyak berekspresi.
“Paman tidak tertawa?”
“Tertawa karena apa?”
“Karena namaku.”
Kini, giliran Tae So mengerutkan keningnya.
“Memang ada yang salah dengan namamu?” tanya Tae So heran.
“Yakin, Paman tidak ada niat mentertawakan namaku?” tanya Hermione dengan tatap menyelidik.
Sesaat Tae So hanya melirik dan tersenyum sinis.
“Bus-nya sudah datang, pergilah,” perintah Tae So.
Malam yang sunyi, usai membungkuk sesaat, mengucap terima kasih, Hermione pun melangkah menaiki tangga bus namun, sejenak ia menoleh.
“Aku tahu kau penasaran tapi, aku benar-benar tidak mengerti kenapa aku harus mentertawakan nama yang sesuai dengan wajah blasteranmu.”
Sejenak tampak raut kecewa dan bingung yang tersirat di wajah Hermione ketika menatap pria berkulit putih dengan sudut mata meruncing di hadapannya.
“Hei, jadi naik tidak?”
Teguran Sang Supir seketika menyadarkan Hermione dari lamunannya. Tanpa sempat membalas ucapan Tae So, dia pun bergegas masuk dan terburu-buru membuka jendela usai duduk di salah satu kursinya.
“Paman, kita bisa bertemu lagi, kan?”
“Kapanpun kau ingin.”
“Di mana aku bisa menemukanmu?”
“Di manapun kau menginginkan kehadiranku.”
“Ta, tapi…”
Bus pun berjalan, meninggalkan rasa kecewa tatkala Hermione memandang ke belakang, ia hanya bisa melihat Tae So tengah menatap bus yang membawanya, sebelum kemudian berbalik dan melangkah pergi.
...◇◇◇...
“Hari ini Ibu libur, apa kau ingin jalan-jalan?” tanya Choon Hee sembari menikmati sarapannya.
“Ibu ingin jalan-jalan?” tanya Hermione riang.
“Tentu. Ada tempat yang ingin kau kunjungi?”
“Mmm…sebenarnya aku ingin berjalan santai di Pantai Haeundae tapi, terlalu jauh. Bagaimana kalau kita jalan-jalan di taman dekat Sungai Han saja, ada sesuatu yang ingin kuceritakan.”
Melihat putri kesayangannya begitu senang, Choon Hee pun menyetujui ajakkannya setelah menyelesaikan sarapan.
“Jadi, kau bertemu orang yang menyelamatkan Ibu? Tapi, bagaimana…”
Langkah CHoon Hee pun terhenti, dan bergegas menarik Sang Anak untuk duduk di salah satu kursi taman.
“Aku juga takjub, kenapa bisa bertemu dengannya selalu di saat genting. Benar-benar malaikat,” ucap Hermione yang lalu tersenyum dan menampakkan sederet giginya yang begitu rapi.
“Bukan. Maksud Ibu, saat kejadian itu kau masih berumur 12 tahun. Bagaimana mungkin kau ingat?” ujar Choon Hee dengan kedua bola mata membesar, “kau yakin tidak salah orang?”
“Haaa…Ibu, siapapun pasti bisa mengingat kejadian yang membuatnya ketakutan setengah mati. Jangankan orang yang menyelamatkan kita, teman SD yang duduk di bangku pertama dekat pintu masuk kelas pun aku masih ingat. Hehehe…”
Mendengar celoteh putrinya, ada rasa bersalah yang tiba-tiba mengganggu pikiran, dan membuat jantungnya berdebar sangat kencang hingga ia terdiam cukup lama menatap Sang Anak yang tengah memandangi Sungai Han.
“Hermione Lee Grint?” tegurnya tiba-tiba.
“Ng?” sahut Hermione yang sontak menoleh bingung.
“Jangan pulang lewat jalan itu lagi. Kalau terlalu malam, hubungi Ibu. Kau mengerti, kan?”
“Ibu, aku sudah besar dan aku…”
“Berjanjilah,” kata Choon Hee memutus kalimat Sang Anak, “Ibu mohon.”
“Hmm…iya, Ibu. Aku janji,” ujar Hermione pasrah, “tapi, Ibu ingat yang menolong kita waktu itu, kan?”
“Dia mengenakan topi dan jaket hitam. Agak samar, Ibu tidak bisa mengingat jelas.”
“Tetapi, Ibu ingat dua pria jahat itu?” tanya Hermione penasaran.
“Tentu. Sangat jelas.”
“Ibu, bagaimana kalau mereka mencari kita dan ingin balas dendam?” tanya Hermione ragu, “Ayah sudah tidak ada,” tambahnya sedikit khawatir.
“Tidak. Ibu akan menjagamu. Apapun yang terjadi, Ibu tidak akan membiarkan mereka mengganggu kita lagi.”
Ada rasa yakin dan takut yang teramat besar saat Choon Hee berusaha menguatkan putrinya. Seakan ada rasa berani yang tidak akan bisa ditembus siapapun namun, rasa takut yang membayai membuat jantungnya berdebar lebih kencang dari sebelumnya.
...◇◇◇...
“Pa, Paman, tolong aku. Tolong Ibuku.”
“Kenapa?”
“A, ada orang jahat yang ingin merobek baju Ibu. A, aku mohon cepat, Paman. Aku mohon.”
Tangis gadis 12 tahun itu seketika pecah. Tidak ada kata yang bisa ia ucapkan dibalik rasa takut dan paniknya. Dia hanya bisa berusaha menarik tangan pria yang masih berdiam heran melihatnya. Namun, tidak terlalu lama sampai tatapnya tertuju pada luka terbuka di kening gadis tersebut. Dan tanpa pikir panjang ia berlari kearah yang ditunjukkannya.
Hampir, di dalam lorong itu, wanita cantik bermata sayu tersebut hampir kehilangan seluruh kain yang menutupinya. Dan sedetik kemudian, hanya ada bercak darah di dinding lorong sementara, dua pria yang sebelumnya mengganggu wanita tersebut terlihat tak sadarkan diri.
“Nyonya, apa Anda baik-baik saja?”
“Aku, aku tidak apa-apa. Anakku, bantu aku menjaga anakku agar kami pulang dengan aman.”
Tidak ada rasa peduli pada keadaan yang juga dipenuhi lebam dan darah yang keluar dari hidung serta sudut bibirnya. Yang wanita itu pikirkan hanya anaknya. Anak yang telah menyaksikan semua dari awal, merasa ketakutan sejak awal. Yang dia pedulikan hanya menggenggam dan memeluk anaknya dengan erat.
Tenang, pria yang menolong mereka bergegas membuka jaket dan memasangkannya di pundak wanita yang masih tersedu di hadapannya. Dengan perasaan ragu, dia merangkul dan menepuk-nepuk pundaknya.
“Terima kasih, telah menolong kami.”
“Kenapa Anda berkeliaran di tempat itu?”
“Rencananya kami hanya ingin memotong jalan. Tapi, tidak bisa kukira akan bertemu orang seperti itu.”
“Apa Anda baik-baik saja?”
“Aku baik selama anakku baik.”
Tenang, ketiganya duduk di halte bus sembari menikmati minuman hangat masing-masing.
“Ibu, aku lapar.”
Sontak pria di sisi wanita tersebut mengeluarkan sebungkus roti dari saku jaketnya.
“Jangan. Tidak perlu repot-repot,” tolak Sang Wanita ramah, “kita makan setibanya di rumah, ya, Sayang,” tambahnya usai beralih pada Sang Anak.
Kasihan melihat wajah gadis kecil diantara mereka, pria tersebut cepat-cepat membuka bungkus rotinya dan menyerahkan pada gadis kecil yang langsung melahapnya dengan riang.
“Seharusnya jangan,” ucap Sang Wanita tak enak hati.
“Tidak apa-apa, aku bisa membelinya lagi,” sahut Sang Pria seraya mengusap lembut puncak kepala gadis kecil di sisinya.
“Oh, Ibu. Bus-nya sudah datang,” seru Sang Anak riang.
“Terima kasih. Kalau begitu kami pergi dulu.”
“Hati-hati di jalan.”
Usai saling membungkuk, wanita beserta anaknya pun naik ke bus namun, sesaat wanita tersebut menoleh seraya tersenyum lembut.
“Aku, Cho Choon Hee. Terima kasih untuk seluruh bantuanmu. Semoga kita kembali dipertemukan dalam keadaan yang baik.”
“Saya, Il Bong Tae So. Senang mengenal Anda.”
Senyum lembut Tae So pun mengantar kepergian Choon Hee serta anaknya malam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments