“Choon Hee, kau mau kopi?”
Seorang wanita cantik dengan gaya sederhana yang elegan menghampiri Choon Hee dengan begitu semringah.
“Aku tidak suka kopi,” sahut Choon Hee seraya tersenyum tipis.
“Teh bagaimana?”
Wanita yang mengalungi nametag bertuliskan “Song Hyeri” itu tampak berusaha membujuk Choon Hee.
“Mmm…aku ikut saja,” ujar Choon Hee sembari beranjak.
Dengan perasaan canggung Choon Hee mengikuti langkah Hyeri yang memang menjabat sebagai pegawai tetap.
“Ini gelasmu,” kata Hyeri sambil menyerahkan cangkir pada Choon Hee yang langsung menerimanya, “bagaimana rasanya tempat baru?”
“Baik-baik saja. Sama seperti sebelumnya,” sahut Choon Hee sembari menuangkan air panas ke cangkirnya yang telah terisi bubuk teh hijau.
“Tidak kira akan bertemu lagi di sini.”
Ucapan Hyeri yang terdengar penuh arti membuat Choon Hee sesaat meliriknya, dan tampak sekilas ia menghela napas pelan.
“Kalau sudah tidak ada yang harus kita bicarakan lagi. Aku pergi,” kata Choon Hee seraya melangkah pergi.
“Jangan pernah melarikan diri dari masalah. Kematian Chang Wook juga karena…”
BRAK!
Tanpa ingin lagi mendengar celoteh Hyeri yang dia tahu akan menyakiti perasaannya, dia pun pergi sembari membanting pintu cukup kuat. Sementara, Hyeri hanya melirik sinis, di luar Choon Hee berjalan kembali ke ruangan dengan perasaan kesal dan sedih sampai tidak menyadari kehadiran atasan yang ia lewati tanpa sedikitpun menunjukkan rasa hormat.
Sesaat Sang Atasan melirik, sedetik kemudian keningnya berkerut, dan kurang dari lima menit ia langsung berbalik lari mengejar Choon Hee yang kini telah memasuki ruangannya. Dengan napas tersengal ia masuk menerobos ruang desain dan membuat seluruh pasang mata menatapnya heran. Tidak terkecuali, Choon Hee yang memandang tepat kearah sorot mata Sang Atasan yang hanya bisa mengerjap linglung.
“Bapak mencariku?”
Suara yang begitu ia kenal membuatnya melepaskan pandangan dari Choon Hee, dan mengalihkannya pada sosok wanita bersorot mata dingin bernama Han Eugene.
“Oh, ya. Eugene. Wakil Direktur Kim mencarimu. Kalau begitu aku permisi.”
Sesaat sebelum benar-benar keluar, Sang Atasan yang tak lain adalah Yeo Yeon Seok itu pun melirik lagi kearah Choon Hee yang telah terfokus pada pekerjaannya. Sejenak keningnya berkerut tatkala menyaksikan Choon Hee mengusap kedua pipinya seakan ada air mata yang sempat membasahi.
“Es krim?”
Tahu siapa sosok yang menyodorkan es krim di bawah pandangannya, Yeon Seok pun langsung menerima dengan senang hati. Sedangkan, Hermione yang memberikannya sudah duduk riang di ayunan sebelahnya.
“Kenapa makan es krim? Kau sedang senang?” tanya Yeon Seok.
“Kau tidak merasa kalau hari ini panas sekali?” tanya Hermione sembari menikmati es krimnya.
“Oh, kupikir kau sedang senang.”
Tenang, keduanya sesaat menikmati es krim masing-masing, walau terkadang Hermione melirik, sebab merasakan sikap Yeon Seok yang baginya sedikit aneh.
“Kau pasti penasaran karena aku tidak cerewet dan mengganggumu seperti biasa,” ujar Yeon Seok tanpa mengalihkan pandangan.
“Memang kenapa?”
“Tadi aku bertemu lagi dengan seseorang yang pernah mengisi lembaran cerita dalam hidupku.”
“Oh, kau sudah pernah menikah? Padahal kau pernah mengatakan, kalau kau lajang sejak lahir. Mengerikan,” celoteh Hermione yang lalu menatap lekat Yeon Seok dengan kedua bola mata membesar.
“Bocah nakal,” umpat Yeon Seok yang lalu membalas sinis tatapannya, “mengisi lembaran hidup bukan berarti pernah menikah. Makanya kalau orang sedang bicara dengarkan sampai selesai,” tambahnya jengkel.
“Kau ingin bercerita atau mengeluh. Kalau cerita cepat lakukan. Huh!” omel Hermione yang lalu berayun pelan.
“Dia satu-satunya wanita terbaik dalam hidupku tapi, aku memutuskan hubungan kami secara sepihak. Dan sampai detik ini, aku masih sering memimpikan bagaimana caraku meninggalkannya. Benar-benar pengecut,” jelas Yeon Seok penuh sesal.
“Ya, ya, ya. Kelihatan. Benar-benar kelihatan. Ck, ck, ck,” ujar Hermione sembari menggeleng dan berdecak meremehkan.
“Kau mengolokku?” tanya Yeon Seok dengan kening berkerut.
“Tidak juga. Hanya mengakui kalau kau memang pria pengecut,” sahut Hermione datar.
Tanpa bisa membalas ucapan gadis 13 tahun di sisinya, dia pun hanya melirik sinis. Lama, dia memandangi Hermione yang tengah asyik berayun, sampai bayangnya perlahan berubah. Sosok gadis berambut panjang dengan setelan kemeja putih tampak tersenyum padanya.
Yeon Seok, aku bahagia kalau kau bahagia…
Seakan ucapan itu bergema dalam pikirannya, Yeon Seok pun tersentak dan mengerjap cepat karena kini hanya melihat ayunan kosong yang berayun.
“Aku pulang, ya. Sudah bosan!” teriak Hermione dari kejauhan.
Melihat Hermione yang perlahan melangkah lebih jauh, Yeon Seok pun hanya bisa menghela napas keras. Dia terdiam sendiri sambil memandangi langit siang yang sedikit mendung.
“Hei, aku tidak pernah berniat meninggalkanmu. Tapi, kenapa kau benar-benar meninggalkanku?”
Seolah tengah berbicara dengan seseorang, dia kemudian memejam.
“Aku merindukanmu, Cho Choon Hee.”
Terdengar helaan napasnya cukup kuat usai berucap lirih. Tenang, rintik hujan pun perlahan membasahi puncak kepalanya namun, sedikitpun ia tidak bergeming. Dan sedetik kemudian, bersama hujan yang turun, air mata pun ikut membasahi kedua pipi Yeon Seok. Sementara, di tempat berbeda, Choon Hee terlihat memandang kosong hujan yang mengetuk salah satu jendela perusahaan.
Ayah Hermione, maaf, untuk cinta yang tidak bisa aku ungkapkan. Maaf, aku tidak bisa seperti wanita lain yang selalu memberikan kado di hari ulang tahun suaminya. Tidak ada sesuatu yang spesial untukmu setiap tahun. Aku iri dengan orang-orang yang selalu memamerkan kekayaan mereka. Dan ada rasa sakit ketika aku menatap Hermione, dia anak yang tidak pernah mengeluh. Ada banyak pertanyaan tetapi, semua butuh proses. Karena itu, bantu aku untuk lebih kuat dan berusaha agar Hermione bisa merasakan lebih dari orang-orang yang selalu memamerkan kekayaan untuk anak-anaknya. Aku menyayangimu. Maaf, untuk seluruh emosiku selama ini.
Ada embun yang menghias sedikit ruang kaca jendela di sisinya usai ia membatin dan menghela napas pelan. Dan diantara deru rintik hujan di luar serta bincangan beberapa karyawan, Choon Hee kembali melanjutkan pekerjaannya.
...◇◇◇...
“Hermione?”
Sibuk melempar batu ke sungai, Hermione yang saat itu tampak jengkel seketika berubah riang tatkala melihat sosok yang memanggil namanya.
“Woong Ye Jun.”
Setelah berucap pelan menyebut nama anak laki-laki yang tengah melangkah kearahnya, tanpa aba-aba, dia berlari sekencangnya dan langsung memeluk Ye Jun dengan erat.
“Kau baik?” tanya Ye Jun setelah Hermione melepaskan pelukannya.
“Aku baik. Bahkan sangat baik setelah melihatmu,” sahut Hermione penuh semangat.
Sesaat kemudian, keduanya telah duduk memandangi Sungai Han sambil menikmati burger masing-masing.
“Jadi, kau kemari untuk berpamitan?”
“Iya. Terlalu sayang kalau harus melepaskan kesempatan ini. Makanya aku menerima tawaran itu tanpa mengabarimu lebih dulu.”
Diam sejenak, Hermione tampak berpikir dengan ekspresi datar dan membuat Ye Jun penasaran akan reaksinya.
“Tidak buruk untuk sekolah di Inggris. Kau juga cerdas,” ujar Hermione usai termenung.
“Kau…tidak sedih?” tanya Ye Jun ragu.
“Walaupun aku menangis sampai sungai ini meluap, hal itu tidak akan berubah. Kau sudah tanda tangan kontrak dan akan pergi besok lusa. Apalagi yang harus aku perbuat selain memberi selamat dan mendukungmu,” celoteh Hermione yang kemudian mendengus kesal.
“Aku janji akan mengon…”
Seketika kalimat Ye Jun terputus saat Hermione mengangkat tangan dan menghadapkan telapak tangannya yang begitu putih ke wajah Ye Jun.
“Ayahku pernah berjanji akan pulang tepat waktu untuk sarapan bersama, sehari setelah ulang tahun Ibu. Namun, yang kudapati pulang ke rumah hanya jasadnya,” kata Hermione usai menurunkan tangan.
Mendengar ucapan Hermione yang terdengar dingin, Ye Jun pun tertegun.
“Cukup usaha saja. Katakan jika kau akan berusaha mengontakku selama di sana. Sebab ketika kau telah berusaha, aku tidak akan terlalu kecewa nantinya.”
“Maaf,” ujar Ye Jun penuh sesal.
“Kau tidak tahu. Jadi, jangan minta maaf. Kata maaf diucapkan hanya saat kau melakukan kesalahan. Ketidaktahuan bukan suatu kesalahan.”
“Boleh aku mengatakan sesuatu?”
“Apa?”
“Setelah makan burger yang kubelikan, kau jadi lebih bijak,” ujar Ye Jun seraya menahan senyum geli.
Mendengar sindirannya, Hermione pun hanya bisa mencibir kesal, sebelum akhirnya tertawa bersama.
“Jadi, Ye Jun akan melanjutkan sekolahnya ke Inggris?” tanya Choon Hee takjub.
“Ng,” sahut Hermione sambil menikmati makan malamnya.
“Kau tidak sedih?” tanya Choon Hee dengan tatap menyelidik.
“Tidak,” kembali Hermione menjawab singkat.
“Kau tidak ingin ikut ke Inggris bersamanya?”
Sontak Hermione menghentikan kegiatannya dan menatap heran Sang Ibu yang tengah tersenyum penuh arti.
“Ibu mengusirku?”
Pertanyaan Hermione tentu membuat Choon Hee tertawa geli untuk beberapa saat.
“Ibu hanya menawarkan, Sayang. Kau dan Ye Jun sangat dekat, siapa tahu kau ingin ikut bersamanya.”
“Dekat bukan berarti harus terus mengekorinya. Buktinya setelah hampir tiga tahun tinggal di Seoul, kami baru bertemu.”
“Setiap libur sekolah, kan, selalu bertemu.”
“Iya, via video call.”
Lagi, Choon Hee tertawa geli mendengar sahutan putri semata wayangnya.
“Lagipula, dia bisa ke sana karena mendapat beasiswa. Kalau Ibu mencoba mengirim aku ke sana dengan biaya sendiri, lebih baik jual rumah ini dan kembali membantu Kakek mengelola toko di Busan.”
Mendengar omelan Sang Anak, Choon Hee kembali tertawa geli dan kali ini tidak sendirian, karena Hermione ikut tertawa bersamanya.
“Aku tidur duluan, Ibu. Selamat malam,” ucap Hermione seraya mengecup lembut kening Choon Hee.
“Ibu menyayangimu. Tidur yang nyenyak,” sahut Choon Hee sembari mengecup pipi kiri dan kanan anaknya.
Semua tenang setelah terdengar pintu kamar Hermione tertutup rapat, Choon Hee terdiam menatap pesan di layar ponselnya. Sampai getar panggilan masuk mengejutkannya yang langsung terfokus lebih dalam pada nama yang tertera di layar.
“Ada apa?” tanya Choon Hee dingin.
Tertegun akan sosok wanita yang kini berdiri di hadapannya sejenak, Yeok Seok terpaku.
“Kalau tidak ada yang penting, aku masuk.”
“Tunggu!” pekik Yeon Seok seraya menggenggam erat tangan Choon Hee.
Sinis, Choon Hee langsung menghempaskan tangan Yeon Seok.
“Jadi, apa yang kau inginkan?” tanya Choon Hee sembari menahan amarah.
“Aku ingin jelaskan semuanya,” sahut Yeon Seok penuh harap.
“Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sudah terlalu lama. Lebih baik kau pulang, aku takut kau akan dihajar suami dan anakku,” jelas Choon Hee ketus.
Melihat reaksi Choon Hee yang tampak tidak ingin berbicara dengannya pun membuat Yeon Seok mengalah dan berbalik pergi. Sementara, tanpa rasa peduli, Choon Hee bergegas masuk ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments