“Gosip itu sudah menyebar cukup jauh. Bagaimana kau akan menanganinya?” tanya Hoon panik, “kau akan membahayakannya.”
“Dia tidak butuh bantuanku. Aku akan diam sampai dia melihatku,” sahut Yeon Seok dingin.
“Haaa…bodoh! Terserah padamu. Aku tidak akan ikut campur lagi,” kata Hoon yang kemudian keluar dari ruangan Yeon Seok.
Pantas intern itu bisa masuk kemari. Ternyata dia memiliki hubungan khusus dengan direktur utama… Bagaimana mungkin dia masih bisa bekerja dengan wajah sok polos… Kudengar suaminya sudah meninggal, kabarnya karena mengetahui tentang rumor selingkuhnya dengan teman sekantor… Kasihan sekali yang menjadi anaknya…
Lama, Yeon Seok menutup kedua matanya dan berbagai macam obrolan tentang Choon Hee seakan memenuhi pikirannya. Sampai…
BRAK!
Seketika ia terbelalak dan membuatnya langsung memutar kursi. Sebuah surat pengunduran diri terpampang dihadapannya dan sorot datarnya menatap dingin Choon Hee yang telah memandangnya lebih dulu.
“Kau ingin mengundurkan diri?” tanya Yeon Seok datar.
“Tidak ada hal yang ingin saya bicarakan. Selamat siang, Direktur Yeo.”
Segera Choon Hee berbalik dan melangkah pergi namun, niatnya terurung sebab mendengar suara sobekan kertas hingga membuatnya berbalik menatap tajam kearah Yeon Seok yang hanya tersenyum sinis.
“Terserah kau ingin melakukan apa. Tapi, kalau aku berhasil menyelesaikan masalah ini, tidak ada alasan untukmu tidak kembali.”
“Sebenarnya apa yang kau inginkan? Apa tidak cukup membuatku malu dengan seluruh rumor itu?” tanya Choon Hee dengan rahang menguat.
“Apa yang sebenarnya kau hindari? Kita saling mengenal? Iya, itu benar. Tetapi, kau masuk ke sini tanpa sepengetahuanku. Kau pun di pimpin direktur yang berbeda, kau diseleksi bagian desain dan tata ruang. Sementara, aku duduk di sini hanya menyetujui keinginan mereka karena kekurangan tenaga. Aku direktur utama sekaligus direktur bagian arsitektur, dan aku mungkin memiliki hak memecat yang melakukan kesalahan fatal yang berkaitan dengan perusahaan. Tapi, untuk masalah pribadi, itu diluar kendaliku. Kau bisa temui Direktur Park Hae Joon untuk masalah pengunduran dirimu. Dan satu lagi, rumor tentang kematian suamimu yang masih belum diluruskan, biar aku yang tangani. Silahkan pergi, aku sudah selesai.”
Diam, Choon Hee benar-benar terpaku di dalam ruangan yang kini telah ditinggalkan Yeon Seok. Dia tertunduk mencengkeram kuat tali tas tangannya. Ada rasa sakit, marah juga sedih yang tidak bisa ia luapkan dengan baik hingga membuatnya menghela napas cukup keras, sebelum akhirnya melangkah pergi dengan air mata yang tertahan.
...◇◇◇...
“Jadi, Ibumu ingin bertemu denganku?” tanya Yeon Seok malas-malasan.
“Hmm.”
“Apa kau yakin ingin mempertemukanku dengan Ibumu?”
Kening Hermione pun berkerut usai mendengar pertanyaan Yeon Seok yang menurutnya aneh.
“Apa kau pikir Ibuku akan menyukaimu?”
“Cerdas. Itulah yang kutakutkan,” sahut Yeon Seok polos.
“Gila. Kau benar-benar orang tergila yang pernah kutemui,” umpat Hermione seraya menggeleng, “Ibuku adalah tipe yang hanya mencintai seorang pria. Dia tidak tertarik pada orang sepertimu.”
Mendengar celoteh Hermione yang terdengar sangat membencinya pun membuat Yeon Seok tersenyum geli.
“Kau mengingatkanku pada seseorang,” ujar Yeon Seok lemah.
“Jangan samakan aku dengan wanitamu. Jangan ganggu hatiku, sebab aku sudah meletakkan hatiku pada seseorang,” omel Hermione.
“Eiii…sekarang sedang jamannya anak SMA sepertimu menyukai om-om sepertiku,” goda Yeon Seok sembari menahan senyum geli.
Hanya cibiran dan lirikan kesal yang Hermione tujukan pada Yeon Seok. Namun, sedikitpun Yeon Seok tidak terganggu dan untuk sesaat dia tertawa puas.
“Hei, bagaimana hubungan dengan wanitamu?” tanya Hermione usai mereka berdiam cukup lama.
“Sudah seminggu dia tidak masuk.”
“Kau tidak menghubunginya? Basa basi saja, tanyakan kabarnya.”
“Haaa…dia bukan sosok yang gampang. Setelah kau minta maaf, beri pelukan, hadiahi cokelat, bunga juga boneka dia akan langsung tersenyum padamu. Tidak, sama sekali tidak. Dia seorang yang memiliki keteguhan hati. Jika dia mengatakan A, maka harus A dan kalau dia mengatakan B, maka jalankan B,” jelas Yeon Seok setengah melemah.
“Jadi, bagaimana? Kau mau menyerah?”
“Tentu saja tidak. Aku masih mengirim orang untuk menyelidiki kasus kecelakaan suaminya,” sahut Yeon Seok, “hei, kemarikan ponselmu.”
Dan segera, Hermione menyerahkan ponselnya. Sedetik kemudian, Yeon Seok memasukkan nomornya dan detik berikutnya, dia sudah menyimpan dua fotonya bersama Hermione.
“Tunjukkan pada Ibumu agar dia tidak khawatir. Aku harus pergi,” kata Yeon Seok yang lalu beranjak dan berjalan cepat.
Diam, setelah hanya dia seorang diri, Hermione memandangi fotonya bersama Yeon Seok. Lalu, dia menggeser foto di galerinya yang menampakkan fotonya bersama seorang pria tampan berambut cokelat kemerahan, sama sepertinya.
“Ayah, dia mirih Ayah, ya,” ucap Hermione lirih, “seperti ada jiwa Ayah di dalam dirinya. Tapi, aku tidak ingin jika Ayah digantikan olehnya sebelum…”
Sebulir air mata jatuh membasahi kedua pipi Hermione. Dia terisak sembari menggenggam erat ponselnya.
Kau lebih percaya padaku atau orang-orang itu?... Bahkan aku sudah ceritakan tentang kejadian yang sebenarnya sebelum kau melihat foto-foto ini. Bagaimana mungkin setelah bertahun-tahun kau tiba-tiba tidak percaya padaku?... Halo, benar ini keluarga dari Tuan Chang Wook Lee Grint?... Suami Anda mengalami pendarahan yang cukup parah dan kami tidak sempat menyelamatkannya…
Ingatan demi ingatan akan pertengkaran yang menewaskan Ayahnya empat tahun lalu tiba-tiba bermunculan dan membuat tangisnya semakin menjadi.
“A, Ayah, I, Ibu tidak pernah sa, salah,” ujar Hermione sesenggukkan, “Pa, Paman itu ha, hanya menolong Ibu dan aku,” tambahnya yang kembali terisak kuat.
...◇◇◇...
“Frappuccino latte,” kata Yeon Seok sembari memperhatikan sekitar kafe yang cukup ramai.
“Baik, Tuan. Harganya 5,000 won.”
Hening, Yeon Seok tetap membiarkan Choon Hee yang kini tengah melayaninya. Ia berusaha tak acuh sampai seorang karyawan lain berdiri tak jauh dari tempatnya.
“Setelah temanmu selesai, aku boleh bicara dengannya sebentar,” bisik Yeon Seok pada karyawan tersebut.
“Tentu saja. Ini juga giliran Nyonya Cho istirahat,” sahut Sang Karyawan semringah.
“O.K. Terima kasih.”
“Ini pesanan An…”
Kalimat Choon Hee pun terputus usai melihat jelas wajah pembeli yang ia layani.
“Nyonya Cho, istirahatlah.”
Sama sekali belum siap menerima kehadiran Yeon Seok, ia sudah dikejutkan lagi dengan perintah teman kerja yang langsung mendorongnya keluar.
“Aku bawa Nyonya Cho dulu, ya. Terima kasih,” ujar Yeon Seok yang segera menggenggam erat tangan Choon Hee.
Dengan perasaan kesal, Choon Hee membiarkan tangannya ditarik sampai mereka masuk ke mobil Yeon Seok.
“Apalagi yang kau inginkan?” tanya Choon Hee ketus.
“Kembali bekerja besok,” sahut Yeon Seok dingin.
“Untuk membuat anakku malu? Tidak. Aku akan cari pekerjaan lain.”
“Kau akan membuat anakmu lebih menderita kalau tetap bekerja di sana. Jam kerja yang tidak terlalu fleksibel, dan lagi anak baru akan selalu menjadi tumbal,” jelas Yeon Seok.
“Kau pikir anak baru di kantormu tidak menjadi tumbal?” kata Choon Hee kesal, “dipermalukan, disuruh-suruh, dijadikan bahan pembicaraan. Apa belum cukup? Manusia kotor yang merasa mereka suci,” tambahnya dengan nada suara meninggi.
Diam, Yeon Seok yang sama sekali tidak ingin memperburuk keadaan pun memilih untuk memberikan ruang tenang sesaat.
“Kalau sudah lebih tenang, temui aku. Kembalilah dulu bekerja.”
Bergegas Choon Hee turun tanpa sedikitpun melihat Yeon Seok yang terus menatapnya dengan penuh harap.
“Haaa…kenapa semakin keras kepala? Benar-benar sosok Ibu yang keras,” ujarnya dengan ekspresi datar.
Untuk kesekian kali, dia kembali tenang dan mengotak-atik ponselnya sampai sebuah pesan masuk membuat keningnya berkerut.
Dari : Bocah Keriting
Aku belum sempat menunjukkan
pada Ibu. Tapi, itu foto Ibuku. Mungkin
kalian akan berpapasan di jalan
dan kau bisa membelikannya es krim.
Aku sibuk, jangan dibalas.
Kedua bola mata Yeon Seok pun membesar, sorot mata dinginnya tertuju pada Choon Hee yang telah kembali bekerja di dalam kafe.
“Ketika aku terlalu sering mengeluh dan membuat Tuhan marah. Dia masih berbaik hati mengirimkan malaikat terbaik-Nya untuk membantuku,” kata Yeon Seok dengan suara riang tertahan, “Hermione Lee Grint, kau benar-benar malaikat dan “penyihir berbakat”. Aku janji akan menghabiskan sisa hidupku untuk membuatmu bahagia,” tambahnya yang hampir berteriak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments