Di depan teras rumah, seorang gadis nampak mondar-mandir menunggu saudara kembarnya dengan gusar. Sebab jarum pendek di jam tangan telah menunjuk angka satu, yang mana artinya telah masuk waktu dini hari. Saat orang-orang tengah terlelap menyulam mimpi.
"Kamu ke mana Nala?" gumam Nirmala mencoba untuk menghubungi kembali saudara kembarnya. Namun, lagi dan lagi teleponnya dimatikan. "Duh... kalau papa kebangun, terus Nala belum pulang. Pasti aku juga yang dimarahin."
Nirmala menatap ke arah pintu gerbang seraya mengusap-usap kedua lengan. Semakin malam angin bertiup sangat kencang, menusuk ke dalam kulit ke dalam sanubari. Mata redupnya seketika terbelalak karena suara mesin mobil yang berhenti di depan pagar.
Sepasang mata membulat menyaksikan adegan tidak senonoh antara saudara kembarnya dengan seorang pria tua. "Astaghfirullah... Nala. Kamu sudah kelewat batas!!"
Nirmala berjalan tergopoh-gopoh keluar dari pagar rumah. Dia menggedor-gedor kaca jendela mobil, mengejutkan pasangan tak tahu malu yang tengah bercumbu rayu. Sehingga keduanya terpaksa menyudahi kelakuan bejat dan amoral mereka. Nala cepat-cepat keluar dari dalam mobil, menghampiri sang adik lantas menarik ujung jilbabnya.
"Apa-apaan loe barusan? Loe mau bikin gue malu? Loe mau sok jagoan?" tegur Nala.
Nirmala menutupi hidung karena menghirup aroma tak sedap. "Mulutmu bau sekali Nala, kamu habis minum apaan?"
Nala terbahak. "Dih, norak!! Gue habis minum bir tau, nikmat dan mantap!"
"Astaghfirullah... pergaulanmu semakin hari semakin mengkhawatirkan, Nala!!"
Nala mendorong kasar dada Nirmala hingga tubuh kurus itu terpelanting. "Loe gak usah ngurusin hidup gue karena loe bukan siapa-siapa gue. Camkan itu cewek sok suci!" Nala menoleh ke arah pria di dalam mobil lalu memberikan kecupan jarak jauh. Dia masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa membantu sang adik untuk berdiri.
Sakti menatap genit pada gadis berkerudung putih yang berusaha berdiri dengan sorot mata jijik. Dia mengerdipkan mata menggoda gadis yang memiliki paras seiras dengan sugar baby-nya. "Waw... Nala ternyata memiliki saudara kembar. 'Ntah kenapa aku lebih tertantang dengan kamu, Nona manis!"
Nirmala bergidig kemudian memperlihatkan kepalan tangan. Sakti hanya terkekeh memandangi gadis berjilbab tersebut sedemikian rupa. "Ih... amit-amit jabang bayi. Udah aki-aki bau tanah ... masih aja jelalatan! Inget umur sama kubur, Mbah!
Nirmala lekas-lekas menarik langkah lalu menutup pintu pagar dan menggemboknya. Dia setengah berlari ke dalam rumah lantaran pria yang seumuran ayahnya terus memandangi dengan raut melecehkan.
"Heh cewek sok bener!" Nala yang tengah menunggu, menarik lengan sang adik dan mencengkeram kuat. "Awas aja kalau loe bikin gara-gara lagi sama gue! Gue nggak akan segan-segan buat nyakitin loe!!" ancam Nala dengan jari telunjuk mengacung.
"Terserah! Aku nggak takut sama ancaman kamu, Nal! Aku lebih baik dikatai sebagai orang sok suci dari pada kamu ... udah bejat, sok pula!" balas Nirmala lalu melengos dari hadapan saudaranya. Nala mengernyit karena baru kali ini sang adik berani membalas ucapannya.
Nala manggut-manggut dan berkata di dalam hatinya, "Oke Mala ... loe sekarang mulai berani sama gue. Tapi lihat saja nanti, loe akan nyesel karena udah bikin gue murka!"
Nala turut melangkah menuju kamar tidur di lantai dua. Dia berjalan mengendap-endap sebab tidak ingin sang ayah mendengar derap langkahnya. Meski Arman memanjakan dengan segala yang dia inginkan. Namun, Arman tetaplah Arman pria yang memiliki sisi kasar juga kejam.
"Huh aman!!" Nala cingak cinguk di depan pintu guna memastikan keadaan. Dia buru-buru masuk ke dalam kamar lalu menghembuskan napas lega.
"Ya Tuhan... untung aja papa nggak bangun. Coba bayangkan kalau kebangun, pasti badanku habis terkena cambukkan," gumam Nala seraya mengusap dada.
...***...
...Di keheningan malam ini, hanya ada aku dan Engkau. Di antara ruku dan sujudku. Di setiap bait doa yang mengalun lembut. Menenangkan dawai hati nan bergemuruh. Melodi malam yang sunyi, mengiringku padaMu. Bersimpuh, meneteskan setiap keluh kesah diri. Karena aku tahu, kepada Engkaulah semua akan kembali....
...(Senja Merona)...
...***...
Di sunyinya malam, disaat jiwa yang rapuh semakin rapuh. Tidak ada lagi tempat untuk mengeluh selain menghadap Tuhan di antara dua rakaat. Melepaskan beban terberat dalam hati, menangisi kepedihan diri atas ujian kehidupan yang tak pernah pergi. Sedari kecil kesedihan tidak pernah berpaling. Selalu mengikuti bak bayangan tubuh. Ke mana pun ia pergi, kelamnya hidup selalu menghampiri.
Kain putih beserta sajadah telah dilipat rapi. Tubuh lelah hendak kembali ke peraduan. Mendulang mimpi, melepaskan kepenatan. Meninggalkan kepelikan untuk sesaat. Namun, nyatanya pikiran malah mengawang, mengingat saudaranya yang semakin salah jalan.
Gadis yang bernama Nirmala terbaring gelisah. Sekuat apa pun dia berusaha menutup mata, akan tetapi bayangan ketika saudara kembarnya tengah bercumbu dengan seorang pria tua membuat hatinya tidak tenang.
"Ya Allah... siapa laki-laki berumur itu? Apa Nala jadi simpanan om-om?" Nirmala menggeleng-gelengkan kepala tidak kuasa memikirkan hal buruk mengenai kakaknya.
Ketika Nirmala tengah asyik bercengkerama dengan dirinya sendiri, terdengar suara ketukan dari balik pintu. Gadis itu lekas beranjak dan melihat siapa yang telah membuyarkan lamunannya.
"Nala?" pekik Nirmala melihat siapa yang berdiri di hadapannya.
"Iya ini gue," jawab Nala yang menerobos masuk tanpa dipersilakan. "Nih!" Nala menyodorkan sebatang cokelat.
Kening Nirmala mengerut karena merasa ada yang janggal dengan sikap saudara kembarnya. "Cokelat?"
"Iya itu namanya cokelat, pake nanya lagi!" sungut Nala.
"Maksud aku, cokelat buat apa? Tumben banget kamu ngasih aku cokelat!" seru Nirmala menatap curiga.
Nala cengengesan. "Loe tau aja kalo gue lagi ada maunya. Gue minta duit dong... duit dari bokap udah habis dipake buat bayarin temen-temen clubbing. Gue lupa kalo belom bayar semesteran, duitnya tadi ikut kepake."
Nirmala menggeleng kesal. "Maaf Nal, aku gak punya uang. Kamu kan tau uang dari hasil jualan gorengan kemaren udah dipake buat beliin kamu tas baru. Sekarang aku gak pegang uang, jadi maaf...."
Nala berdiri sambil menyalang murka. "Loe jadi adik pelit amat! Gue pinjem deh, 'tar gue balikin. Sumpah!"
Nirmala mendesah, "Maaf Nal... aku benar-benar gak punya uang. Kamu minta lagi aja sama papa, pasti papa nggak akan keberatan."
Nala melirik ke arah lemari lalu tersenyum miring. Secepat kilat, kini dia telah berada di depan benda yang memiliki cermin tersebut. Dia mengeluarkan semua isinya mencari apa yang dia inginkan. "Uangmu disimpan di mana, Nirmala?"
"Kan, aku udah bilang. Aku lagi gak punya uang!" balas Nirmala.
Nala tidak ingin percaya begitu saja, dia mengobrak-abrik seluruh sudut kamar. Namun, tetap saja tidak menemukan apa yang dia cari. "Ah... punya adik tapi gak berguna. Mending loe mati aja sana!"
Nirmala terhenyak, tetapi air mata seakan telah kering. "Kenapa kamu begitu membenciku, Nala? Salahku apa?"
Nala menghampiri sang adik sambil mengarahkan jari telunjuk. "Loe nanya salah loe apa? Salah loe, loe itu anak pembawa sial. Makanya gue kalo dekat-dekat sama loe selalu sial!!!"
"Kalau gak ada lagi yang kamu butuhkan, silakan keluar dari kamarku! Aku mau membereskan kamar yang udah diacak-acak cewek gila!" Nirmala menatap tajam ke arah kembarannya. Dia sudah lelah karena selalu mengalah dan tersakiti.
"Berani loe ya sama gue?" bentak Nala. "Awas aja, suatu saat bakalan gue bales kelakuan loe kali ini!" Nala menunjuk ke arah muka Nirmala, kemudian menarik diri dari dalam kamar saudaranya.
Nirmala mengusap-usap dada seraya mengucap istighfar. Dia tidak habis pikir kenapa saudara kembarnya itu selalu bersikap kasar. Kalau bukan karena ikatan darah, dia pasti sudah melawan sejak awal. Namun, rasa sayang mengalahkan segalanya. Ego, amarah maupun kekesalan. Karena baginya, keluarga adalah nomor satu. Meski dia tidak pernah merasakan bagaimana arti keluarga yang sesungguhnya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Watik Yd
Nala kamu jahat bnget sih
2022-05-23
0
Neyna 🎭🖌️
celingak-celinguk apa cingak cinguk ya senja?
2022-05-06
2
Mbak Rin
bodoh itu namanya mala
2022-04-25
1