Tabrak Lari

Pagi yang hangat mengawali hari yang baru. Disambut dengan penuh syukur dan keyakinan diri akan ujian, cobaan dan tantangan hidup yang datang silih berganti. Menjadikannya warna-warni dunia, sebagai pembentuk kedewasaan dan jiwa yang tangguh.

Seorang gadis manis mengendarai motor bututnya dengan optimis dan suka cita. Meski ujian hidup tak pernah meninggalkan dirinya. Namun, ia tidak ingin memperlihatkan kesedihan kepada dunia. Karena baginya kesedihan bukan untuk dipertontonkan, tetapi cukup disimpan di dalam hati.

Ketika asyik membelah jalanan, motor yang ditumpangi gadis tersebut tiba-tiba bergoyang. Ia merasakan ada sesuatu yang salah dengan kuda besinya.

"Ini motor kenapa oleng begini ya?" keluh Nirmala yang hendak pergi ke pasar tradisional. Dia menepikan kendaraan dan mengecek apa yang tengah terjadi. "Hufth... bannya bocor ternyata, mana di sini gak ada tukang tambal ban, lagi!" Nirmala menatap ke sekeliling jalan lalu menghempas napas.

Gadis tersebut terpaksa menuntun motornya untuk mencari tempat tambal ban. Sementara matahari mulai beranjak naik, udara terasa lebih panas. Nirmala sesekali mengusap keringat di atas wajah menggunakan lengan bajunya. Dia menyeringai, lantaran teriknya sang surya membakar tubuh yang kurus.

Tidak jauh dari posisi Nirmala berjalan, ada satu unit mobil mewah berwarna hitam keluar dari tempat parkir sebuah restoran. Penumpang kendaraan tersebut meruncingkan mata. Seringai licik terbit dari bibir bergincu merah karena pikirannya kini dipenuhi oleh sebuah ide yang terdengar miris.

"Eh... itu kayanya Nirmala adik gue!" ucap Nala kepada Mona yang tengah melajukan kendaraannya. "Loe pepet dia aja Mon, sampe tuh cewek resek nyium aspal!" titah Nala.

Mona mengernyitkan dahi. "Loe beneran nyuruh gue nyerempet kembaran loe, kalo dia kenapa-kenapa gimana?"

Nala menarik sebelah alisnya ke atas. "Itu sih yang gue harepin, cewek songong itu cepat mati!"

Mona geleng-geleng kepala seraya tertawa hambar. "Nggak nyangka gue, loe ternyata sadis bener...."

"Udah deh... loe gak usah banyak bacot, Mon. Pepetin mobil loe, terus serempet itu anak sekarang!" perintah Nala lagi yang tidak ingin dibantah.

Mona menarik bibirnya ke salah satu sudut, dia menancap gas lantas menabrak kendaraan yang dituntun Nirmala hingga gadis itu turut tersungkur dengan kondisi kaki tertimpa badan motor.

Nala tertawa puas sembari menengok ke arah belakang, memperhatikan Nirmala yang meringis kesakitan. "Mampus!!"

"Gila loe Nal ... adik loe kesakitan, malah loe mampusin!" Mona turut tertawa dan melesatkan kendaraannya untuk menghilangkan jejak.

Sementara itu, Nirmala mencoba untuk menarik kakinya. Namun, sulit. Dia sekuat tenaga berusaha mendorong kendaraan yang menimpanya, tetapi sia-sia. Sebab tenaganya tidak cukup kuat untuk menyingkirkan kuda besi tersebut. Pada akhirnya, dia cingak-cingak lantas berteriak untuk meminta pertolongan.

"Tolong...."

"Tolong saya...."

Seorang pemuda yang berada tidak jauh dari posisi Nirmala, tanpa sengaja mendengar suara wanita meminta tolong. Dengan bergegas, ia menarik langkah untuk menghampiri asal suara. Matanya menajam karena ia mengenali seseorang yang tengah berteriak tersebut.

"Gadis itu!" pekik pemuda tersebut berlari secepat kilat. Tanpa basa-basi, ia mengangkat motor yang menindih kaki Nirmala dan memindahkannya ke tempat yang lebih aman.

"Kamu nggak apa-apa?" Pemuda itu mengulurkan tangan untuk membantu Nirmala berdiri.

Nirmala menunduk. "A-aku gak apa-apa, makasih ya kamu sudah menolongku."

Laki-laki berlesung pipi itu mengangguk cepat. "Sama-sama... By the way kenapa kamu bisa ketimpa motor?"

"Tadi tiba-tiba ada mobil yang menyerempet motor bututku. Jadinya, ya... kaya yang kamu lihat sekarang ini!" Nirmala mengangkat kedua pundak ke atas. "Tapi aku sempat lihat plat nomor kendaraan itu dan sangat mengingatnya," tambah Nirmala.

"Good girl!" puji pemuda yang menolong Nirmala. "Sini tanganmu, aku bantu berdiri!" Pemuda tersebut kembali mengulurkan tangan. Namun, Nirmala bergeming.

"Makasih, aku bisa berdiri sendiri kok." Nirmala berusaha bangkit. Akan tetapi, dia kesakitan. "Sepertinya kakiku terkilir," keluh Nirmala meringis.

Pemuda tersebut berjongkok dan hendak menarik kaki Nirmala. Gadis itu merasa tidak nyaman dan menjauhkan salah satu bagian tubuhnya tersebut dari jangkauan pemuda di hadapannya.

"Biarkan aku mengobati kakimu," pinta laki-laki tersebut sopan. Nirmala tidak menjawab, dia semakin menarik kepalanya ke bawah. "Aku Bara, apa kamu lupa?" tegur pemuda yang tempo hari memberikan satu kuntum mawar putih pada Nirmala.

Gadis pemalu itu mendongak sesaat lantas menunduk kembali. "I-iya... aku masih ingat. Kamu cowok aneh itu, kan?"

Bara tergelak. "Kamu lucu sekali, Aisha...."

"Namaku bukan Aisha, melainkan Nirmala," jawab gadis itu kecut.

Bara kembali tertawa. "Oh... jadi Nirmala. Sekarang aku tahu namamu, gadis manis. Kemarin aku lupa menanyakannya."

Nirmala yang merasa telah tertipu, mendengus kasar dan merotasi kedua bola mata. "Sepertinya kamu pemuda penuh tipu daya!"

Bara tersenyum tipis saat Nirmala membuang muka dan nampak melupakan rasa sakitnya. Di saat lengah seperti ini, pemuda itu menarik kaki Nirmala dan memelintir dengan gerakan cepat hingga terdengar suara pergerakan tulang. Nirmala sontak menjerit karena rasa sakit yang teramat sangat.

"Maaf aku terpaksa melakukannya tanpa izin." Bara memijat lembut bagian pergelangan kaki. "Coba gerak-gerakkan kakimu ... gimana, apa masih sakit?" Bara menatap ke arah Nirmala.

Gadis bernetra cokelat muda menggoyang-goyangkan kakinya. "Alhamdulillah... kakiku sudah terasa jauh lebih baik. Makasih ya...."

Nirmala mengangkat wajah dan tidak sengaja bersitatap dengan Bara. Namun, lekas-lekas dia memalingkan muka. Sedangkan lelaki di depannya tidak jemu memandang ke arah gadis yang selalu menyembunyikan paras indahnya.

"Biar aku bawa motor kamu ke tempat tambal ban. Kamu tunggu saja di halte," tunjuk Bara pada tempat teduh di dekatnya. "Kondisi kakimu belum kuat buat dipakai berjalan," ungkap Bara agar tidak mendapatkan penolakan.

"Memangnya 'nggak merepotkan?" tanya Nirmala tidak enak hati. Sebab dia belum lama mengenal pemuda berlesung pipi itu.

"Ya 'nggaklah... kalau merepotkan, kamu udah aku tinggalin dari tadi," sahut Bara tertawa renyah.

Nirmala tersenyum dan mencoba untuk berdiri dengan berpegangan pada tiang lampu jalan. "Makasih sekali lagi, Bara...."

Bara mengangguk dan mengantarkan Nirmala untuk duduk di bangku halte. Memastikan gadis itu dalam kondisi baik-baik saja. Setelah dipastikan segalanya aman, Bara menuntun motor kesayangan Nirmala menuju tempat yang dituju.

"Alhamdulillah... terima kasih ya Allah, sudah mendatangkan orang baik di saat aku tengah kesusahan."

Setelah menunggu tiga puluh menit, Bara kembali dengan motor Nirmala yang ban-nya sudah diperbaiki. "Ayo aku antar kamu pulang!"

Nirmala mengerutkan dahi, berpikir. Seumur hidup dia belum pernah dibonceng oleh pria mana pun selain ayahnya. Tetapi, dengan kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk dia membawa kendaraannya sendiri.

...***...

Terpopuler

Comments

tata 💕

tata 💕

roman2nya mala sm bara y thor??

2022-06-26

0

Watik Yd

Watik Yd

asek ad dewa penolong datang

2022-05-23

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

nala gila temenan dgn mona yg bodoh. hati2 kamu mona. next bisa jd kamu yg kena

2022-04-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!