Yusuf

Di depan sebuah warung nasi, gadis berkerudung ungu memarkirkan kendaraan roda duanya. Senyuman manis menutupi mata sembab, dia berjalan penuh semangat.

"Assalamu'alaikum, bu Ina..." teriak Nirmala dengan mata mencari keberadaan pemilik warung nasi tersebut.

"Wa'alaikumsalam..." jawab seseorang. Namun, bukan orang yang gadis itu cari. "Eh ada masa depan gue, nyari emak ya?" tanya seorang pemuda kepada Nirmala.

"Iya Bang, Mala mencari emak. Ini Mala bawain gorengan pesenan emak." Nirmala mengangkat wadah plastik, memperlihatkan pada pemuda di hadapannya.

Pemuda yang mengenakan kaos putih, mengangguk-anggukkan kepala. "Sebentar ya, gue panggilin dulu nyonya bos!"

"Apaan Nyonya Bos-Nyonya Bos?" Bu Ina tiba-tiba keluar dari arah dapur lalu memilin telinga putranya.

"A-ampun Mak... sakit..." keluh pemuda itu. "Mak, lepasin atuh malu sama si Neng geulis."

Bu Ina terkekeh, "Makanya nggak usah goda-godain anak gadis Emak. Sana pergi kuliah! Biar hidup kamu nanti nggak susah macam Emak!"

"Tuh Bang, ayo nurut sama Emak. Pergi kuliah sana! Mala juga kepengen kuliah, tapi... uang buat biaya masuk kuliah masih kurang," lirih Nirmala.

"Kamu jadi anak harus pandai-pandai bersyukur. Lihat tuh Neng Nirmala ... pengen kuliah aja harus banting tulang, peras keringat. Kamu modal minta duit sama Emak aja, lagu-laguan malas kuliah!" cerocos ibu Ina pada putranya.

"Iya Mak, iya... Yusuf pergi kuliah. Biar bisa ngawinin Neng Mala," canda Yusuf membuat sang ibu geleng-geleng kepala.

Nirmala turut tertawa melihat tingkah ibu dan anak itu. Namun, batinnya tiba-tiba terasa hambar karena dia merindukan kasih sayang orang tua yang tidak pernah dia dapatkan.

"Neng, kenapa merengut?" tanya ibu Ina yang melihat riak perbedaan di wajah Nirmala. "Anak Emak nyinggung hati kamu ya?" tanyanya lagi.

Nirmala geleng-geleng kepala. "Enggak kok Mak, Nirmala cuman lagi kangen sama mama. Semenjak lahir, Nirmala kan nggak ngerasain kasih sayang mama...."

Ibu Ina mendekat, lantas memeluk tubuh gadis bekerudung ungu. "Anggap aja Emak ini mamamu. Emak sayang... sama Neng Nirmala. Kamu gadis baik juga salihah... Emak beruntung kenal sama Neng."

"Terima kasih ya Mak," balas Nirmala yang turut merengkuh ibu Ina.

"Ini siapa sih yang naruh bawang di mari?" kelakar Yusuf sembari menggosok-gosok matanya. Dia lekas-lekas keluar dari warung karena tidak ingin ketahuan menangis oleh siapa pun.

"Woy Yusuf... tumben nggak minta uang bensin sama Emak?" teriak ibu Ina karena anaknya pergi begitu saja. Yusuf hanya menoleh sekilas lantas melajukan sepeda motornya.

"Nangis dia tuh!" ungkap ibu Ina sembari membuka tutup wadah plastik. "Yusuf kelihatannya aja slengean, tapi sebetulnya dia anak yang baik. Hatinya gampang kesentuh. Buktinya barusan, mewek!" Ibu Ina memindahkan gorengan dari dalam wadah ke atas nampan yang berada di dalam gerobak nasi.

"Iya Mak... bang Yusuf emang baik kok," sahut Nirmala membantu mengeluarkan gorengan. "Mala seneng bertemu orang-orang baik seperti Emak juga bang Yusuf."

Ibu Ina menghentikan aktifitasnya lalu meletakkan tangan kanan di atas bahu Nirmala. Dia berbicara dengan nada serius. "Percayalah Nak... orang baik itu akan bertemu dengan orang baik juga."

"Insya Allah ya Mak..." sahut Nirmala mengusap-usap bahu wanita paruh baya di depannya. "Ayo kita lanjutin lagi Mak, gorengan masih banyak di dalam wadah." Nirmala mengambil capitan dan mengeluarkan makanan itu hingga tak bersisa.

"Totalnya berapa ini Neng?" tanya Ibu Ina sembari mengingat-ingat jumlah gorengan yang dia pesan.

"Seratus ribu aja Mak ... seperti biasa," jawab Nirmala sopan.

"Eh ... harga gorengan 'nggak naik emang? Kan minyak goreng lagi mahal-mahalnya, Neng!" Ibu Ina mengeluarkan uang tiga lembar lima puluh ribuan dari dalam dompet. "Ini Neng, ambilah...."

Nirmala mengernyit dan memperlihatkan uang yang diberikan oleh ibu Ina. "Ini kebanyakan Mak, gorengannya cuman seratus ribu aja."

"Nggak apa-apa, anggap aja itu bonus dari Mak." Ibu Ina menggenggam tangan Nirmala lalu menepuk lembut. "Emak lagi ada rezeki sedikit. Anggep aja buat uang jajan," tambahnya dengan raut bersahaja.

Mata Nirmala berkaca-kaca, baginya uang lima puluh ribu itu sangatlah besar. "Terima kasih ya Mak. Semoga rezeki Emak semakin lancar ... semakin berkah."

"Aamiin..." sahut ibu Ina dengan tangan menengadah lalu diusapkan ke atas wajah. "Habis ini mau ke mana Neng? Masih kerja di toko bunga milik uni Ara?"

"Masih Mak... lumayan uangnya buat nambah-nambah biaya kuliah. Udah gitu uni Ara orangnya baik banget, Nirmala betah kerja di sana."

"Ya udah sok sana, jangan bikin si uni nunggu lama," kata ibu Ina menepuk bahu Nirmala sekali.

"Iya Mak... tapi wadah plastiknya Mala titip dulu ya Mak. Nanti pulang dari toko, Mala ambil ke sini," sahut Nirmala menarik lengan ibu Ina. "Nirmala pergi dulu ya Mak." Gadis berparas syahdu mengecup punggung tangan wanita di depannya dengan penuh hormat.

Ibu Ina terharu dan mengusap-usap punggung anak gadis yang tengah membungkuk. "Iya Neng... Emak doain, suatu hari Neng Nirmala jadi anak yang sukses. Bisa sekolah yang tinggi...."

"Aamiin... makasih ya Mak doanya." Nirmala menjeda beberapa detik ucapannya. "Assalamu'alaikum...."

"Wa'alaikumsalam..." balas ibu Ina. "Hati-hati ya Neng, jangan kebut-kebutan!" teriak ibu Ina saat Nirmala mulai mengenakan helm-nya. Nirmala menganggukkan kepala lalu membawa diri ke tempat yang dituju selanjutnya.

...*** ...

Universitas Cahaya Bangsa

"Wuih... duit loe banyak terus ya?" tanya teman wanita pada Nala.

Nala mengipas-ngipaskan beberapa lembar uang seratus ribuan di depan wajah. "Iya dong, gue kan anak sultan. Tinggal nadahin telapak tangan, bokap langsung ngasih gue duit yang banyak."

"Bisa dong, 'ntar siang traktir kita-kita makan di kantin? Gue lagi pengen makan yang enak!" sahut salah satu teman Nala.

Nala menggeleng-gelengkan kepala. "Sorry gengs, duit ini buat clubbing tar malem. Kalian ikutan, kan?"

Kedua temannya saling beradu pandang lalu menganggukkan kepala. "Ikut dong! Kapan lagi kita diajak clubbing. Gratisan, kan?"

"Aman!" sahut Nala lalu memasukkan kembali uang yang dia pamerkan. Karena dosen mata kuliah seni rupa telah masuk ke dalam ruangan.

Sepanjang perkuliahan berlangsung, Nala tidak memperhatikan apa yang dipaparkan oleh sang dosen. Dia asyik sendiri mengikir kuku-kuku cantiknya tanpa peduli berpasang-pasang mata memperhatikan dirinya.

"Nala Susanto!" bentak sang dosen sembari memukul meja. "Kalau kamu tidak ingin mengikuti perkuliahan saya, silakan keluar dari kelas!" usir dosen tersebut geram.

Nala nampak tak acuh dengan gertakan dosennya. Dia menggantungkan tas slempang lalu beranjak dari atas kursi. "Terima kasih ya Prof. ini yang saya tunggu-tunggu dari tadi!"

Tanpa rasa malu dan bersalah sedikit pun Nala melewati sang dosen lalu keluar dari kelas. Dosen tersebut menggeram dan mengeratkan telapak tangan. "Awas saja kamu mahasiswa kurang ajar. Saya akan membalas sikap tidak hormatmu kali ini!"

...***** ...

...Novel masih baru, semoga teman-teman suka 🤗...

Terpopuler

Comments

Watik Yd

Watik Yd

bang Yusuf, emng enk di jewer emak😀😀😀

2022-05-23

1

Mbak Rin

Mbak Rin

hhhh... kasian mala

2022-04-24

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

gimana bisa mala & nala memiliki adab yg berbeda ya? ck ck ck

2022-04-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!