Pergi begitu saja

🍃🍃🍃🍃

Aku terbangun ketika sang surya mulai terbit memancarkan cahaya dari ufuk timur. Seluruh tubuhku terasa remuk saat ini, kuperhatikan tangan kekar yang masih melingkar diperutku sementara tangannya yang lain menjadi bantal kepalaku. Ahhh sejak semalam tubuh pria itu terus menghangatiku, melindungiku dari dinginnya malam bahkan tak melepaskan pelukannya sedikitpun

Kedua pipiku kembali memanas bila mengingat perlakuannya semalam padaku. Lihatlah buah dadaku kini dipenuhi noda-noda merah seperti digigit nyamuk. Dan area bawah yang masih terasa perih menjadi saksi bahwa aku benar-benar sudah gila, menyerahkan keperawananku pada pria yang bahkan tak kutahu namanya

" Ibu, bapak maafkan anakmu yang tak menepati janji untuk selalu menjaga diri." gumamku dalam hati lalu menoleh kebelakang pada pria yang masih terlelap. Kini wajah tampannya terlihat jelas, anehnya kulit pria ini sangat mulus seperti kulit seorang wanita meski ternodai dengan goresan-goresan kecil disekitar pelipis dan dahi, mungkin karena kecelakaan yang dialaminya

Kuamati beberapa saat dan akan selalu kuingat wajah ini, hidung mancung rahang yang tegas, dan untuk ukuran seorang pria bulu matanya terlalu lentik, maha karya Tuhan yang begitu indah

Lalu aku bergerak bangun, aku harus segera memakai pakaianku sebelum pria ini bangun. Jika aku masih dalam posisi tanpa busana begini aku pasti akan benar-benar malu

" Ssssttttt." Masih terasa sakit dan perih sisa semalam, apa semua wanita yang baru pertama kali melakukannya memang sesakit ini?

" Aaaahhh ini benar-benar sakit." Gumamku sembari memegangi perut bawahku. Maklum saja milik pria ini memang besar, mungkin untuk ukuran pakaian bisa disebut triple xl. Menurut teman sebangkuku yang seorang simpanan seorang sugar Daddy, pria bule memang rata-rata memiliki ukuran pen*s yang lebih besar dari ukuran pria lokal. Itulah sebabnya pria yang memiliki keturunan LN lebih diminati gadis-gadis dikampusku

Aku bergegas memakai pakaianku yang sudah mengering lagi saat mendengar rintihan pria itu. Sambil menoleh kebelakang takut dia sudah membuka matanya, anehnya wajah itu sangat pucat dimataku

Selesai, aku segera duduk disampingnya dan menyentuh bahunya, mencoba membangunkan dia. Tapi yang kudapat hanya ringisan sakit, bibir pria itu bergetar

" Hey, bangunlah." Ucapku menggoyang bahunya lalu aku merapihkan kaos hitam yang semalam menjadi selimutku dan dirinya dibagian area bawah kami. Kurapihkan dan kututupi bagian bawah itu dengan benar

" Sssshhhhhhh."

" Ada apa?mana yang sakit?" Tanyaku lagi lalu menyentuh keningnya

Aku sangat terkejut." Ya Tuhan, tubuhmu sangat panas." gumamku dan mulai khawatir

" Bangun dulu, bangun sebentar." Perintahku mengguncang bahunya, kali ini sedikit kencang. Aku dilanda rasa panik dengan jemari tak henti membelai keningnya

" Aku harus minta bantuan, ini tidak bisa dibiarkan." Gumamku sambil menatap pada betisnya, ternyata lukanya benar-benar dalam. Masih mengeluarkan darah meski tak banyak, aku merasa ngilu dengan luka yang seperti terkena pecahan kaca itu. Tapi kuat juga pria itu, semalam melakukan gerakan agresif tapi tak mengeluh sakit sedikitpun

" Tunggulah sebentar, aku akan meminta bantuan." Bisikku ditelinganya lalu bergerak

Namun tangannya menahanku

" Jangan." Ucapnya

" Jangan tinggalkan aku." Ucapnya lagi dengan mata terbuka sedikit lalu menggelengkan kepala

" Tubuhmu panas, bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu? aku yang akan disalahkan." Gerutuku

" Tetap disini." Kukuhnya menarik tubuhku hingga terhuyung pada dadanya

" Peluk aku." Aku melakukan perintahnya, kupeluk tubuh yang memang tampak menggigil itu sembari membelai rambutnya. Disatu sisi aku sangat kebingungan menatap sembarang arah dengan pikiran berlalu lalang

" Tetaplah disini jangan kemana-mana." Bisiknya lemah sebelum memejamkan mata lagi

Aku melepaskan pelukanku saat kudengar pria itu mendengkur tanda ia kembali terlelap. Lalu kusentuh lagi keningnya dengan telapak tangan

"Masih panas, dia demam." Ucapku menatap lekat dan bibir itu masih menggigil

" Aku harus melakukan sesuatu." Aku terus bergumam sendiri sambil mengusap-usap kedua pipi pria itu dengan kedua telapak tangannku mencoba memberi kehangatan disana

" Tunggulah sebentar, aku akan kembali dan menolongmu." Bisikku ditelinganya lalu beranjak bangun, mengambil celana hitam pria itu dan menutupi tubuhnya dibagian perut kedada

Kuberanikan diri keluar dari gubug itu, meski hati kecilku merasa takut namun aku tak bisa hanya berdiam diri melihat pria itu kesakitan. Aku menerjang belantara hutan yang dipenuhi pepohonan besar dan rumput-rumput liar dengan sesekali meringis sakit dibagian bawah tubuhku

Aku seperti wanita gila yang tak memperdulikan tubuhku yang terluka dibagian jemari karena rumput liar yang tajam

" Apa yang harus kulakukan, bagaimana bila pria itu mati." Kedua mataku berkaca-kaca, mendadak hatiku sangat kalut memikirkan hal yang buruk tentang pria itu, aku begitu khawatir padahal pria itu bukan siapa-siapa hanya pria asing yang mendadak muncul dan mengambil semuanya

Sebuah keberuntungan terjadi padaku setelah satu jam lamanya menjelajah hutan liar itu. Kutemukan sebuah jalan keluar yaitu jalan aspal yang dilewati kendaraan

" Tolong." Teriakku

" Tolong."

" Siapapun tolong aku!" Hampir saja suara ini habis karena meminta tolong. Kenapa semua orang sangat bersikap acuh dan mengabaikanku, seiring bertambahnya Zaman orang-orang semakin tak punya hati saja

" Tolong." Teriakku lagi untuk kesekian kalinya sambil memaksa mencegat sebuah kendaraan roda dua

" Neng bosan hidup ya!" Gerutu pengendara itu marah

" Tolong bantu saya pak, teman saya sedang sakit!" Aku mengatupkan kedua tanganku dengan wajah memohon dan mulai berlinang airmata, rasanya lelah dan ingin pulang saja kerumah namun aku tak setega itu meninggalkan pria itu sendirian didalam hutan dengan kondisi sakit seperti ity

" Dimana?" Mendengar pertanyaan itu ada secercah harapan bapak yang terlihat seumuran dengan ayahku akan menolongku

" Dihutan sana." Tunjukku ke arah hutan, Bapak itu hanya terdiam tampak ragu mrmbuatku harus memelas lagi

" Tolong, dia sedang sakit!" Ucapku dengan suara serak

Terlihat sekali wajah itu sangat iba kepadaku. Setelah lama terdiam pria paruh baya itu menyuruhku naik ke motornya. Aku hanya bisa menurut tak memikirkan apapun lagi, bisa sajakan pria ini memiliki niat jahat. Aku seolah tak perduli bagiku menyelamatkan pria itu lebih penting sekarang

Bapak itu membawaku melewati jalan setapak. Sepertinya dia asli warga disekitar sini hingga tahu sedikit tentang jalan kecil menuju hutan tidak sepertiku yang asal masuk

" Dimana neng?" Tanyanya lagi, terlihat ragu. Mungkin pikirannya sama sepertiku

" Sebentar lagi pak, diujung sana dekat sungai." Sautku

" Dari tadi sebentar terus tapi tidak sampai-sampai." Gerutunya membuatku ingin tertawa, sebenarnya aku juga lupa karena aku tak memberi petunjuk saat aku jalan tadi

" Iya didekat sana." Sautku berbohong

Tak lama bapak itu memberhentikan sepeda motornya didekat sebuah pohon besar." Kesana tidak bisa dilewati jalan motor, lebih baik kita jalan kaki."

" Baik." Sautku seraya turun dari motor

Selama satu jam aku dan pria paruh baya itu mengitari hutan dan akhirnya aku bisa menemukan gubug itu. Sepertiku pria itu juga kelelahan hingga nafasnya tersengal

" Disini?"

" Iya pak?"

" Memangnya kalian sedang apa dihutan begini, mana perempuan lagi."

" Ceritanya sangat panjang pak, saya akan menceritakan semuanya setelah ini." Ucapku lalu dengan penuh semangat membuka pintu kayu gubug itu

Namun alangkah terkejutnya aku ternyata pria yang sedang kesakitan itu sudah tak ada, hanya ceceran darah yang sudah keringlah yang tertinggal disana diatas papan alas kami semalam tidur

" Dimana dia?"

" Astaga, neng halu ya?"

" Ti-tidak pak." Sautku lalu berlari keluar, aku mengelilingi gubug itu mencoba mencari namun pria itu lenyap tak berbekas bahkan semua barangnya pun tak ada

Kemudian aku kembali kedalam, kulihat pria itu sedang bersedekap dada memandang aneh terhadapku." Apa disini benar-benar ada Harimau?"

" Mana ada Harimau, ini hutan yang dilindungi, tidak ada hewan buas." Saut bapak itu terlihat heran

" Lalu dia kemana?" Bapak itu menghela nafas memperhatikanku

Sementara aku mulai melemas dan duduk diatas papan dibawah. Melamun kesembarang arah memikirkan segala hal. Jika pria itu dimakan hewan buas tentu pasti akan ada sisa-sisa tubuhnya dan juga kenapa semua barangnya tak ada termasuk ponselnya yang semalam menerangi pergumulan panas kami

" Sudahlah neng, mungkin teman kamu sudah pergi duluan, kita memang terlalu lama tadi." Ucap pria itu, memang ada benarnya tapi kenapa pria itu tega sekali. Setelah mengambil semuanya dia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun atau ucapan perpisahan padaku, atau sekedar berterima kasih atas kesenangannya semalam

Apa aku menyesali semuanya? Jawabanku tidak, malam itu terlalu indah untuk disesali

Alea putri zainal

Terpopuler

Comments

LOVEFANTASY

LOVEFANTASY

minghilang setelah dapat enak nya.
😁😁

2022-08-04

2

lovely

lovely

semangat😘

2022-08-03

1

𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ eff cantik⸙ᵍᵏ

𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ eff cantik⸙ᵍᵏ

lanjutkan

2022-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!