Pria asing

🍃🍃🍃🍃

3 tahun lalu ..

Malam itu aku memutuskan pergi karena Jedi benar-benar menjengkelkan. Pria itu terus melakukan bullyan kepadaku, maklum aku tidak seperti mereka yang punya segalanya

Ayahku hanya seorang kariawan bank dan ibuku sebagai guru dipedesaan. Punya rumah yang sederhana dan mobil yang bobrok dan jadul saja kami sudah sangat bersyukur. Aku bungsu dari tiga bersaudara, kedua saudaraku berjenis kelamin laki-laki dan sudah mempunyai pasangan

Karena terlalu dimanja, kedua kakakku masih betah tinggal bersama kami memenuhi rumah kami ditambah dua perempuan dan tiga orang anak kecil. Cukup membuat rumah selalu riuh dipagi dan malam, heh terkadang aku pusing bila mendengar celotehan para ponakanku itu

Karena kesal, aku tak melihat langkahku. Aku tak sadar memasuki kawasan hutan dimana semuanya terasa gelap. Aku menangis sepanjang jalan sambil mengingat bullyan Jedi, senior yang sangat menyebalkan sejak aku menjadi juniornya dikampus

" Kurang ajar."

" Manusia tidak waras." Gerutuku mengusap kedua pipiku yang basah

Tapi langkahku terhenti, aku mematung saat melihat dua cahaya mengkilat dari jarak beberapa meter didepanku. Saat kusadari, sekujur tubuhku terasa merinding, sial memang sial aku malah bertemu anjing liar. Lihatlah anjing liar itu mendekat, lebih besar dari seekor anak kambing

Anjing liar itu sudah menguap menampilkan gigi runcing yang tajam yang siap mengoyak dagingku. Tatapannya seperti akan memangsa memaksaku segera berlari sekencang mungkin

" Ya Tuhan." Gumamku berlari tak tentu arah, aku ketakutan setengah mati saat Anjing itu mengaum dan mengejarku

" Tolong, siapapun tolong!" teriakku sekencang mungkin dengan nafas tersengal, sangat lelah tapi aku juga tak bisa membiarkan gigi anjing hitam itu memakan dagingku yang masih segar, bisa dipastikan orangtuaku akan menangis darah bila menemukan anaknya mati karena anjing liar

" Aaaahhh!"

Bruuuuuuuukkkkkkkkkkkkkkkkkk

" Aaaah sakit!"

Ditengah kesadaran, aku masih mendengar suara gonggongan Anjing diatas sana. Aku menyentuh seluruh tubuhku yang terasa sakit apalagi kakiku yang tak bisa kugerakan

" Tolong." Teriakku lagi namun bukan manusia melainkan Anjing liar tadi yang menyautku. Semuanya benar-benar gelap aku tidak bisa melihat apapun disekitarku

" Tolong, kumohon." Teriakku sekali lagi, airmata yang sedari tadi kutahan akhirnya luruh juga membasahi pipiku, aku menangis sejadinya, rasa kesal, sedih dan takut menjadi satu. Aku sangat takut ditempat gelap ini, aku memikirkan kedua orangtuaku, kakak-kakakku. Bagaimana bila aku mati hari ini sementara aku belum meminta maaf pada semuanya meskipun sebenarnya aku adalah tipe penurut

Tangisannku kian mengencang, aku ketakutan dan memaksa menekuk kedua kakiku, aku memeluk dengan kedua kakiku dengan kedua tangan tanpa menghentikan tangisanku

" Berisik!" suara bass itu membuatku terkejut dan berhenti

" Siapa itu?" teriakku dengan isak tangis

" Sudah kubilang berisik, kau berniat membuat anjing liar itu memakan kita?" Bentaknya membuatku langsung menghapus airmata. Meski sakit aku mencoba mendekati sumber suara

" Dimana kamu?" tanyaku berbisik namun tak mendapat jawaban

" Dimana kamu?" tanyaku lagi sembari menggapai-gapai apa yang ada didepanku dengan kedua tangan

" Hey dimana kamu?" tanyaku lagi

Plak

" Ooops, aku benar-benar tak sengaja." Aku merasa bersalah dan takut saat telapak tanganku tak sengaja menampar kulit tubuhnya

Tapi lagi-lagi manusia didekatku itu tak menjawab atau jangan-jangan

Bulu kudukku kembali merinding memikirkan hal aneh, dengan keadaan seluruh tubuh yang sakit aku mencoba bergeser menjauh sambil terus melapalkan doa dalam hatiku, airmata kembali menetes karena rasa takut yang kembali mencuat

Tapi, sebuah cahaya membuatku tertegun. Aku terpaku menatap manusia yang tadi membentakku itu ternyata adalah seorang pria. Demi apapun wajahnya tampan meskipun hanya tercahayai lampu senter yang dari ponsel miliknya

Tak berbeda denganku, pria itupun terdiam menatapku lalu menurunkan pencahayaan kami berdua ketanah. Pria itu memegangi dadanya dan meringis kesakitan. Terbatuk-batuk dengan wajah yang memucat

" Apa yang kamu lakukan disini?" tanyaku dengan suara tengah berbisik

" Menurutmu?"

" Emmmmhhhh." Aku gugup ditatap seperti itu, jujur saja ini pertama kalinya kutemui pria setampan ini. Dia seperti tak berasal dari sini lebih tepatnya seperti bule atau artis hollywood yang sering kulihat ditelevisi

" Apa aku seperti orang gila yang tak ada kerjaan berdiam ditempat sial seperti ini?" Gerutunya membuatku menunduk, tampan tapi sangat galak dimataku

" Lalu apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya lagi dengan suara melunak

" Aku tersesat!" sautku lalu memberanikan diri mengangat wajah dan menatapnya

" Apa kau tahu kita sedang berada dimana?"

" Ini di Bandung." Sautku

" Bandung? dimana itu?"

" Memangnya kamu berasal darimana?" Tanyaku

" Sejak kecil aku tinggal di LN." Sautnya dengan suara lemah dan lagi-lagi memegangi dadanya

" Apa yang terjadi, sepertinya kamu kesakitan."

" Mobilku mengalami kecelakaan, aku tidak tahu. Saat bangun aku sudah berada disini." Sautnya, aku hanya diam dan mencoba mengedarkan pandanganku, semuanya gelap dan aku baru sadar dengan suara riuk air yang mengalir, sepertinya tempat kami tak jauh dari sungai

" Aku akan mencari pertolongan." Ucapku

" Jangan gila." Sautnya sembari menahan lenganku dan menarik tubuhku agar lebih mendekat

" Tunggu sampai siang, kita tidak tahu apa yang ada diluar sana. Bisa saja kan nanti bukan Anjing lagi melainkan Harimau!" Aku hanya bergidig memegangi kedua lengan atasku dengan telapak tangan, semakin malam udara disana semakin dingin

Lalu menoleh pada pria itu." Dimana kau terluka?"

" Semuanya sangat sakit, kakiku juga." Tunjuknya mengambil ponsel dan menerangi sebelah kakinya. Memang tergores dibagian betis hingga celana jeansnya pun ikut robek

" Sepertinya lukanya sangat dalam." Pria itu menghembuskan nafasnya lalu menyandarkan tubuhnya pada bebatuan besar dibelakang kami

Sementara aku terus memperhatikan sekitar. Mengerikan karena semuanya terasa gelap ditambah suara burung hantu yang semakin lama semakin membuatku takut. Saat kulihat pria itu sudah memejamkan mata aku mencoba mendekat dan duduk disampingnya, udara sangat dingin untukku yang hanya memakai kaos panjang saja

" Emmmh." Aku sungguh terkejut saat tangan pria itu menarik tubuhku lebih mendekat

" Udaranya akan semakin dingin." Hanya itu yang keluar dari mulutnya tanpa membuka mata merengkuh tubuhku dengan sebelah tangannya, sementara tangan yang lain memegangi dadanya

Deg

Deg

Deg

Sejujurnya ini pertama kalinya aku sedekat ini dengan seorang pria

" Syuuutttt syuuuttt kalau seperti ini bagaimana kalau dia dengar." Gerutuku dalam hati sambil merrmmas dadaku

" Sial." Gerutuku lagi

" Kau tidak pernah berpacaran?" Tanyanya seperti tahu apa isi hatiku, hal itu tentu kian membuatku gugup

" Pernah kok!' sautku ketus, kudengar tawa kecil keluar dari bibirnya yang seksi itu

" Kau tidak pernah dipeluk pria?" tanyanya lagi membuatku geram

" Pernah, tentu saja pernah."

" Kau tidak pernah berciuman." Untuk hal itu aku terdiam, mendadak kedua pipiku memerah dan aku membuang muka kesembarang arah. Meskipun pada kenyataannya pria itu takkan melihat wajahku karena keterbatasan cahaya

" Lalu kenapa dadamu sangat berisik?" Tanyanya

" Karena aku masih hidup!" sautku ketus

Oh lord, malam ini aku benar-benar sial. Disaat bersamaan turun hujan merintik

" Hujan." Ucapku menoleh, pria juga tampak bingung

" Apa kau bisa berdiri?" tanyanya

" Aku akan berusaha? lalu kamu?"

" Bantu aku." Perintahnya dan bodohnya aku hanya mengiyakan. Aku bergerak bangun dan membantu pria itu berdiri

Pria dengan wajah blasteran itu menggandeng bahuku, rasanya sangat berat menopang tubuh yang dua kali lebih besar dariku. Aku membantunya berjalan sementara dengan ponselnya mencahayai jalan kami

Sesekali kudengar ringisan pria itu dikedua telingaku. Kami mencoba mencari bantuan dan pemukiman warga ditengah hujan yang semakin lama semakin melebat membuat baju kami sedikit demi sedikit basah

" Aku sudah tidak tahan, tidak ada apapun disini. Sepertinya kita akan mati." Ucapku menyerah

" Sedikit lagi kita kesana." Sautnya sambil menujukan ponselnya kearah samping. Aku hanya bisa menurut karena takut, disaat seperti ini pria ini juga sangat berguna untuk menemaniku meskipun pada kenyataannya akulah yang paling berguna untuknya

" Lihat, ada rumah." Ucapnya tampak senang

" Mana?" Tanyaku

" Disana, ayo kita kesana." Aku lagi-lagi menurutinya, menggandeng tubuhnya yang kesakitan, jalan pria itu terpincang-pincang karena sebelah kakinya yang terluka

Aku berdecak kesal, bukan rumah melainkan sebuah gubug reot yang sudah tak terpakai

" Ayo kita masuk."

" Ini sangat menyebalkan, jauh-jauh kita kemari bukan-"

" Setidaknya ini berguna untuk kita berteduh dari hujan." Potongnya

" Ayo masuk!" ucapnya lagi menggoyang tubuhku. Memangnya siapa dia berani memerintahku, seperti Rega saja yang selalu mengintimidasiku

Lalu kubantu pria cerewet itu masuk, tidak ada yang menarik hanya sebuah gubug reot yang bagian atapnya hanya di atapi jerami. Bagian dalamnya hanya berukuran 2x3 meter dengan alas papan tipis yang diijakpun akan retak karena sudah usang

Kami duduk disana dan pria itu langsung merebahkan dirinya dengan nafas terengah, padahal yang paling lelah adalah aku

Cuaca mulai semakin dingin, tubuhku mulai menggigil terlebih semua pakaianku basah

" Mati kedinginan lebih baik ketimbang dimakan Harimau." Ucapku membuat pria itu tertawa, aku menoleh padanya yang berangsur duduk

Sejenak kulihat kedua mata itu jelalatan pada kaos putihku yang basah. Bra merah memang tercetak disana, spontan aku menyilangkan kedua tanganku

" Kau ingin mati?" Aku menggelengkan kepala, sungguh aku terpesona dengan jatuhan air dari rambutnya membuatnya terlihat semakin tampan

Pria itu mengambil ponselnya dan mendekatkan kewajahku, menatapku lekat." Aku sedang bertanya."

" Hanya orang gila yang ingin mati saat belum mencapai apapun!"

" Hanya ada satu cara agar kita tidak mati kedinginan." Sautnya dengan kedua mata Hazel terus menatapku membuatku tak tahan dan memalingkan wajah namun sedetiknya aku terkejut saat pria itu menyentuh daguku, benar-benar tak sopan

" A-aapa itu?" tanyaku gugup

Senyum miring kulihat dibibirnya, perlahan wajahnya mendekat. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan, tapi wajah tampan itu demakin mendekat dan satu tangannya menarik pinggangku hingga tubuhku menempel ketubuhnya

" Ja-jangan kurang ajar!" Ucapku mencoba mendorong dadanya dengan kedua telapak tangan

" Kita hanya bertahan hidup, seperti kau akupun kedinginan."

" Lalu?" Sungguh aku terkejut bukan main dengan gerakan cepat pria itu, bibirnya meraup bibirku. Ini pertama kalinya dan aku benar-benar tak percaya, namun rasanya sangat aneh, jantungku berdetak tak karuan dan seluruh darahku terasa mengalir deras

Aku tak kuasa, perasaan menghanyutkan ini datang menyerbuku. Apalagi saat lidahnya mencoba masuk kedalam mulutku, rasanya seperti akan meledak. Aku mencengkram kaos basah pria itu dan memejamkan mata

Gilanya aku malah menikmati bibirnya main di bibirku dan suara decaapan itu membangkitan sesuatu yang tak pernah kurasakan. Meminta lebih dari apa yang pria itu lakukan sekarang

Cup

Suaranya jelas saat pria itu melepaskan bibirnya, menatapku dengan tatapan penuh terkaman. Kini aku seperti es batu yang sudah mencari, tak mampu meronta ataupun berontak bahkan aku membiarkan diriku didorong olehnya

Katanya tubuh pria itu sakit, tapi kenapa sampai bisa naik ketubuhku, mengurungku dalam kehangatan tubuhnya karena kini pria itu sedang melepaskan kaos basahnya. Aku hanya terpaku melihat tubuh yang hampir sempurna dimataku, mengurungku dan tangannya merambat masuk kedalam kaosku

Sejenak aku menahan jemari pria itu yang kini menyentuh perutku, meski rasanya menyenangkan namun aku tak mau melakukan hal terlarang ini. Ibuku sudah mewanti-waniti agar aku selalu menjaganya sampai aku menikah nanti

" Memangnya tidak ada cara lain?" Tanyaku

Pria itu menggelengkan kepala tampak kesal dengan penolakanku

" Atau kau lebih memilih mati!"

" Tapi-"

" Ya sudah." Sautnya bergerak turun dari tubuhku. Aku hanya diam membisu, aku sangat bingung sementara malam ini memang sangat dingin

Ku balikan badanku menghadap pria yang kini membelakangi tubuhku sembari membuka kaos putih dan brakku. Aku memang sudah gila, aku malah menyerahkan diriku sendiri dengan memeluk tubuh pria itu dari belakang

Tak lama, pria itu kembali berbalik, tatapannya masih seperti tadi menyala dengan penuh hasrat kebuah dadaku yang masih ranum belum tersentuh siapapun

" Uuuuhhhhmmm." Aku tak sengaja mengeluarkan suaraku saat jemarinya nakal menyentuh puncak buah dadaku

Ada rasa ragu lagi, aku menyentuh jemari itu namun sepertinya aku terlambat. Pria itu kembali menaiki tubuhku

" Uuuhhhmm." Aku benar-benar tak bisa menahannya lagi, suaraku lebih kencang dari tadi. Lagipula siapa yang tahan dengan rasa gelinya, buah dadaku disentuh oleh lidah dan bibirnya

Sepertinya kewarasanku memang sudah hilang. Aku membiarkan tubuhku ditelanjanggi oleh pria asing itu. Pria itu tampak menikmati semuanya, kedua matanya memejam menikmati seinci demi inci kulit punggungku hingga suara deccapannya memenuhi gubug ini

Alam bawah sadarku telah hilang terbawa gaiirah yang kini menggelora, tubuhku tak bisa diam dibawah kungkungannya saat kurasakan sebuah benda hangat dan keras menyentuh bokongku yang ia cengkram dengan satu tangannya. Aku hanya memejamkan mata, aku tak kuasa dan terlalu malu untuk melihat tatapannya

Dan aku membiarkan pria itu membalikan tubuhku lagi, berbuat sesuka hatinya. Bibir dan lidahnya kini kembali menjamaah buah dada, cukup lama disana dan naik keleher kerahang dan ketelinga. menciuminya bergantian hingga aku tersentak dengan sebuah dorongan kuat yang teramat menyakitiku

" Aah sakit!" teriakku membuka mata dan menunduk kebawah. Kami menyatu saat ini, aku merasa lemas kedua mataku berkaca, aku langsung tersadar dan mencoba mendorong pria yang sedang menikmati penyatuan kami

Tapi pria itu malah mencekal pergelangan tanganku dan menyimpan disamping tubuhku menautkan dengan jemarinya. Tanpa mengatakan apapun, pria itu bergerak pelan membuat airmataku kian mengalir, rasanya sangat sakit, perih dan penuh didalam sana

Aku memang sudah gila, aku menyerahkan kesucianku pada pria asing

-

-

Terpopuler

Comments

Sandrie

Sandrie

mumpung aku ibu rumah tangga tak apa baca yang hot-hot🔥🤭,,cus langsung Favorit dong pasti nya💙,, ceritanya seru aku suka alur nya😍👍👍

2022-08-06

1

LOVEFANTASY

LOVEFANTASY

oh my god

2022-08-04

2

lovely

lovely

😱😱

2022-08-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!