4. pisah

semenjak kejadian itu mas dani jadi lebih perhatian sama ku. dia jadi sering WA dan sering dateng ke kantor di saat jam istirahat. dengan perhatian seperti itu aku sebagai wanita biasa dan sayang sama mas dani menjadi luluh kembali. hubungan kami pun berangsur membaik seiring berjalan nya waktu senyum ku juga sudah kembali seperti sedia kala

"aihh. tumben cerah lo. bain? enggak ke sambet kan?". tanya solboy mengejek

"apasih babi gangguin mood gue aja". jawabku sambil tertawa

"bangs...t lo emang gue nanya baik-baik juga dasar kint..l". balas nya dengan nada tinggi

perseteruan yang di barengi dengan candaan pun mewarnai kantin di mana kita biasa duduk tidak ada yang di masukin kehati meski kami berkata kotor karena itu sudah menjadi ke biasa dalam percakapan kami.

dretttt...dretttttt

hp ku berbunyi dan nada nya dari mas dani

"bian kamu dimana? mas dani nanti ke kantin ya ada yang mau mas dani omongin".

tumben ucapku dalam hati sambil aku balas WA dari mas dani

"iya mas". jawaban ku singkat

setelah seharian bekerja akhirnya waktunya istirahat dan kami pun bergegas ke kantin untuk memesan kopi item dan bersantai setelah penat seharian bekerja di depan komputer. tak lama kami duduk sambil menikmati secangkir kopi mas dani datang dan duduk di dekat ku

"hai". sapa nya

" hai mas. tumben kamu ke sini? ada apa?". tanya ku to the point

" emang kenapa? enggak boleh?". jawab mas dani sambil mengambil sebungkus rokok di saku bajunya. aku hanya tersenyum mendengar perkataan terakhirnya kemudian kembali mengobrol dengan melfri dan solboy. sebenarnya dalam hati yang paling dalam aku begitu bahagia mas dani di sini tapi tak ku ungkapkan dengan jelas karena gengsi

tak lama kita ngobrol mas dani berbisik

" bian. mas dani mau ngomong". bisiknya sembari mengisyaratkan untuk beranjak dari kantin

"iya". aku pun menuruti langkah nya

walaupun banyak teman-teman mas dani aku cuek. aku tahu mereka memperhatikan ku tapi aku tidak peduli sama sekali

"bian. mas dani minta tolong. mas dani butuh uang". Ucap mas dani sembari mengenggam tangan ku

"buat apa mas?. tanya ku penasaran buat apa dia uang itu

" mas ada perlu. kamu tidak usah tanya buat apa? yang jelas mas dani lagi butuh banget". ucapnya lembut

" aku lagi enggak ada mas. beneran. kan mas tau uang aku di pegang mama". jawabku

" ya sudahlah. mas kira ada soalnya mas perlu banget". ujarnya sembari melangkah menuju meja yang tadi kami duduki sampai aku tak sempat membalas perkataannya

semenjak saat itu mas dani mulai cuek lagi sama aku jika aku WA dia hanya membalas seadanya saja. aku tau dia marah soal uang itu tapi aku juga tidak bisa membantu dia sekarang. tetapi aku tidak menyerah aku terus memberikan perhatian yang lebih buat mas dani

"mas dimana? nanti aku mau nginep di kost nanti malam ke sini ya?". pesan ini aku kirim ke mas dani

tidak ada balasan tapi hanya di read saja. aku kesel langsung aku telfon mas dani tapi bukan nya di angkat malah di reject

"kenapa di reject mas? angkat gak? jangan sampai aku nekad ya". tulis ku di pesan WA

tak lama kemudian hp ku berbunyi itu pesan dari mas dani langsung aku buka

dretttttt...dreettttttt

"jangan telfon dulu di rumah lagi ada keluarga dan istri aku". begitulah isi pesan dari mas dani

hati ku langsung bergemuruh melihat pesan dari mas dani yang menyebut istrinya ada di sana sementara kemarin pas kira bertengkar dia bilang sudah tidak tinggal bersama istrinya hatiku hancur dan merasa di perbodoh untuk kesekian kalinya.

"Ya Allah. sakit banget kenapa nasib aku seperti ini Ya Allah". ucapku dalam hati sambil menahan air mata. hari ini aku pulang menggunakan busway tanpa singgah di kostan dengan membawa segudang rasa sakit dan berkecambuk di hati ku tanpa satu orang pun tahu.

sesampainya di rumah aku mendapati ayah tercinta ku jatuh sakit, hati ku semakin hancur berkeping-keping manakala masalahku dengan mas dani belum selesai di tambah masalah di rumah

" nak. sinilah ayah mau bicara". ucap sang ayah kepadaku

" iya ayah. kenapa? ayah jangan banyak bergerak. ayah mesti istirahat biar cepat sembuh"! ucapku sembari mendekati sang ayah yang terbaring di ranjang

" nak. ayah sudah sakit-sakitan. kita tidak tahu apakah usia kita panjang atau pendek. tapi sebelum ayah pergi ayah ingin melihat kamu dan menikahkan kamu nak". ucapk ayah ku sendu

darrrr....

aku bagaikan di sambar petir hanya terdiam bercampur sedih yang dalam mendengar permintaan sang ayah, aku bingung apa yang harus aku katakan haruskan aku jujur bahwa calon yang akan aku kenalkan adalah suami orang atau aku harus menunggu tapi sampai kapan aku menunggu. gundah gulana menyelimuti hati ku

"ya Allah. apa yang harus aku lakukan? apakah aku harus berpisah dari mas dani dan mencari laki-laki lain? apa yang harus aku lakukan Ya Allah". gumamku penuh kesedihan

aku terus menangis meratapi nasib ku sampai aku tertidur lelap dengan kesedihan

sudah beberapa hari semejak kejadian malam itu aku dan mas dani seakan los kontak, dia tidak menghubungiku sama sekali dan aku pun juga tidak ingin menghubungi nya. aku mulai berfikir tentang keluarga dan masa depan ku jika aku terus bersama mas dani mau sampai kapan aku menunggu tanpa kepastian aku juga cerita pada melfri tentang masalah keluarga dan mas dani karena aku tidak sanggup memendam nya sendiri

" menurut gue ya bian. lo mesti mikir lagi deh buat sama mas dani. sampe kapan lo nunggu, lo masih muda. cantik banyak kok yang suka sama lo cuma lo aja gak mau buka hati". ucap melfri

" iya sih mak. tapi gue bingung sekarang 2 tahun bukan waktu yanh sebentar gue udah sabar selama ini hanya demi dia. masa gue nyerah". jawabku sedikit tidak rela

" iya gue ngerti. tapi jujur aja ya kalo gue lihat mas dani cuma nyamperin lo kalau dia lagi ribut sama bini nya. ngomon ini lah itulah tapi kenyatan nya NOL. lu ngerasa gak sih?". ujar melfri sedikir emosi

" iya sih. gue juga ngerasa seperti itu di tambah bokap gue udah nuntut gue buat nikah sementara mas dani tidak ada kepastian stres gue ". ucapku sembari menghela air di sudut mata gue

" ya udah. lo shalat dah lo fikirin lagi kata-kata gue tadi kasihan keluarga lo bian dan kasihan lo nya juga. coba deh lo buka hati lo ke orang lain. gue yakin lo bisa". ucap melfri seraya memeluk gue

sesi curhat pun berakhir dan setelah aku fikir-fikir yang di bilang teman-teman ada benarnya juga sekarang aku harus fokus pada keluarga dan masa depan ku, setelah beberapa petimbanhan akhirnya aku memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan mas dani. aku sudah memantapkan hati ku dan aku harus siap dengan semua keputusan ku

"mas dani. aku mau bicara bisa ketemu di kostan mungkin ini yang terakhir". pesan ku ke mas dani melalui WA, tidak ada balasan dari mas dani hanya di read saja

malam saat aku pulang tiba-tiba ada motor menghampiriku ternyata itu adalah mas dani tanpa berkata-kata aku pun langsung naik dan pergi ke kostan melfri tentunya kebetulan di sana semua temen-temen lagi pada ngumpul seperti biasa dan aku pun bilang sama temen-temen minta waktu buat ngobrol berdua dengan mas dani, akhirnya kami ngobrol di kamar teman kost lt. 2 kebetulan dia juga lagi ngumpul di kamar melfri

"mas. mungkin kita tidak bisa lagi bersama. aku sudah tidak bisa menunggu lagi karena ayah sakit dan dia meminta aku untuk menikah". ucapky dengan nasa sedih

"bian. apakah yang kita lalui akan sia-sia? sudah 2 tahun bian. tunggu lah sebentar lagi". lirik mas dani sembari memeluk tubuhku

" tidak mas. aku minta kepastian kalau mas suruh aku menunggu sampe kapan? aku gak bisa menunggu lagi sementara ayah dan ibu sudah meminta ku untuk menikah". ucapku dengan nada keras

" baiklah. mas dani ikutin semua mau bian. karen mas dani belum bisa memberikan kepastian". jawab mas dani sembari menangis aku pun ikut menangis setelah sekian lama aku pendam perasaan sedih ini dan hari ini aku curahkan isi hati ini dengan di barengi tangisan yang telah lama terpendam.

setelah berbicang segala hal akhirnya kata "pisah" lah kesimpulan yang kami dapat. senang tidam senang. suka tidak suka . ikhlas tidak ikhlas semuany keputusan harus di terima kedua belah pihak, setelah berbicara panjang lebar kami pun keluar dan aku merasa sangat plong dan tenang setelah semua yang aku pendam ku curahkan ke mas dani, kamipun kembali ke kamar melfri dan mas dani pun memanggil melfri karena ingin berbicara berdua entah apa yang akan mereka bicarakan dan aku tidak peduli kan lagi.

Terpopuler

Comments

Tristan Budi

Tristan Budi

Gw juga pernah sih jadi pelakor 😂

2022-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!