Keluarga Courtland tengah sibuk menyiapkam makan malam. Semua makanan yang telah matang, langsung ditata sebaik mungkin di atas meja panjang yang menampung 20 orang.
"Selesaikan sisanya Margareth. Aku akan bersiap lebih dulu. " nyonya Sofia menyerahkan sisa pekerjaannya pada kepala pelayan.
"Baik nyonya. "
Leandra menghampiri sang mamah, "dimana adikmu Leandra? " tanya nyonya Sofia pada putri ketiganya.
"Dikamar mah, sedang bersiap. Dia ingin tampil secantik mungkin. " jelas Leandra.
Nyonya sofia tersenyum lembut, "dia pasti sangat bahagia. Penantiannya akan segera berakhir. "
Leandra mengangguk setuju, "dia bahkan tidak berhenti tersenyum sejak tadi. Aku jadi khawatir. "
"Kamu ini, ada ada aja. "
Di sebuah kamar berukuran sangat luas dengan warna peach yang mendominasi, terlihat seorang gadis tengah berputar putar di depan kaca.
"Gaunnya sangat cantik. Dia pasti senang melihat ku memakai gaun ini. " senyum manisnya terpatri.
"Dia benar benar akan datang kan? " ada keraguan dalam hatinya. "Dia pasti datang. Aku yakin dia datang. " ucapnya yakin.
"Ara... " panggilan itu membuat sang gadis menoleh. "Wahh, adik kaka cantik sekali. " puji Charles.
Ara tersenyum malu, kepalanya menunduk. "Berapa jam kamu merias diri, hmm" goda lelaki 39 tahun itu.
"Kaka~~" Ara merengek, merasa malu digoda sang kaka.
"Turunlah setelah ini, oke. Dan, jangan lupa rapihkan kamarmu! " Ara menatap sekeliling kamarnya yang berantakan. Memasang cengiran polosnya.
"Yasudah, kaka keluar ya. " Charles melangkah menuju pintu. Ara merapihkan kembali pakainnya, menyusunnya rapih di dalam lemari.
Sekali lagi mematut dirinya di cermin, memastikan tidak ada yang kurang dalam penampilannya.
------
Pukul 7 tepat Aldre keluar dari gedung perusahaannya. Mengendarai mobilnya menuju club.
Masih terlalu dini untuk pergi ke club memang, tapi daripada kembali ke apartment dan beresiko kedatangan sang kaka. Lebih baik bersenang senang.
Aldre mengendarai Rolls-Royce Phantom hitamnya, dengan sebatang nikotin di bibir. Membuka kaca mobilnha, menghembuskan asap yang berkumpuk di mulut.
"Tunggulah, dan aku tidak akan pernah datang. " kekehnya sinis.
"Bodoh, benar-benar bodoh. "
30 menit Aldre tiba di salah satu club terkenal di pusat kota. Menunjukan member cardnya pada penjaga.
"Silahkan masuk tuan Aldre. " ucap salah satu penjaga.
"Mm. "
Masih terasa sepi didalam, hanya ada para bartender yang merapihkan minuman dan gelas.
Lelaki itu duduk disalah satu kursi. Grey, bartender paling terkenal di club itu tertawa heran melihat pelanggan setia mereka sudah berada disana. "Kau bercanda. Ini bahkan masih sore bung, dan kau sudah bertengger manis disini. " menggelengkan kepalanya.
Aldre berdecih, "buatkan saja minumanku. " ketusnya.
"Kabur lagi, heh? " tanya grey, dengan kedua tangan yang terus bergerak lincah meracik minuman.
"Mmm. "
"Menghindari masalah tidak akan menyelesaikan apapun bung. "
"Diamlah! Urus saja botol botol kesayanganmu. "
Grey marlin. Dia adalah teman dekat Aldre saat SHS dulu. Satu satunya orang selain keluarga dan sahabatnya yang tau tentang masa lalunya.
Grey yang membantu Aldre mencari bukti kejadian 6 tahun lalu. Kejadian yang membuat putra bungsu keluarga Skholvies mengasingkan dirinya selama 6 tahun.
Kejadian yang membuatnya bahkan terus menghindari keluarganya sampai detik ini.
"Dia datang kesini beberapa minggu lalu. " perkataan bartender tampan itu menghentikan Aldre yang tengah menenggak champagne.
"Dia--"
Grey mengangguk, menatap lurus temannya. "Bersama kaka iparmu. Mereka tau kau sering keluar masuk club, mereka mencarimu. Tapi kau tidak perlu khawatir, informasimu aman disini. " ucapnya.
"Aku sudah bilang kan, temui dia dan bicaralah padanya." Lanjut Grey.
"Never! "
"Terserahlah, aku lelah menasihatimu. "
Grey pergi dari sana, menuju ruang penyimpanan untuk menukar beberapa botol kosong dengan yang baru.
Beberapa pengunjung mulai berdatangan. "Persetan! "
-------
Sudah lebih dari setengah jam dari jadwal seharusnya, tapj yang ditunggu belum juga tiba.
"Kemana anak itu? " gumam tuan Rayyan. Pria paruh baya itu sudah memastikan apartment dan kantornya. Tapi putranya itu tidak ada disana.
"Masih belum datang? " tanya Kevin pada sang istri. Galih menggeleng, ada kekhawatiran diwajahnya.
"Kita mulai makan malamnya. Mungkin dia akan terlambat. " Tuan Revano selaku pemilik rumah bersuara.
Sampai makan malam itu usai, yang ditunggu masih belum juga menunjukan batang hidungnya.
Ara meremat kedua tangannya, perasaannya tak menentu. Lagi? Lelaki itu menghindarinya lagi!
Dion menggeram marah, dia terus bolak balik menempalkan ponselnya ketelinga. "Kemana bocah itu sebenarnya? " geramnya. Adik bungsunya itu tak juga mengangkat telponnya.
"Sudahlah ka Dion, tidak ada gunanya. " ujar Daniel. Semua orang menoleh kearahnya.
"Sudah aku katakan bukan, bahwa dia tidak akan datang. Sudahlah! usaha kalian tidak akan ada gunanya. "
Galih menatap tajam adiknya, "Daniel!! " ucapnya memperingatkan.
Daniel menatap sang kaka, seolah menantangnya. "Apa? Memang benarkan? Kalian bertingkah seperti dia adalah buronan. "
Ana menarik lengan suaminya, memberikan isyarat untuk berhenti. "Dan--" lelaki itu mengangkat tangannya, meminta sang istri untuk diam.
"Apa maksudmu Daniel? " tegur tuan Revano.
"Kalian mengejarnya, memaksanya untuk memaafkan putri kalian. Tapi kalian lupa siapa yang sebenarnya salah disini."
"Aku tidak bermaksud menghakimi Ara, tapi bukankah Ara yang harusnya berjuang mendapatkan maafnya? "
"Ka! Kita tau bahwa Ara sedang berjuang untuk itu. " seru Verel.
"Berjuang apa? Hah?? Apa yang dia perjuangkan?? "
"Yang dia lakukan hanya duduk manis dan kita yang bekerja!" Daniel berteriak marah.
"Ka--"
Ucapan Verel terhenti dengan amarah Daniel yang semakin menjadi jadi. "Apa kau tau bagaimana perasaan adik ku Ver? Apa kau tau bagaimana kacaunya dia? Kalian mencecarnya seolah kesalahan ini adalah ulahnya! " murkanya.
"Aku tidak bisa lagi mengenali adikku! Setiap kali berbicara dengannya aku tidak tau siapa yang ada dihadapanku!! "
"Kau tidak mengerti Ver, kau tidak mengerti. Adikku hancur, dia mati, dia sudah mati... " Daniel mulai terisak. Sangat sakit mengingat bagaimana adiknya saat ini.
"Kalian menghakiminya tapi melindungi yang salah."
Ana mengelus punggung suaminya, dia mengerti perasaan sang suami. Dia menyaksikan sendiri bagaimana hancurnya anak yang dulu sangat manis itu.
"Dia berusaha mati matian berdiri dengan kakinya sendiri. Tidak ada yang menopangnya, tidak ada yang menjadi pegangan untuknya! Tidak ada yang memeluknya saat dia benar-benar butuh!"
"Ayah melarang kami menemaninya. Aku harus membuat seribu macam alasan untuk bisa menemui adik ku. Dia menghukum dirinya sendiri, menyalahkan apa yang terjadi seakan itu memang kesalahannya. "
"APA KALIAN TIDAK PERNAH BERPIKIR HAH??!! "
"PERSETAN DENGAN KALIAN SEMUA!! AKU AKAN MENJADI ORANG PERTAMA YANG TIDAK AKAN PERNAH MEMBIARKAN KAU MENYENTUH KEMBALI ADIKKU, ARA! KAU DENGAR ITU!! " Daniel mengamuk seperti orang kesetanan. Ana mengejar sang suami.
Semua orang terdiam. Tuan Rayyan tersentil, pria paruh baya itu baru menyadari betapa egoisnya dia.
Ara terisak kencang. Seandainya saja dia tidak egois, seandainya dia mau mendengarkan orang lain, sendainya dia tidak keras kepala.
------
Dalam interval waktu ini, aku mungkin menyesal telah mencintaimu. Tapi untukmu, engkau akan menyesal telah kehilangan diriku sepanjang hidupmu.
------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Jum Jumirah
ini ceritanya tentang ap ya thor
2023-10-21
1