Her And Bitter Memories
"Selamat datang kembali di perusahaan Sir. " sapaan dari kepala manager menjadi awal pembuka dipagi hari.
Aldre Jevenus Skholvies, pengusaha muda berusia 24 tahun itu turun dari mobil mewahnya. Sorot mata tajam dan ekspresi dingin senantiasa terpasang diwajah tampannya. Sosoknya selalu menjadi sorotan dimanapun dia berada.
"Lihat deh, tuan Aldre ganteng banget ya.. " bisik salah satu karyawan pada temennya.
"Iya, coba aja kalau dia bisa suka sama aku. Aku pasti beruntung banget. " ucap yang lainnya.
"Dalam mimpimu."
Bisikan bisikan yang lain bersahutan silih berganti. Yang dibicarakan hanya terus melanjutkan langkahnya dengan acuh.
Lelaki tampan itu masuk kedalam lift khusus miliknya. Aroma mint bercampur maskulin miliknya tertinggal disana. Membuat para karyawan wanita semakin histeris.
"Apa jadwal saya hari ini, Brend? " tanyanya pada sang asisten begitu kakinya melangkah keluar dari lift.
"Tidak ada rapat khusus hari ini sir, anda hanya harus memeriksa beberapa laporan pembangun yang sedang berjalan dan laporan keuangan yang baru direvisi " Brendon Maxwell, asistennya menjelaskan dengan cepat dan lugas.
"Oh iya sir, kaka kedua anda baru saja menghubungi sekertaris anda, beliau meminta anda untuk hadir di acara makan malam hari ini " lanjutnya lagi. Aldre mengangguk, langkahnya ia bawa untuk duduk di kursi kebesarannya.
"Kau boleh pergi "
"Kalau begitu saya permisi, sir" asisten berusia 27 tahun tersebut melangkah mundur keluar dari ruangan atasannya itu.
'Makan malam ya? ' tidak penting, tidak terlalu penting baginya untuk hadir disana.
Aldre memulai pekerjaannya. Tangannya meraih salah satu map berisi laporan keuangan. Memeriksanya dengan teliti memastikan tak ada lagi kesalahan.
Tubuh Aldre tersentak begitu mendengar nada dering ponselnya. Merogoh ponsel disaku celananya, tertera nama kaka pertamanya disana, Ardion.
"Hm" deheman singkat keluar dari mulutnya.
"Dingin seperti biasa " ucap Dion.
"Ada apa? Aku sibuk. " tanyanya dingin
"Selalu seperti itu. Kau akan datang? "
"Kenapa? "
"Aku tutup. " Aldre mematikan sambungn telponnya sepihak.
Dion berdecak sebal menatap ponselnya. "Anak ini. " jari jarinya bergerak lincah kembali menghubungi sang adik.
"Ck" aldre berdecak sebal.
"Ada apa lagi? " kesalnya. Dia tidak suka di ganggu saat jam kerja.
"Tidak sopan mematikan sambungan begitu saja, boy. "
"Jangan menggangguku. " ujarnya tajam.
"Kalau begitu kau harus datang atau kaka akan terus merecokimu." ancam Dion
"Yayayaya bawel! "
"Baiklah kaka tutup telponnya, ingat jangan lupa untuk datang " si bungsu berguman pelan sebagai jawaban.
"Good boy" sekali lagi Aldre memustukan begitu saja sambungannya. Melempar ponselnya ke sofa.
Dion terkekeh, merasa gemas dengan sang adik. Dia bisa membayangkan ekspresi adik bungsunya itu.
"Mengerjainya adalah kewajiban.. " Gumamnya sambil terkikik geli.
.
Pukul 5 sore, Aldre menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Membalikan kursi kebesarannya menghadap jendela. Menatap langit yang berubah.
Suara ketukan pintu terdengar, pintu terbuka. Brendon masuk, "apa anda akan datang malam ini tuan? "
"Ka Galih menghubungimu? " tebak Aldre. Lelaki itu masih belum mengalihkan pandangannya.
"Iya tuan. Beliau marah karena anda tidak bisa dihubungi. "
"Katakan saja aku akan datang. "
Brendon dengan sigap mengeluarkan ponselnya, menghubungi putra kedua keluarga Skholvies.
Assistant tampan itu kembali menutup telponnya begitu pembicaraan selesai. Matanya menatap ragu bosnya, "anda--tidak akan datang kan tuan? " tanyanya ragu.
"Kau jelas tau jawabannya Brendon. "
'Benar kan! Setelah ini aku akan mendapatkan hujan rohani lagi dari bos besar. " Brendon mendumal dalam hati.
"Katakan saja pada ayah jika aku pergi tanpa supir. " seolah tau apa yang dipikirkan sang assistant, Aldre berucap dengan tenang.
"Baik tuan. " Brendon mengangguk patuh.
"Kau boleh pulang. "
"Kalau begitu saya permisi dan selamat malam, tuan. "
"Mm. "
-------
"Anak itu tidak akan datang ayah, aku yakin. " kata Daniel.
"Kau tidak dengar yang Assistennya katakan? " ucap Tuan Rayyan.
Daniel terkekeh sini, "ayah percaya? " kepalanya mendongak, menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Jangan seperti itu Daniel. " lerai Dion.
" Brendon tidak mungkin berani berbohong pada kita. " ucapnya lagi.
"Bukan Brendon, tapi adikmu. Ka-- Aku mengenal Aldre sejak emosinya mulai terbentuk. Kau mungkin saudara kandungnya, tapi kau tidak pernah memperhatikkannya dengan baik. "
"Aldre membencinya ka, usaha apapun yang kita lakukan itu tidak akan pernah berhasil. Selama rasa benci itu ada dalam hatinya. Semuanya tidak berguna."
Tepat setelah mengucapkan itu, Daniel pergi dari sana. Meninggalkan Dion yang termangu dengan perkataannya. "Apa aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri? "
Perkataan Daniel menyentil perasaannya. Dia merasa tidak berguna menjadi seorang kaka. "Bagus jika kau sadar sekarang. " sindir Galih.
Dion menatap adik pertamanya dengan pandangan yang sulit di artikan. "Kau hanya harus lebih peka pada sekitarmu ka Dion. " Nasehat Kevin.
------
Waktu tidak menyembuhkan semua luka; hanya jarak yang bisa mengurangi sengatannya.
------
Halo.... ini cerita pertama aku!! mohon maaf kalau masih ada salah kata dan beberapa yang gak nyambung
semoga kalian suka sama cerita ini ya...
bagi kritik dan saran kalian ya... supaya aku bisa lebih banyak dapat evaluasi dari kalian.... ☺️😊
boleh juga untuk ide ide cemerlang kalian untuk kelanjutan cerita ini 😊
para pembaca biasanya punya banyak fantasi yang keren, jadi kasih tau aku bagaiman kalian mau cerita ini berjalan kedepannya... 🤔
okay?? 👌
salam sayang author - Annisa Fazlina🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
Semangat kak ceritanya keren🙆♀️
2023-01-31
0
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
Hai kak aku mampir👋
Kita saling suport yu🤗
2023-01-31
0