Laura segera mendorong tubuh Johan untuk lepas, namun Johan sama sekali tidak bergeming di tempatnya dengan gaya cool nya.
"Mataku menjadi kotor melihat dalaman mu" sindir Johan terdengar ketus.
"Makanya jangan melihatku dengan mata mesum mu itu" kesal Laura yang ingin memukul kepala Johan.
"Kau sendiri yang menyuguhkan ku, jadi siapa yang salah hah!" ucap Johan lalu menatap tajam Laura dengan mata elangnya.
"Apa? jadi kau pikir aku yang salah? jelas-jelas kau yang mencari masalah denganku" bantah Laura yang tidak terima ucapan Johan.
Johan sudah tidak memegangi kedua tangan Laura.
Perdebatan mereka pun semakin sengit dan mulai bercabang-cabang tak ada habisnya. Baik Johan dan Laura mulai saling tunjuk menunjuk dengan suara meninggi tanpa ada yang mau mengalah sekalipun.
"Apa hah? kita selesaikan sekarang juga Mr gay" ucap Laura dengan suara meninggi sambil menunjukkan kepalan tangannya.
"Oke, tapi ingat! aku tidak mau disalahkan jika seorang wanita mati mengenaskan di dalam kamarku" kesal Johan dengan suara satu oktaf.
"Aku tidak takut weeekkk. Dasar Mr gay" ejek Laura sambil ancang-ancang di tempatnya.
"Dari tadi kau terus memanggil ku Mr gay! kau ingin membuktikan kejantananku hah!" ucap Johan tak main-main yang sudah terpancing ucapan Laura.
"Enak aja, iihhh amit-amit jabang bayi. Jangan mimpi! aku tidak sudi laki-laki seperti mu menggauliku" ejek Laura memasang wajah galak nya.
Johan menghela nafas panjang dengan raut wajah datarnya yang sedang diselimuti amarah mendengar ejekan Laura. Bahkan kepala tangannya pun bisa saja digunakan untuk mencekik leher Laura sekarang juga yang sudah mempertanyakan harga dirinya sebagai seorang laki-laki.
"Aku laki-laki sejati patut membuktikannya kepada wanita yang super cerewet seperti dirimu. Ucapan mu akan aku buktikan sekarang juga" tegas Johan dengan tatapan dingin sambil melangkah mendekati Laura.
Mau tak mau Laura langsung bergerak mundur melihat gelagat Johan yang terus mendekatinya.
"Ma-mauu apa kau!" ucap Laura terbata-bata yang mencoba menghentikan Johan.
Johan tak menggubris ucapannya dan hanya terus mendekatinya dengan raut wajah yang sulit diartikan. Laura segera berbalik badan untuk berlari ke arah pintu, namun Johan langsung menarik tangannya membuat Laura terhentak kaget.
Bersamaan itu pula seluruh lampu penerang tiba-tiba padam. Laura dengan terpaksa meraba tangan Johan, lanjut meraba tubuh Johan lalu memeluknya dengan erat, pasalnya dirinya begitu fobia terhadap kegelapan.
Johan hanya mampu membeku di tempatnya merasakan tubuhnya di peluk oleh Laura. Tangan Johan sama sekali tidak bergerak membalas pelukan Laura.
"Semua ini karena ulah mu" lirih Laura yang masih saja menyalahkan Johan padahal jelas-jelas ia tengah memeluk laki-laki yang ia salahkan.
Johan lalu melingkarkan tangannya untuk membalas pelukan Laura. Tiba-tiba saja suasana canggung menyerang pikiran mereka.
Perasaan aneh pun tak luput dari pikiran mereka masing-masing dengan posisi tengah berpelukan erat dengan suasana gelap gulita.
"Apa kau sesak nafas?" tanya Johan.
"Tidak, bagaimana dengan dirimu?" tanya balik Laura dengan bibir bergetar yang masih panik.
"Sama seperti mu" jawab Johan yang betah memeluk Laura.
Akibat padamnya listrik, membuat perdebatan mereka terhenti, Laura dan Johan kembali akur. Tadinya mereka hampir saja saling cakar-cakaran yang sudah terprovokasi oleh perdebatan hebat mereka sendiri.
Dan sekarang mereka berakhir dengan suasana romantis persis sepasang kekasih yang saling berpelukan mesra.
"Aku sudah bosan menunggu lampu penerangan ini menyala. Jangan-jangan keluargamu belum bayar tagihan listrik di PLN, makanya pemadaman listrik nya berlangsung lama" oceh Laura tak jelas.
"Jangan sembarangan bicara" timpal Johan dan tidak ingin kembali terpancing dengan ucapan Laura.
"Aku mau ke kamar, aku sudah ngantuk nih.... hoaaamm...."
Laura mengatakannya sambil menguap tak jelas yang sudah diserang kantuk.
"Tunggu sebentar, aku akan mencari ponselku untuk kita jadikan senter" usul Johan.
"Ikut, aku takut sendirian kalau gelap gulita begini" ucap Laura manja yang masih memeluk Johan.
Johan lalu merangkul pundak Laura, bersamaan itu pula Laura melepaskan pelukannya lalu membalikkan tubuhnya ke samping bersebelahan dengan Johan dan tangannya masih saja sibuk memegangi lengan Johan.
Saat mulai melangkah bersama-sama, tiba-tiba salah satu dari mereka tak sengaja buang angin.
Puukkk......... pookjkk
"Kau buang angin? Huh bau apa ini? kau....dasar jorok" tanya Johan bertubi-tubi dengan kesalnya lalu segera menutup hidung nya.
"He he he....aku tidak tahan. Jika menyembunyikannya maka jadi penyakit" jawab Laura cengengesan dengan sok polosnya.
"Lagian bau nya masih wangi dan tidak terlalu menyengat bukan" ucap Laura yang berusaha menahan tawanya.
"Dasar jorok, kau itu wanita cacingan!" sindir Johan kesal.
"Maaf, aku tidak tahan" ucap Laura tersenyum tipis.
Akhirnya Johan menemukan ponselnya, sehingga mereka pun mendapatkan penerangan dari ponsel tersebut.
"Ayo, aku akan menemanimu ke bawah" ucap Johan dengan seringai licik diwajahnya.
"Aku takut sendirian di dalam kamar, bagaimana jika kau menemaniku sampai lampunya nyala" lirih Laura jika sampai di tinggal oleh Johan.
"Ya, aku akan usahakan" bohong Johan.
"Ayo" kekeh Johan yang sudah ingin menemani Laura ke kamarnya.
"Tunggu, aku tidak bisa berjalan dengan suasana gelap. Tolong gendong aku" ucap Laura terdengar manja sambil menggoyangkan tangan Johan.
Banyak banget mau nya nih orang. Kita lihat aja, aku akan mengerjaimu setelah ini. Batin Johan.
"Naiklah di punggung ku nona cerewet!" ketus Johan yang sudah membungkuk.
Laura dengan cepat naik di punggung Johan. Mata Johan membulat sempurna merasakan benda kenyal Laura. Dengan susah payah Johan menelan ludahnya dengan kasar menggendong Laura keluar kamar.
Saat akan menuruni anak tangga, tiba-tiba saja cahaya senter entah dari mana asalnya mengarah kepada mereka.
Dengan Cepat Johan bersembunyi di salah satu tiang rumah. Supaya tidak dipergoki oleh orang tersebut.
Laura hanya mampu diam berpegangan erat di leher Johan.
Saat semuanya aman, barulah Johan turun ke lantai satu menuju bangunan berpetak yang di khususkan untuk kamar pelayan.
Johan menyenggol lengan Laura untuk memintanya turun, namun Laura keburu tidur di punggungnya.
Dengan hati-hati Johan menurunkan Laura dari gendongannya, lalu membaringkannya di atas ranjang.
Tak lupa Johan menyelimuti tubuh Laura, kemudian bergegas pergi meninggalkan kamar Laura.
🍁🍁🍁🍁🍁
Keesokan harinya......
Keluarga William sudah berkumpul di meja untuk sarapan bersama. Tampak Laura berdiri di belakang kursi nyonya Tias memakai seragam barunya yang akan membantu keperluan nyonya Tias.
Johan yang memakan sarapannya sesekali curi-curi pandang melihat ke arah Laura. Sedangkan Laura hanya menundukkan kepalanya yang sedang berpikir keras mengapa mama nya ingin membawanya pergi ke negara Z.
Bersambung......
Jangan lupa, like, love, komen dan vote ya teman-teman 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Fatma
👍👍👍
2022-10-15
0
kim
lanjut kk othor 😘
2022-09-25
0
kim
pasangan somplak......wkwkkwk🤣🤣🤣
2022-09-25
0