Bertemu Lagi

Liberti merasa ada yang aneh ketika ia sampai di rumah. Tidak ada suara yang membuat telinganya berdengung tentang masalah jodoh. Ke mana ibu dan ayahnya? Biasanya Berti tidak akan bisa masuk ke kamar sebelum mendengar ceramah dari keduanya.

"Bi Inah!" panggil Berti.

"Iya, Non," sahut wanita dewasa sekitar empat puluh tahunan.

"Kok, sepi. Ke mana Ayah dan ibu?" tanya Berti.

"Bapak sama ibu lagi pergi. Katanya mau ketemuan sama teman."

Berti mengangguk. "Pantas saja hari ini telingaku libur dari omelan."

"Nona mau makan? Biar Bibi siapkan."

"Enggak perlu, Bi. Aku mau keluar malam nanti," ucap Berti.

Sampai pada pukul tujuh malam, kedua orang tua Berti belum kembali. Berti mencoba mengirim pesan bahwa ia akan pergi dan orang tuanya tidak perlu mengkhawatirkan.

Sang ibu membalas pesan dari Berti yang mengatakan kalau mereka akan kembali dan memberi pesan agar sang anak tidak pulang terlalu malam.

"Tumben ibu enggak marah aku keluar malam. Apa sengaja membiarkanku mencari jodoh di luar sana? Ibu sama bapak pergi ke mana memangnya? Dari tadi sore enggak balik-balik," gumam Berti. "Sudahlah, lebih baik aku pergi sama Sari."

Berti menekan tombol pada remote yang membuat kunci mobil terbuka. Ia meraih kenop pintu, lalu masuk ke dalam. Menghidupkan mesin, membunyikan klakson agar penjaga rumah membuka gerbang lebar, lalu segera mengendarai kendaraan roda empat itu keluar.

Sekitar tiga puluh menit, Berti sampai di tempat yang ditentukan. Sebuah restoran yang menyediakan bar di dalamnya. Setidaknya datang ke sana bisa mengisi perut Berti yang memang berkunjung untuk makan malam bersama sahabatnya.

Berti keluar dari dalam mobil, dan saat itu juga sebuah kendaraan mewah berhenti di samping mobilnya. Seorang pria berkacamata keluar bersama rekannya.

Mata Berti terbelalak melihat keduanya, lalu ia segera memalingkan diri dengan bergegas masuk ke dalam restoran. Berti ingat dua orang pria tadi, dan ia sangat terkejut melihat wajah dari pria yang memakai jas berwarna krem.

Sepertinya keduanya belum sempat berganti pakaian. Mungkin keduanya sibuk, lalu makan malam di restoran yang sama dengan Berti.

Sungguh sial bagi Berti yang harus menunggu lift turun, dan lebih tidak beruntungnya lagi, dua orang pria berdiri di sampingnya menunggu kotak kubus yang masih belum terbuka.

Berti menenangkan hatinya. Kenapa ia harus gugup dengan mereka? Kenal saja tidak, lalu kenapa ia harus salah tingkah? Sungguh tidak masuk akal kalau ia gugup karena wajah tampan. Berti sudah banyak melihat pria lebih ganteng, bahkan idolanya seratus kali lipat dari lelaki yang memakai jas berwarna krem.

Lift akhirnya terbuka, Berti menunggu orang di dalamnya keluar dulu setelah itu ia masuk bersama dua pria tadi. Berti langsung memencet lantai nomor tujuh karena restoran itu berada di atas sana.

"Tujuan kita sama, Nona."

Berti terkesiap, lalu ia memaksakan senyum untuk menjawab, "Kebetulan sekali."

"Kami memang pergi untuk makan malam," ucap pria yang memakai kacamata.

"Saya juga," sahut Berti.

Kotak besi bergerak itu sampai mengantarkan ketiganya ke restoran. Berti keluar lebih dulu, lalu berjalan cepat menuju restoran.

"Sepertinya dia terburu-buru."

"Mungkin lapar, Tuan," ucap Ariel.

"Mendengar kamu bicara seperti itu, aku juga lapar," sahut Cakra.

*****

Selepas makan malam bersama Sari, Berti langsung pulang ke rumah. Rupanya kedua orang tuanya masih belum tidur dan waktu masih menunjukkan pukul sembilan malam. Belum terlalu larut, bahkan sebagian orang penyuka wisata malam. Pukul sembilan adalah waktu yang cocok untuk keluar.

"Syukurlah kamu pulang cepat. Ibu enggak sabar buat kasih berita baik," ucap Santi.

"Berita apa?" Berti jadi penasaran.

"Kami sudah mendapatkan jodoh untukmu."

"Secepat itu?" tanya Berti.

"Kenapa? Bukannya kamu setuju mau menikah dan dijodohkan."

"Sebenarnya Ibu dan Ayah sudah lama pengen anak muda itu jadi suamimu," sambung Ilham.

"Jelas Berti kaget, Bu. Baru pagi tadi diomongin, malamnya langsung dapat jodoh," kata Berti.

"Kan Ayah sudah bilang barusan. Sebenarnya sudah lama kami berniat mau menjodohkanmu, tapi Ibumu bilang biar saja kamu memilih calon sendiri. Karena tadi pagi kamu bilang mau dijodohkan, maka kami langsung mendatangi rumah calon mertuamu," tutur Ilham.

"Memang keluarga mana?" tanya Berti.

"Keluarga Aditama," jawab Santi.

Berti mencoba mengingat nama keluarga Aditama. Ia merasa pernah mendengar nama itu, tetapi lupa apakah dirinya sempat bertemu dengan pemilik nama keluarga tersebut.

"Istri pak Aditama, teman Ibu arisan. Ibu Widya."

"Oh, ibu Widya. Berti kenal."

"Nah, itu dia. Putra sulungnya belum menikah. Umurnya dua tahun lebih tua dari kamu," ucap Santi.

Berti mengangguk-angguk. "Begitu. Terserah, deh. Ibu dan Bapak atur saja mana baiknya."

"Besok malam, kamu siap-siap. Dandan yang cantik. Kita ada pertemuan keluarga. Kalian berdua harus saling kenal dulu."

"Cepat amat, Bu," sela Berti.

"Kami pengennya cepat. Biar kamu cepat nikah dan kami dapat cucu," sahut Ilham.

"Iya, deh. Besok malam Berti usahakan pulang sore."

"Bagus! Ayah senang kamu patuh begini. Sekarang istirahat. Dengar kata Ibumu. Dandan yang cantik," kata Ilham.

"Iya, Pak."

Berti beranjak meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamar tidur yang terletak di lantai satu. Memang benar kalau ucapan itu adalah doa. Baru tadi pagi mengatakan setuju untuk menikahi siapa pun, dan akhirnya, semua itu terkabul.

"Apa aku harus senang, ya?" gumam Berti. "Aku hubungi Sari saja. Minta pendapat sama dia."

Berti masuk ke dalam kamar dan tanpa berganti pakaian, ia segera menghubungi Sari melalui video. Beberapa saat sambungan video tersambung.

"Aku tidak boleh jauh darimu. Baru ketemu sudah kangen," ucap Sari.

"Aku ada masalah serius," kata Berti.

"Tiba-tiba ada masalah serius."

"Besok aku bertemu sama calon suamiku," ungkap Berti.

"Apa? Perasaan tadi pagi kamu bilang baru minta dijodohkan, malamnya sudan ketemu. Cepat amat."

Berti tertawa, "Kamu kaget, apalagi aku."

"Seriusan?"

"Iya," jawab Berti. "Kata ibu umurnya enggak jauh beda sama aku."

"Jangan-jangan, tuh, cowok lumpuh. Atau cowok itu cacat mental dan butuh seseorang untuk merawatnya."

"Kenapa kamu jadi menakutiku?" ucap Berti kesal.

"Aku tidak menakutimu. Menurut novel yang kubaca seperti itu. Cowoknya lumpuh, pura-pura buta."

"Berhentilah berhalu. Aku ini serius. Pokoknya kamu datang saja, deh, besok malam," kata Berti.

"Oke, besok malam aku datang. Aku juga penasaran."

Berti memutus sambungan telepon videonya. Apa yang diucapkan Sari cukup menganggu pikiran, tetapi Berti percaya jika kedua orang tuanya pasti memilih pasangan yang baik untuknya.

"Jangan-jangan benar lagi apa yang dikatakan Sari," Berti berdecak, "enggak mungkin. Sari hanya menakutiku saja. Jika aku harus merawat pria lumpuh, lalu siapa yang mengurus butik dan supermarket? Lihat saja besok malam, dan semoga calon suamiku sesuai yang kuinginkan."

Bersambung

Terpopuler

Comments

Raffa Iskandar

Raffa Iskandar

jangan dulu ambil kesimpulan sendiri berti jodoh siapa yg tau

2023-01-15

0

☠☀💦Adnda🌽💫

☠☀💦Adnda🌽💫

rupanya si sari korban novel tuh.... semua disamain kyk di novel 🤭🤭🤭

2022-10-21

0

🍌 ᷢ ͩѕнͪαͣкͭʝͣρͤιуσ🐣ℛᵉˣ࿐

🍌 ᷢ ͩѕнͪαͣкͭʝͣρͤιуσ🐣ℛᵉˣ࿐

..

2022-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!