Aku mencoba menenangkan Gloria karena aku tidak mau keadaan menjadi semakin rumit karena wanita ini menangis tepat disisiku.
"Tolong diamlah, Nona!" ucapku mencoba tegas pada wanita itu.
"Bagaimana aku tidak sedih, aku sudah menikah hampir satu tahun, tapi suamiku .... dia, dia tidak pernah menganggapku ada. Apa aku terlalu buruk hingga dia malu memiliki istri seperti aku? Lalu kenapa dia mengajakku menikah?" Gloria mulai meracau tak jelas, aku tak terlalu menyimak apa yang wanita itu utarakan, aku hanya meliriknya sekilas yang tampak menunjukkan gestur sempoyongan.
Tiba-tiba Gloria terdiam, aku baru mau bernafas lega karena dia bungkam, namun ternyata tidak sampai disitu-- sebab wanita itu mulai menunjukkan ekspresi lain yang aneh.
"Uhp ...." Gloria memegangi dan membekap mulutnya sendiri.
"Kau kenapa?" tanyaku, sebenarnya aku mau membiarkannya saja tapi entah kenapa aku tak tega melihat wanita bersurai sebahu itu.
"Ohok-ohok ...." Wanita itu terbatuk dan didetik berikutnya dia memuntahkan semua isi perutnya, didekatku. Lebih tepatnya di baju yang aku kenakan. Oh my ....
Ingin rasanya aku berteriak mengumpattnya, namun hal itu ku urungkan karena dia seorang wanita. Apa aku harus kalah lagi karena seorang wanita? Oh tidak lagi ....
"Kau mengotori bajuku, Nona!" kataku dengan nada tak senang.
Gloria masih terbatuk - batuk dan sesekali menyesap air mineral botol yang ada disisi kirinya. Aku tidak tahu sejak kapan dia memindahkan semua barang dan minumannya hingga menjadi satu meja denganku. Seharusnya tadi dia berada di meja sebelahku, seorang diri.
"Richard Jensen! Kau tidak berhak memarahiku! Kau tidak pulang ke rumah, akupun bisa untuk melakukan hal yang sama!" kata Gloria penuh ancaman untuk seorang lelaki bernama Richard Jensen. Entah siapa lelaki itu, aku tak tahu, yang ku pikirkan sekarang adalah bajuku yang penuh muntahan wanita sialan ini.
Aku bangkit dan tak mempedulikan ucapan wanita yang masih mabuk itu, ku lirik dia sudah menelungkupkan wajah ke atas meja.
Sial sekali nasibku, mau bersenang - senang justru kejadian seperti ini yang menimpaku. Aku menuju toilet pria diujung koridor, mencoba membersihkan sesuatu yang sangat menjijikkan itu namun sepertinya bajuku tak bisa selamat.
Aku mengambil ponsel dan menghubungi Jared untuk membelikanku baju ganti, terserah dia mau mencarinya dimana di malam buta seperti ini, yang jelas aku harus berganti pakaian karena kejadian ini membuatku gagal untuk bersenang-senang.
_
_
_
Aku tiba di rumah sekitar pukul 1 dini hari. Tidak melanjutkan minum dan tidak berakhir dengan wanita manapun diatas ranjangg.
Semua karena ulah wanita bernama Gloria itu. Kenapa aku harus memedulikannya bahkan mengajaknya berkenalan tadi. Apa hanya karena dia orang Indonesia? Apa aku memang tertarik dengan orang-orang yang mengingatkanku pada asal usul Zahra?
Ah sial...
Niat hati ingin bersenang - senang dan melupakan wanita masa lalu, justru harus bernasib seperti ini. Meski Jared memberiku baju ganti, tapi tetap saja tubuhku yang sudah terkena cipratan muntah dari Gloria terasa mengeluarkan bau tak sedap, membuatku malas melanjutkan acara senang - senangku dan membatalkan niatku mencari wanita untuk pelepasan.
Mau ditaruh dimana wajahku ini jika aroma tubuhku yang tidak sedap tercium oleh seorang wanita? Bisa hancur reputasiku di Club itu.
Akhirnya akupun memutuskan pulang dan berakhir sendirian diatas ranjanggku sendiri.
#####
Pagi menjelang, aku yang sudah biasa hidup disiplin, bangun pagi - pagu sekali dengan wajah dan penampilan yang sudah rapi. Oxela juga sudah berada dimeja makan sembari mengolesi roti ditangannya dengan selai cokelat.
"Good morning..." sapa Oxela ketika melihatku.
"Morning..." jawabku.
Oxela tersenyum cantik. Perasaanku mengatakan jika dia ingin mengutarakan sesuatu.
"Ada apa, hmm?" tanyaku yang mulai ingin memahami situasi.
"Kak, apakah aku boleh pergi liburan?"
"Kemana?" tanyaku sembari menuang air putih ke dalam gelas.
"Ke Indonesia."
"Uhuk uhuk ...." aku tersedak minuman yang sedang ku minum.
"Pelan - pelan, Kak!" kata Oxela sembari memberiku serbet putih yang sempat ku abaikan tadinya.
Aku mengelap sisa-sisa air yang ada di sekitar dagu dan bibirku. "Untuk apa kesana?" tanyaku memastikan niat adikku itu. Aku memang tak pernah mengatakan pada Oxela tentang asal - usul dan siapa yang membunuh Ayahku, aku tidak mau Oxela memiliki dendam sepertiku dulu, sehingga Oxela memang tak pernah tahu jika aku sempat tinggal di Indonesia untuk mencari keturunan musuh-- demi membalas dendam. Selama ini yang Oxela tahu aku bekerja keras demi meneruskan perusahaan mendiang Ayah kami.
"Aku mau liburan, Kak. Bersama teman - temanku juga," kata Oxela dengan penuh harap.
"Tidak usah," jawabku datar.
"Kenapa, Kak?"
"Aku baru tiba disini dan kau sudah mau pergi meninggalkanku. Lagi pula kau bilang mau mengadakan pesta ulang tahun, kan?"
"Kalaupun Kakak berada disini bukan berarti aku harus selalu disamping kakak, kan? Kakak saja sibuk! Aku juga punya kesibukan! Aku cukup pusing memikirkan pekerjaan, aku butuh liburan! Aku juga bukan anak remaja yang mengadakan pesta ulang tahun besar-besaran. Acara itu juga masih bulan depan," kata Oxela santai.
"Ya terserah kau saja lah!" Aku menyerah juga akhirnya. Adikku memang terlalu keras daripada aku. Atau justru aku yang terlalu lembek padanya, entahlah.
Aku meilhat Jared yang berdiri tak jauh dari meja makan.
"Kau sudah sarapan, Jared?"
"Sudah, Tuan."
"Apa jadwalku hari ini?" tanyaku pada Jared, karena aku sudah mengatakan bahwa aku akan mulai bekerja dihari ini jadi seharusnya Jared sudah mengurus segala jadwalku untuk beberapa jam kedepan.
"Hari ini anda ada pertemuan dengan pengusaha baru yang akan melakukan kerja sama perusahaan," kata Jared.
"Pengusaha baru?"
"Ya, dia sudah mengundang anda ke pertemuan ini sejak beberapa bulan lalu namun selalu tertunda karena anda jarang berada di kantor pusat," terang Jared.
"Dia menginginkan kerja sama, Tuan! Dia ingin mendompleng nama perusahaan kita untuk usaha barunya yang bergerak di bidang periklanan."
"Oke, baiklah, aku akan menemuinya. Pastikan provitnya akan menguntungkan," ucapku mengingatkan Jared.
"Baik, Tuan!"
Aku pun melanjutkan sesi sarapan pagiku bersama Oxela.
Menjelang siang, aku melakukan pertemuan dengan pengusaha baru yang pagi tadi sudah diberitahukan Jared kepadaku. Kami bertemu di sebuah Restoran yang menjadi pilihan pengusaha itu untuk menjamuku dipertemuan ini.
"Selamat siang, Tuan... Owen Zwart," sapa pria yang ku taksir usianya hampir setara denganku.
"Siang," jawabku ramah.
"Perkenalkan saya adalah Richard Jensen, saya baru memulai usaha ini namun saya akan memberitahukan benefit untuk masing-masing perusahaan kita,"
Aku tak menggubris lagi apa yang pria didepanku ini utarakan. Karena atensiku hanya sebatas nama miliknya yang baru saja dia perkenalkan padaku. Richard Jensen. Apa dia suami Gloria?
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Resa Levia
Thor tolong dong hilangkan kata aku itu seperti bukan membaca novel tapi seperti mendengarkan orang curhat
2023-07-14
0
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Seru seru seru..lanjut thoor 💪
👍☕🌹❤
2022-04-12
1