"Mama sudah ngk ada Sayang!" ucap Bashan dengan isak tangisnya.
"Apa? Om pasti bohong!" ucap Tania memukul dada Bashan dengan keras namun, tidak sedikit pun memberikan efek sakit bagi pria itu.
"Papa, Bu'de masih hidup!" ucap Vania dengan tegas yang kini sudah berada di bawah tubuh Bashan.
Bashan kembali membungkukan badanya dan juga mengendong anaknya itu.
"Bu'de sudah ngk ada!" ucap Bashan dengan menatap kedua bola mata anaknya itu dengan sendu.
"Mamaaaaaa!" teriak Tania hingga bubur yang di bawanya terjatuh kelantai dan berserakan di tempat itu bahkan ia meronta ronta di dalam gendongan Bashan membuat pria itu hampir saja kewalahan menahan tubuh Tania hingga akhirnya ia harus menurunkan Vania dari gendonganya.
Tifani jangankan untuk memperhatikan anak dan keponakanya bahkan ia sendiri pun tidak bisa mengendalikan dirinya, ia masih terisak isak dalam tangis dan belum dapat mengikhlaskan kepergian kakaknya itu.
Kejadian dan Nostalgia beberapa tahun lalu, itu kembali menghantui Tifani, ia merasa sangat bersalah dan berdosa karena telah menyetujui pernikahan Tania dengan Lendra yang membuat Tania melarikan diri di acara pernikahanya.
"Ma sudah dong Ma!" ujar Vania meletakan kepala ibunya itu di atas bahunya dan mengelus rambut Tifani dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Sedangkan Evandi membopong tubuh Tania kedalam mobilnya dan membawanya kerumahnya.
Sesampainya di kediamanya.
"Non Widya!" teriak Sari saat melihat majikanya itu membopong tubuh seorang gadis keatas sofa yang terletak di ruang keluarga itu dengan lap yang masih menempel di bahunya.
"Bi bantu saya mengobati Widya!" ucap Evandi sembari mengelus kepala sahabatnya itu dengan lembut.
"Non Widya kenapa Den?" tanya Sari lagi. Kini ia mengambil tisu yang terletak di atas meja dan mengelapkanya kekening gadis itu.
"Aku menemukanya di pinggir jembatan Bi dan ia pingsan ketika menghampiri ku, saya juga tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya." jelas Evandi.
"Astaga Den, Kondisi Non Widya sangat lemah!" ucap Sari setelah meraba seluruh bagian tubuh Tania.
Sari merupakan pembantu di rumah Evandi, hubungan antara Sari pun dengan Tania dapat di bilang cukup dekat dan akrab karena keduanya sudah saling mengenal, terlebih Sari yang sudah menganggap Widya layaknya anak kandungnya.
"Den, Silahkan kekamar dahulu biar Bibi ganti pakaian Non Widya!" ucap Sari kemudian.
"Saya titip Widya ya Bi!" pamit Evandi sebelum benar benar meninggalkan Tania dan Sari serta berjalan menuju anak tangga rumahnya menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
Di dalam kamar, Evandi juga menganti pakaiannya dengan sebuah kaos putih dan celana pendek berwarna hitam, ia sebenarnya sudah ingin kembali keruang keluarga untuk kembali melihat kondisi Tania namun, mengingat hal ini masih terlalu cepat, mungkin saja Sari belum selesai menganti pakaian sahabatnya itu dan akhirnya ia memilih untuk merebahkan tubuhnya sejenak di atas kasurnya.
Evandi merogoh sakunya dan mengambil sebuah benda yang berdering di dalamnya dan meletakan benda itu dekat dengan wajahnya.
"Halo Brey, Ada apa?" tanya Evandi yang kini sudah mendudukan bokongnya di atas kasur miliknya.
"Lo gimana sih, loh ngk datang di pernikahaan Lendra, temen loh sendiri? parah sih loh!" ucapnya melalui sambungan telpon yang sudah terhubung.
"Iya, tadi gue sudah berangkat tapi gue nemui Widya di pinggir jembatan,"
"Iya mungkin Widya lagi cari suasana luar dan sekarang loh ngk ada di acara pernikahan Lendra, bos sekaligus teman loh?"
Mendengar jawaban dan pertanyaan yang Rusdi lontakan padanya membuat Evandi hanya mampu menghembuskan nafasnya panjang dan segera mematikan sambungan telponya secara sepihak.
"Kebiasaan ini anak!" kesal Rusdi yang sejak tadi sudah berada di acara pernikahan Lendra, tepatnya pernikahan Lendra dan Tania.
Lendra segera menghampiri rak handuknya dan mengambil benda berbahan lembut itu dan segera masuk kedalam kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya dan membersihkan seluruh bagian tubuhnya.
Selesai mandi, pria itu segera mengenangkan setalan jas berwarna hitam di bagian tubuhnya dan memasangkan arloji di pergelangan tanganya untuk menambah pesona fashionnya saat hadir keacara pernikahan Lendra.
Dengan terburu buru Lendra menuruni setiap anak tangga dan segera menghampiri Sari yang masih mengompres kening Tania.
"Bi!" panggil Lendra. Sari segera memutarkan pandanganya mengarah pada sumber suara yang menampakan Evandi dengan busana yang sudah sangat rapi. Ia memperhatikan secara detail penampilan majikanya itu dari atas hingga bawah yang tampak perfeck dan sempurna.
"Mau kemana Den?" tanya Sari.
"Mau ke acara pernikahan temen Bi," jawabnya sembari memperhatikan kembali penampilanya karena ia masih binggung dengan tatapan yang Sari lontarkan padanya. Apakah ada yang salah dengan penampilanya? pikirnya.
"Bi, Saya bisa titip Widya ke Bibi sampe nanti Widya sadar?" tanyanya dan hanya di balas anggukan oleh Sari.
"Ada yang salah dengan penampilan saya Bi?" tanya Evandi pula.
"Ngk kok Den, semua tampak sempurna!" ucap Sari pula dengan senyum manisnya.
"Tinggal cari calon pendamping aja Den!" ucap Sari pula dengan candaanya.
"Bibi bisa aja, kan sudah ada calonya Bi," balas Evandi pula dengan senyum malunya.
"Siapa Den?" tanya Sari penasaran.
"Itu Bi!" ucap Evandi pula dengan mencuri pandangan pada Tania yang masih terbaring di atas sofa. Sari yang mengerti dengan maksud anak muda yang ada di hadapanya hanya dapat tersenyum gembira.
Baru saja Evandi memparkirkan mobilnya di depan rumah Lendra yang juga menjadi tempat acara pernikahanya, semua mata kini tertuju padanya, terutama kaum hawa yang menatapnya dengan tatapan kagum dan ingin memilikinya.
Memasangkan kedua bola matanya dengan kacamata hitam yang menambah pesona dan ketampanannya. Dengan langkah santainya ia berjalan di tengah keramaian itu.
"Hai Bro!" sapa Evandi yang kini sudah berhadapan dengan Rusdi, orang yang menelponya tadi. Lelaki itu kini tengah duduk di salah satu kursi sembari memakan cemilan yang ada di atas meja.
"Lendra mana?" tanya Evandi setelah menyapukan seluruh pandanganya keisi ruangan namun, tak di temukanya juga sosok yang di carinya itu.
"Biasa di kamar!" jawabnya santai dan hanya di "oh" kan saja oleh Evandi.
"Maklumlah baru nikah!" lanjutnya lagi.
"Loh kenapa?" tanya Rusdi yang melihat wajah Evandi murung sejak tadi biasanya sahabatnya ini selalu terlihat ceria.
"Gue masih khawatir sama kondisi Widya sekarang,"
"Emang Widya kenapa?"
"Gue juga belum tanya sama dia!"
"Loh sejak pagi sudah di sini?"
"Bukan sejak pagi lagi tapi juga gue yang bantu persiapan pernikahan Lendra!"
"Loh tau ngk sih kalau istri Lendra ada dua?"
"Hah? Beneran loh?" tanya Evandi yang mulai tercenggang dengan mulut yang terbuka.
"Kalau ngk salah nama istri pertamanya Tania dan istri keduanya Safania!"
"Hahahaha hampir mirip gitu ya namanya," ucap Evandi pula dengan tawa renyahnya.
"Miripnya di mana bro?" tanya Rusdi mulai binggung.
"Sama sama Nia belakangnya!" ucapnya pula yang masih tertawa terbahak bahak.
Perlahan Evandi mulai memelankan volume tawanya, saat menyadari kalau dirinya menjadi tontonan bagi tamu yang lain.
"Iya bener juga sih yang loh bilang!" jawab Rusdi pula yang seakan dia lupa dengan kondisi Tania sekarang dan ikut memakan cemilan yang ada di depanya.
"Malas gue dekat loh!" ucap Rusdi pula dengan sinis secara tiba tiba.
"Aneh loh!" jawab Evandi dengan santai sembari memilah makanan yang hendak di makanya.
"Tuh lihat, karena loh gue juga ikutan di lihati orang orang kayak gue punya hutang aja!"
"Iya wajarlah, lohkan sekarang lagi sama orang ganteng kek gue!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
ratu adil
kmu gmn thor...tania jdi widya evendy jdi widya..evendy jdi lendra....di perhtikn dlu sblm d dlpas buat di up biar g membingungkn pembacaa
2022-08-20
1
Imarin
Hello kak aku mampir baca bawa like dan favorit...
mampir juga yuk dinovelku
2022-07-18
1