"Terima kasih!" jawab Lendra. Menepuk pundak Tania dengan lembut setelah wanita itu menganggukan kepalanya. Ia memang menganggukan kepalanya tetapi air matanya juga mengalir dengan deras, Tetapi itu tidak di hiraukan oleh Lendra, ia memilih untuk mendekati Safania yang sudah melangkahkan kakinya keluar.
"Nia kita akan menikah!" ucap Lendra. Ia langsung mendudukan bokongnya di kursi yang sebelumnya di dudukinya dan membenahi dasinya yang sedikit berantakan.
Safania juga tercenggang mendengar ucapan Lendra. "Apakah pria ini sedang halu hingga ia berkata demikian?" pikir Safania.
"Balik ketempat duduk mu!"
"Kita akan menikah!" ucap Lendra lagi dengan pandangan lurus kedepan tampa menoleh pada wanita yang sudah di nikahi dan akan di nikahi olehnya itu.
"Aku belum siap untuk menikah!" ucap Safania. Tania mulai dapat bernafas lega akhirnya hal yang di ucapkan oleh Lendra tidak terjadi, dia belum siap untuk di madu apalagi di hari pernikahanya.
"Aku tidak menanyakan pendapat mu, aku hanya ingin menikahi mu!" ucap Lendra yang kini sudah berada di hadapan Safania dan menarik pergelangan tangan wanita itu agar kembali duduk di kursinya.
"Wanita itu tidak mau menikah dengan mu Mas!" ucap Tania. Wanita itu kini berada di antara keduanya berharap agar sang suami mengerti dengan perasaanya.
"Wali ku tidak ada di sini!" jawab Safania kemudian melepas gengaman tangan Lendra dari pergelangan tanganya.
"Jika itu yang kau permasalahkan, Aku akan mendatangkan Sendro sebagai Wali mu!" jawab Lendra sembari merogoh saku celananya.
Safania melirik kearah Tania yang sudah di lumuri oleh air mata.
"Aku bersedia!" jawab Safania.
Tania mendongkakan kepalanya menatap wanita sebaya yang ada di sebelahnya itu, bagaimana bisa wanita itu mengatakan hal itu di hadapanya sedangkan ia baru saja menikah beberapa menit yang lalu dan sekarang ia harus bersedia untuk di madu?.
Setelah kehadiran Bahwan, Kini seluruh tamu undangan kembali di kumpulkan dan penghulu kembali di hadapkan kepada Lendra. Dengan semangat yang antusias Lendra menjabat tangan penghulu yang siap menikahkannya dua kali itu.
Tania terus menatap Lendra dan Safania yang duduk bersebelahan dan saling bertatapan secara bergantian hingga doa selesai di panjatkan, air matanya terus saja berlinang, betapa hancurnya hidupnya dan betapa banyaknya kejadian buruk menimpanya hari ini.
Ia sangat yakin dan percaya jika Lendra sangat mencintai Safania, hingga saat doa berlangsung pun tatapan Lendra hanya tertuju pada Safania yang mengadahkan tanganya kelangit dan pandangan mengarah pada telapak tanganya.
"Apa aku bisa membuat Mas Lendra menyukai ku?" gumam Tania. Ia kembali menundukan kepalanya, hatinya sudah sangat sakit menyaksikan pemandangan yang ada di hadapanya.
"Kenapa kamu mengizinkan suami mu menikah lagi?" tanya wanita paruh baya yang baru saja menghampirinya.
"Tania!" panggil wanita itu lagi.
Karena pertanyaannya tidak mendapat jawaban membuat ia merasa kesal kepada keponakanya itu. Tifani merupakan Tante Tania yang merawat wanita mungil itu sejak berusia 5 tahun karena sejak usia itu Tifani sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya untuk selamanya.
"Apa kamu iklas?" tanya Tifani lagi kini mengarahkan pandanganya kearah Tania.
"Tania ikhlas Tante!"
"Tante yang tidak ikhlas jika kamu mendapat perlakuan seperti ini!"
"Tania kuat kok Tante!"
"Tante yang tidak kuat!"
Tania tidak dapat lagi berkata kata, hatinya sudah hancur lebur, pikiranya sudah tidak dapat berfikir jernih, kini ia hanya dapat menangis.
Dengan mengunakan pakaian kebaya berwarna putihnya dan hils yang masih melekat di kakinya, Tania berlari kencang menuju jalanan yang sudah ramai dan padat oleh kendraan beroda dua maupun beroda empat. Ia berdiri di sebuah tepi jembatan yang berukuran besar dan merupakan jembatan utama di kota itu. Tania berteriak sekencang mungkin di tempat itu dan meluapkan kesedihanya di tempat itu.
"Tania!" panggil seorang lelaki.
Tania menolehkan pandanganya kearah belakang, Dengan samar samar ia melihat seorang lelaki dengan mengunakan kemeja kotak kotak di tubuhnya dan sepatu berliris putih.
"Widya" panggilnya lagi dan berlari kecil mendekat dengan gadis bertubuh pendek itu.
Sedangkan Tifani, ia berusaha untuk mencari keponakan yang sudah di rawatnya sejak kecil itu. Ia mencari di seluruh seisi rumahnya namun, tak di temukanya juga, biasanya ketika sedih Tania hanya mengurung diri di kamar tetapi ia juga tidak menemukan keponakanya itu di dalam ruangan bersembunyinya. "Kemana Tania" pikirnya.
"Ma, Tania mana?" tanya Vania yang baru saja tiba di acara pernikahan sepupunya itu dengan mengandeng seorang lelaki tampan yang berdiri di sebelahnya mengunakan kemeja yang sama dengan rok yang dipakai oleh Vania.
Vania memang terlambat datang kedalam acara yang sangat penting dalam hidup Tania karena ia juga harus menyelesaikan masalah pribadinya dan ia juga baru saja pulang dari Amerika dan langsung meluncur keacara pernikahan Tania.
"Tania pergi!" jawab Tifani panik.
Mendengar jawaban ibunya, spontan gengaman tangan Vania lepas dari lelaki yang datang bersamanya itu namun, lelaki itu kembali mengengam tangan Viona yang mulai ikut merasa panik.
"Pernikahanya batal Ma?" tanya Viona dengan kedua bola mata melotot.
Tifani mengelengkan kepalanya, matanya mengarah pada pelaminan yang sedang di duduki oleh Safania dan Lendra yang sedang menyalami tamu undangan yang telah hadir pada acara ini. Viona juga ikut mengarahkan kepenglihatan kearah pandangan Tifani.
"Maksudnya apa sih Ma? Tania gagal nikah?"
"Tania tidak gagal nikah, tetapi sepupu sekaligus sahabat mu itu sudah di madu oleh suaminya di hari pernikahanya!" jawab Tifani berusaha tegar dengan matanya yang sudah berkaca kaca dan menatap kearah pengantin itu dengan tatapan penuh dendam.
Dengan lantangnya Viona datang menghampiri keduanya dengan wajahnya yang sudah memerah akibat menahan amarah mendengar sepupunya di perlakukan seperti itu di hari bahagianya oleh suaminya sendiri.
Rafa juga tidak tega membiarkan kekasihnya itu menaiki pelaminan sendirian dengan emosi yang membara di hati wanita itu, ia memilih untuk mengikuti Viona dari belakang dan jika saja Lendra berlaku kasar pada Viona, maka ia siap jika harus bertengkar di tempat ini.
"Lendra!" panggil Vania. Lelaki itu tentu kini memandang kearah orang yang menyebut namanya dan mengalihkan tatapanya yang sedari tadi hanya memandang Safania kini beralih kearah Viona.
"Plakkk!"
"Lelaki bajingan!"
"Kamu pantas mendapat ini semua!" ucap Vania dengan keras dan menujuk kearah wajah Lendra dengan tatapan tajam.
"Apa maksud mu?" tanya Lendra dengan tegasnya, mata yang melotot dan alis kiri yang sudah meninggi dan tubuhnya yang di dekatkan dengan Vania, sepertinya lelaki ini sedang menantang Vania.
"Sudah, biarkan aku yang menyelesaikanya sesama wanita!" ujar Safania dengan mengelus dada bidang Lendra dan berdiri di depan suaminya itu.
"Apa maksud anda menampar suami saya?" tanya Safania dengan lembut.
"Saya tidak ada urusan dengan anda!" jawab Vania mendorong dada Safania dengan keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
lanjut thor
2023-02-28
0
ratu adil
hrusx tania sdar jka dia aMnkh dgan lendra krn oerjanjian jdi dia g ada hak untuk smelrang...tp kuatkan hti smpai perceraian stdkx smspai adekx smbuh ceraintrus carilah laki2 yg bner2 mncintaimu dan buat lendra mnyesal bukan plah mnjdi gdis bodoh bin dunggu
2022-08-20
0
Imarin
Hello kak aku mampir baca lagi...
mampir juga yuk dinovelku
2022-07-17
1