Episode 3
Hari itu, murid kelas 1D tengah sibuk dengan pelajaran olahraga. Karena saat itu Suzy datang terlambat, maka ia pergi ke ruang ganti seorang diri. Sambil berlari terburu-buru, Suzy memasuki ruangan yang salah.
BRAK!
Suzy rupanya tidak menyadari bahwa dirinya masuk ke ruang ganti pria. Untung saja saat itu ruang tersebut sudah sepi.
"Hosh.. Hosh.. Aku harus mengganti pakaian dengan cepat," kata Suzy seraya melepas dua kancing bajunya sambil menoleh ke kanan dan kiri, memilih bilik mana yang akan ia pakai berganti pakaian.
Begitu melihat satu bilik ganti yang kebetulan ada di depannya, ia segera masuk ke dalamnya. Begitu masuk, ia hanya fokus pada seragamnya sehingga ia tidak melihat ada seseorang yang sedang berganti pakaian juga di dalam.
Saat ia menurunkan seragam atasannya dengan santai, terpantullah dari cermin yang terpasang di depannya sebuah pemandangan indah punggung telanjang seorang pemuda.
Kenzhi menoleh ke belakang karena ia mendengar seseorang masuk ke dalam bilik ganti yang sedang ia pakai. Begitu pun Suzy. Ia menoleh karena terkejut.
"Aaaaaaaaahhh!!!" teriak Suzy karena melihat Ken yang hanya mengenakan boxernya.
Satu detik kemudian Ken meraih kepala Suzy dan menutup mulut gadis itu dengan rapat.
"Jangan berteriak. Jika ada yang mendengar suaramu, maka habislah kita."
Suzy meminta maaf dan beranjak keluar dari bilik ganti tempat Ken berada. Tapi baru saja ia membuka pintu dan melangkah keluar, dua orang teman laki-lakinya datang untuk menyimpan ponsel mereka ke dalam tas.
Akhirnya, masuklah ia kembali ke dalam. Ken yang sedang mengenakan celana olahraganya pun kembali terganggu.
"Kenapa masuk lagi?"
"Haru dan Deska ada di luar. Apa yang harus aku lakukan?" bisiknya cemas.
"Pssst," Ken meminta Suzy diam.
Ia mengintip sedikit dari celah pintu. Benar saja. Haru dan Deska datang ke arah mereka sambil mengobrol seru. Karena keadaan menjadi serius, Ken mendorong Suzy ke dinding dengan dirinya yang berdiri tepat di depannya.
"Eh eh eh,, " Suzy terpojok.
Ken membentangkan seragam OSIS di belakang punggungnya agar menutupi penglihatan orang dari luar seandainya tanpa sengaja membuka pintu tempat mereka berdiri.
DAG DIG DUG!
Disaat mendebarkan seperti itu, Suzy menatap leher Ken yang tepat berada di depannya. Aih, buah jakun itu bergerak naik turun saat Ken menelan ludah. Suzy dibuat tercengang karenanya. Pikirannya pun semakin tidak menentu tatkala pandangan matanya berpindah ke bibir Ken.
Setelah menunggu beberapa saat, Haru dan Deska akhirnya pergi dan tempat itu kembali sepi.
"Sedang apa kau? Menyingkirlah," kata Suzy cepat karena tangan kanan Ken memagari kepalanya.
"Singkirkan dulu tanganmu dari dadaku," kata Ken tenang.
"Apa?" tatapan Suzy turun perlahan ke bawah.
O'oww.. Ia pun menyadari bahwa kedua tangannya yang nakal tengah menempel di dada Ken dengan manja. Dengan malu-malu, Susy akhirnya menyingkirkan tangan nakalnya dan tersenyum kecil.
"Eh, ehehhe? Ma.. af."
Hap! Suzy buru-buru menyingkirkan tangannya dari dada Ken. Kemudian dengan perlahan ia menggerakkan jari tangannya seperti sedang memainkan kecapi, mengenang kembali ukuran dada yang baru saja ia sentuh.
"Waw... dada yang bidang di usianya yang cukup muda. Kulitnya juga sangat licin. Pasti lalat yang hinggap pun akan terpeleset ... "
Pada saat Suzy sedang melamun dan berimajinasi karena mengagumi tubuh yang ada di depannya, Ken memperhatikannya. Bahkan perhatian itu berhenti pada bagian dimana seragam OSIS Suzy terbuka.
Dibalik seragam yang setiap harinya terlihat biasa saja, sesuatu yang berwarna merah muda itu membingkai benda yang imut dan menggemaskan untuk dilihat.
TUINGG!!
NGEK.....
"Apa yang kau lihat?"
Tiba-tiba saja Ken tersenyum dan tatapan matanya tidak mau berpindah. Suzy langsung menyadari sesuatu. Ia melihat ke arah dirinya yang mungkin saja terlihat aneh. Oh my god! Ia melihat tiga kancing bajunya terbuka dengan seragam yang melorot sampai siku.
Suzy lupa bahwa sebelum terjadi insiden, ia sedang melepas seragam OSIS nya. Wajahnya berubah merah karena sangat malu. Sebatas mana Ken memperhatikan bagian terbuka pada dirinya?
"Oh tidak. Dia pasti melihat bra merah mudaku." gumamnya.
Karena sudah terlanjur terlihat, Suzy membalas pandangan yang tertuju kepadanya. Ia pun membalas Ken dengan memelototi boxer yang menempel di bagian pinggang Ken.
"Oho.. Tatapan macam apa itu?" Ken menjadi agak risih.
"Lihat, mari kita tebak. Ada apa di dalam sana?" Suzy benar-benar berani.
Uhuk Uhuk...
Ken tersedak mendengar ucapan gadis yang menurutnya sangat berani itu. Benar saja apa yang dikatakan teman-teman sekelasnya bahwa Suzy adalah gadis tomboi yang tidak mudah gentar, berani dan perkasa.
Karena sama-sama merasa tidak nyaman, Ken dan Suzy segera melanjutkan memakai seragam olahraga mereka. Mereka berdua pun diam dan larut dalam pikiran mereka masing-masing.
"Kau anak yang waktu itu meminjami buku catatan untukku, bukan?" tanya Ken memecah kesunyian.
"Kau ingat aku?"
"Tentu saja. Bukankah kita satu kelas?" jawab Ken datar.
"Hmm. Itu aku," Suzy merasa senang karena Ken mengingat dirinya.
Karena sudah selesai berganti pakaian, Ken langsung keluar dari bilik ganti dan meninggalkan tasnya di loker. Suzy tidak mau ketinggalan, ia juga bergegas keluar.
...----------------...
Beberapa jam kemudian, waktu olahraga kelas mereka berakhir. Karena itu adalah jam terakhir sekolah, semuanya pergi pulang ke rumah masing-masing setelah mengganti kembali pakaian olahraga dengan seragam sekolah mereka.
Ken pergi ke gedung yang terletak di sayap timur seperti biasanya. Saat sedang berjalan menaiki tangganya, ia berpapasan dengan gadis cantik dan anggun di kelas Yoshi, Linzhi.
Mereka berdua saling menoleh dan memperhatikan satu sama lain. Meski sejenak, ia dapat melihat mata Linzhi yang sembab.
"Apa kau baik-baik saja? Sepertinya, kau baru saja menangis?" tanya Ken penasaran.
"Tidak. Kau pasti salah lihat."
Linzhi tetap berjalan meninggalkan Kenzhi. Karena Ken sangat tertarik dengan gadis yang melewatinya itu, ia berjalan mengiringinya sambil berusaha menghibur.
"Apa kau mau menemaniku makan es krim?" tanyanya.
"Es krim?"
"Hmm. Apa kau mau?"
Linzhi menoleh pada Ken, "Baiklah. Mari makan es krim bersama."
Setibanya di kafe yang menjual es krim, mereka berdua memilih rasa sesuai kesukaan. Begitu selesai menerima pesanan, mereka keluar meninggalkan kafe dan berjalan santai menikmati angin sepoi-sepoi di sepanjang jalan.
"Apa hari ini kelasmu menyenangkan?" tanya Ken membuka obrolan kembali.
"Biasa saja. Tidak ada yang istimewa."
Begitu melewati taman bermain anak-anak, Linzhi mengajak Ken untuk duduk di tangga prosotan.
"Kemarilah!"
Linzhi duduk di tangga satu baris di atas Ken sehingga Ken sendiri duduk di bawahnya dengan posisi menyamping.
"Kau tidak malu berteman denganku?" tanya Linzhi tiba-tiba.
"Malu? Tidak. Mengapa harus malu saat berteman dengan gadis cantik sepertimu?"
"Semua anak di sekolah kita tahu, bahwa aku adalah anak seorang wanita penjaja ****. Jadi, di manapun aku berada, pandangan mata mereka seolah ingin menelanku bulat-bulat."
"Aah. Soal itu. Bukankah itu urusan hidup masing-masing orang? Mereka tidak boleh menghakimi seseorang hanya karena hal yang mereka dengar saja," kata Ken yang juga mendengar gosip mengenai ibu Linzhi.
"Kau beranggapan begitu?"
"Hmm. Semua orang hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar. Jadi tidak perlu memikirkan bagaimana tanggapan mereka tentang hal yang baru mereka dengar itu, Linzhi."
Linzhi menyuapkan sesendok es krim coklat latte ke mulutnya.
"Telingamu pasti sudah kebal. Kau juga digosipkan di sekolah, kan? Tapi aku lihat, kau tampak baik-baik saja. Bahkan anak-anak di sekolah sepertinya takut padamu."
"Kau tahu.. itu hanya kebetulan saja. Lagipula, menjadi anak yang dikucilkan atau ditakuti di sekolah lumayan menyenangkan juga," kata Ken sambil menyeringai.
"Apa kau berpikir seperti itu? Menyenangkan? Bagaimana bisa jadi menyenangkan?"
"Tentu saja. Menjadi berandal sepertiku, tidak perlu lagi bersandiwara di hadapan orang lain yang lebih kuat. Sebab, dengan sendirinya kita menjadi orang kuat itu sendiri."
Linzhi tersenyum mendengarkan ucapan Kenzhi yang cukup masuk akal. Kemudian ia berniat mengalihkan pembicaraan, "Apa kau mau coba rasa es krimku?"
"Coklat latte, bukan? Aku sudah sering makan itu," Ken fokus pada es krimnya.
"Tidak. Yang ini berbeda."
"Benarkah? Sepertinya sama saja," kata Ken memperhatikan es krim Linzhi.
"Apa kau mau coba?"
"Tidak."
"Ayo cobalah. Sekali saja," bujuk Linzhi.
"Hmm. Baiklah."
Baru saja Ken memindahkan tatapannya ke wajah Linzhi, tiba-tiba saja gadis itu menarik kepalanya dengan santai. Tanpa ia duga, Linzhi menyuapkan es krim rasa coklat latte itu ke dalam mulutnya secara langsung menggunakan bibirnya.
GLEK!
Mata Ken terbelalak kaget saat gadis cantik itu menciumnya menggunakan es krim sebagai media. Butuh waktu beberapa menit baginya untuk beradaptasi dengan situasi seperti itu. Lambat laun, Ken mulai terpancing. Ia memberikan balasan untuk ciuman Linzhi.
Jika pada awalnya mereka berdua merasakan, menyesap dan memperebutkan es krim yang ada, lama kelamaan es krim tidak bisa di kambing hitamkan sebagai alasan mereka berciuman.
Lanjut di episode 4........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Senajudifa
ceritanya seru fanny like dan fav untmu
2022-12-11
0