BAB DUA
Di rumah, Kenzhi tidak ada pekerjaan. Berbeda dengan Yoshi, yang mempunyai seabrek kegiatan yang berkelas. Seperti latihan golf, latihan kepribadian dan latihan mata pelajaran lainnya.
Malam itu, Ken mencoba berjalan-jalan di luar mencari udara segar untuk mengisi waktu kosong. Pada waktu yang kebetulan, ia bertemu Yoshi yang baru saja keluar dari sebuah bar bersama kawan-kawannya dan seorang gadis.
"Bukankah kau pergi ke kelas matematik? Kenapa kau ada di sini?" tanyanya.
"Memangnya kenapa? Kau tidak perlu ikut campur urusanku. Urus saja hidupmu yang menyedihkan itu!" jawab Yoshi sambil mabuk.
Ken mengatupkan rahangnya kuat-kuat dan melanjutkan pergi tanpa ikut campur. Sayangnya, Yoshi masih bicara dan bahkan membawa-bawa nama ibu Kenzhi.
"Hey, kau. Anak yang lahir dari gundik ayahku. Bagaimanapun cara kalian menggoda hati ayahku, kalian tidak akan pernah mendapat tempat di daftar hak waris keluarga kami. Asal kau tahu. Tidak akan pernah aku ijinkan itu terjadi," Yoshi mabuk berat sehingga ia mengeluarkan semua yang ada di dalam pikirannya.
Kenzhi menoleh dan mendekati Yoshi, "Apa katamu?"
"Wanita j*lang seperti Kenie, tidak akan pernah mendapat tempat di kartu keluarga kami. Jadi, sebagai anaknya. Kau, jangan pernah berharap untuk mewarisi harta kekayaan ayahku," Yoshi menekan-nekankan jari telunjuknya ke dada Kenzhi.
Merasa ibunya dihina dengan kasar seperti itu, Kenzhi langsung memukul rahang Yoshi. Tanpa waktu yang lama, terjadilah perkelahian antara dua kakak beradik tiri itu.
"Dasar bedebah! Kau boleh menghinaku! Tapi jangan pernah sekali pun menghina ibuku!! Aku tidak akan tinggal diam jika itu terjadi!" teriak Ken marah sambil meninju wajah dan menindih tubuh Yoshi.
Yoshi justru tertawa mendengar teriakan Ken, "Lihat. Anjing kecil si Kenie marah saat induknya dikatai sebagai gundik??"
"Tutup mulutmu!"
Ketika Yoshi dipukuli, kawan-kawannya berusaha memberi pertolongan. Bahkan salah satunya menelepon Rin, ibu Yoshi.
Dan beberapa saat kemudian, Rin datang bersama tuan Kido. Mereka melerai perkelahian yang terjadi di antara putra mereka. Siapa sangka? Lagi-lagi, Kenzhi yang disalahkan dalam perkelahian tersebut.
Bahkan, Yoshi memutar fakta bahwa dirinya lah yang sedang lewat ditempat itu dan menemukan bahwa Ken sedang mabuk dan keluar dari bar bersama seorang wanita.
Ah. Kejam sekali. Bagaimana bisa dia melakukan hal itu pada Kenzhi? Dan lebih disayangkan, tuan Kido sepertinya benar-benar percaya pada ucapan Yoshi. Putra pertama yang menurutnya lebih terpelajar dibandingkan putra keduanya.
Sebenarnya, tuan Kido sangat peduli pada Ken. Sebab, anak itu adalah putra Kenie. Tapi karena beberapa kali Ken membuat masalah, hatinya pun sedikit goyah.
Tanpa mendengar penjelasan dari Ken, tuan Kido menempeleng kepala Ken dengan keras hingga hidung anak itu mengeluarkan darah.
"Ayah... " ucap Ken dengan bibir dan hidungnya yang bergerak-gerak.
"Pulanglah. Jangan membuat keonaran di depan umum!" tuan Kido marah dan berbalik meninggalkan putranya.
Ketika mobil tuan Kido sudah pergi, Rin dan Yoshi pun pergi dengan mobil mereka. Tinggallah Ken seorang diri. Berdiri menatap kepergian keluarganya.
"Kalian meninggalkanku begitu saja? Huh, tidak bisa dipercaya."
Ken tertersenyum kecut seraya mengusap darah yang keluar dari hidungnya.
"Bahkan, kau tidak meluangkan waktumu untuk mendengar penjelasanku, ayah?" gumamnya sedih.
Ditengoknya tempat sekitar yang sempat ramai akibat perkelahiannya. Kini sudah sangat sepi. Kawan-kawannya Yoshi juga sudah melarikan diri dari sana.
Ken berjalan pelan pulang ke rumah. Langkahnya menjadi sangat berat untuk menuju ke tempat tinggalnya. Meski rumah itu megah, ia seperti hidup di neraka.
Srets!
Akhirnya, setelah pulang menempuh jarak jauh dengan berjalan kaki, Ken masuk dan berpapasan dengan asisten rumah tangga yang bernama bibi Yun.
"Tuan muda, anda dipanggil tuan besar ke ruang kerjanya," kata bibi Yun.
"Ya."
Ken berjalan lesu menuju ruang kerja ayahnya. Ia mengetuk pintu tiga kali ketukan dan mendapat ijin masuk.
"Ayah memanggilku?"
"Ya."
Ken diam menundukkan kepala.
"Apa kau menyadari kesalahanmu malam ini?"
Ken menatap ayahnya, "Aku tidak melakukan apa yang Yoshi katakan, ayah. Dia memutar balikkan fakta sesungguhnya."
"Sudah?"
"Apa?"
"Kau sudah selesai menyalahkan kakakmu? Seharusnya kau mencontoh sikap terpelajar Yoshi. Jangan keras kepala dan sekolahlah yang benar," tuan Kido menganggap ucapan Ken hanya sebuah cara untuk melindungi diri.
Lidah Ken tercekat dan merasa kelu saat mendengar perkataan itu keluar dari mulut ayahnya. Entah mengapa, ia merasa hatinya seakan dihianati olehnya.
Bagaimanapun, keberadaannya di tempat itu adalah karena keperluan sekolah. Jadi meskipun ia tinggal bersama mereka di atap yang sama, namun tetap saja kehadirannya tidaklah berarti.
"Baik, ayah, " Kenzhi tidak ingin berlama-lama lagi bicara dengan ayahnya.
Setelah selesai bicara dengan ayahnya, Kenzhi pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua. Bersebelahan dengan kamar Yoshi. Seperti biasanya, ia meraih buku gambarnya dan membuat sketsa iblis yang berkuasa. Kebiasaannya itu tercipta beberapa hari sejak ia datang dan tinggal di rumah mewah tersebut.
Setelah bosan, Ken merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Ia teringat pesan ibunya agar menjadi anak baik di rumah ayahnya dan fokus sekolah. Ken menghela nafas.
"Maaf ibu, sepertinya aku tidak bisa memenuhi permintaanmu."
...****************...
SPLASSHH!
Kenzhi membuang kaleng soda minumannya tepat ke dalam tong sampah. Ia lanjut berjalan menuju kelas dan bertemu dengan Suzy di tengah jalan.
"Ken!" panggil seorang teman.
"Eh?" Kenzhi menoleh ke belakang karena seseorang memanggilnya.
"Kau tidak ikut pelajaran pertama?" Suzy bertanya ramah.
"Hmm," Ken mengangguk.
"Aku akan pinjamkan catatanku padamu," Suzy menyodorkan buku catatannya.
Ken menatap Suzy sesaat, kemudian ia mengeluarkan tangan kanannya yang semula berada di saku celana. Kemudian menggerakkan tangan tersebut untuk menerima buku catatan milik Suzy. Baru saja ia hendak menerimanya, kawanan Yoshi lewat dan merebut buku catatan tersebut.
"Wah, wah, wah. Aku rasa ada seorang gadis yang bekerja keras untuk meminjami berandal tengik ini sebuah buku catatan?" Rey mengambil buku milik Suzy dan melemparnya bergantian ke sana kemari.
Sebenarnya Ken merasa kesal. Hanya untuk mengganggunya, Yoshi mempermainkan teman sekelasnya.
"Sudah cukup! Kembalikan buku itu padanya. Aku tidak akan meminjam itu," Ken pergi masuk kelas meninggalkan Suzy dan kawanan Yoshi.
Kawanan Yoshi tertawa senang karena merasa menang. Mereka mengembalikan buku Suzy dan berlalu pergi.
Pada jam pelajaran kedua, guru mata pelajaran mereka benar-benar tidak suka pada Ken. Berulang kali guru itu menegur Ken yang tidak mempunyai masalah serius di kelasnya.
"Kenzhi! Apa yang sedang kau lihat?" guru itu mendekati Ken dan memukul kepala belakang Ken.
BLETAK!
Meski dipukul, Ken tetap diam. Ia tidak merasa melakukan kesalahan hanya karena memperhatikan Linzhi yang sedang berjalan di halaman sekolah, dari jendela kelasnya.
Pada saat guru yang bernama Han tersebut menasehati anak-anak sambil memukul kepala Ken terus menerus, Ken yang kehabisan kesabaran berdiri dan menatap gurunya tersebut.
"Hey! Singkirkan tanganmu, pak guru!" Ken menangkap tangan pak Han.
"A Apa? Oh Astaga!"
Ditatapnya mata sang guru dengan terang-terangan. Ia juga memberi ancaman dengan berbisik di sebelah telinga pak Han, "Sekali lagi berani memukul kepalaku, aku akan mematahkan tanganmu..."
Ken pergi meninggalkan kelasnya. Pak Han, yang tadi sempat gelagapan ditatap oleh Ken segera mengambil nafas dalam-dalam.
Huh!
"Apa itu tadi? Oh ya Tuhan. Anak berandal itu. Memangnya aku takut padanya? Cih! Anak sialan! Mematahkan tanganku, katamu? Sini kalau berani!" Pak Han bergaya menggulung lengan bajunya seakan mau mengajak Ken berkelahi dengan tinjunya.
Tapi kemudian, pak Han terkejut saat Ken kembali masuk dan berdiri di depannya. Ia khawatir jika muridnya yang berandal itu mendengar ucapannya. Maka ia pun berdehem dan berniat ke meja depan dengan gemetaran.
"Maaf, pak. Sepertinya aku mendengar apa yang kau katakan barusan," kata Ken.
Pak Han kembang kempis.
"Sebaiknya kau kembali ke singgasanamu yang ada di depan sana jika tak ingin patah tulang," kata Ken, dilanjut dengan menepuk pantat pak Han tiga kali.
"Heeiyyh...??" pak Han menjengitkan bagian tubuh bawahnya ke depan karena terkejut. Ia ingin sekali marah pada muridnya yang kurang ajar itu, tapi tidak jadi setelah melihat wajah Ken yang serius.
Xixixixi....
Anak-anak kelas 1D menahan tawa mereka saat melihat kebadungan Ken.
Semangat pak Han yang semula berapi-api itu melempem seketika saat melihat wajah Ken yang lebih serius darinya. Nyali pak Han pun menciut. Terlebih karena murid satu kelas menjadi riuh dan terang-terangan menertawakannya.
Apa yang ditertawakan?
Tentu saja gerakan gemulai pak Han saat ditepuk pantatnya oleh Ken. Sebagai pria yang latah, pak Han cukup lincah dalam bergerak. Sebenarnya meski pak Han adalah guru yang sok galak, tetapi ia selalu menjadi bahan candaan bagi anak-anak di sekolah.
Suzy memperhatikan punggung Ken dari bangkunya. Ia tidak menyangka, Ken semakin tak terkendali karena posisinya yang cukup sulit.
Pulang sekolah, Ken berjalan sendirian keluar dari sekolahnya. Ia melihat mobil jemputan Yoshi melintas melewatinya. Ia yakin, dari dalam mobil itu ada seseorang yang menertawakan dirinya. Benar saja.
Yoshi tertawa senang karena melihat Kenzhi harus berjalan jauh untuk pulang. Ia tertawa terbahak-bahak karena mampu menyiksa anak gundik yang bernama Kenie itu.
Sebenarnya, pak Kim yang menjadi supir di keluarga tuan Kido itu sering melihat kelakuan buruk Yoshi. Jika boleh jujur, ia tidak suka dengan perangai buruk Yoshi. Anak itu terlihat sopan dan terpelajar dari luar, tetapi memiliki tabiat buruk di dalam dirinya.
Menurutnya, berbeda lagi dengan Ken. Meski dari luar anak itu dianggap berandal, tidak dapat dikendalikan, tetapi ada ketulusan di dalam hatinya. Beberapa kali, ia mendapat bantuan dari Ken pada saat menurunkan barang belanjaan dari mobil. Dan hal seperti itu, tidak pernah dilakukan Yoshi bahkan anaknya sekalipun.
Namun meski begitu, ia tidak berani melaporkannya pada tuan Kido. Sebab putranya yang bernama Daehan menjadi kawan Yoshi. Sebenarnya bukan kawan, lebih tepatnya bawahan yang dapat dimanfaatkan kapanpun dibutuhkan.
Next episode tiga.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
gegechan (ig:@aboutgege_)
Si Yoshi nyebelin banget ya, Pak Han juga nyali ciut kenapa sok berani si hahaha...
Semangat terus kak salam dari #ARCTURUS, mari mampir dan saling mendukung
2022-12-25
3
Senajudifa
baru hadir lagi fany
2022-12-11
1