Bab 05

Disebuah tempat yang telah mereka sepakati untuk bertemu Devano sudah menunggu kedatangan Ayara.

Tak lama Ayara datang menemuinya, Devano sangat senang melihat kedatangan sang kekasih, ia berfikir kalau Ayara datang untuk pergi dengannya.

"Aku tahu kau pasti datang Ayara, aku tahu kau pasti akan memilihku dari pada orang tuamu," ucap Devano senang sambil memeluk Ayara.

Hati Ayara pilu ia bingung bagaimana menyampaikannya pada Devano kalau Devano sudah salah paham tentang kedatangannya.

"Devano, kau sudah salah paham, aku datang bukan untuk ikut pergi denganmu dan meninggalkan Ayahku," ucap Ayara menyampaikannya secara perlahan, Devano yang mendengar perkataan sang kekasih terkejut dan melepas pelukannya.

"Kau pasti bercanda kan Ayara, kau pasti sedang bercanda," ucap Devano menggelengkan kepalannya.

"Tidak Dev, aku sedang tidak bercanda, aku tak bisa meninggalkan Ayahku, aku akan menikah dengan pria yang Ayah pilihkan untukku," ucap Ayara berjalan membelakangi Devano,

"Lalu bagaimana janjimu padaku, bagaimana janji yang sudah kau katakan pada Ibuku, katakan?" ucap Devano yang sudah meletakkan kepalanya di pundak Ayara dan menyusup ke lehernya, Ayara berbalik menghadap Devano.

"Dengar Dev, orang tuaku lebih dulu datang dalam hidupku jauh sebelum aku mengenalmu, aku sudah berjanji pada mereka sebelum aku berjanji padamu, janji yang dibuat oleh sang putri untuk selalu menuruti keinginannya, dan aku akan memenuhi janji itu Dev, aku akan patuhi perintah mereka," jelas Ayara dengan suara bergetar.

"Apa kau sudah meminta ijin pada orang tuamu sebelum kau jatuh cinta padaku?" teriak Devano mundur menjauhi Ayara.

"Ternyata kau adalah wanita yang sangat egois," sambungnya lagi.

"Terserah apa katamu Dev, kau boleh mencaciku seperti apa yang kau inginkan tapi semua itu tak mengubah keputusanku Devano, aku akan menuruti perintah Ayahku meski perasaanku sangat sakit Dev," ucap Ayara dengan air mata yang sudah berderai membasahi pipinya.

"Kalau kau sangat mencintaiku harusnya kau buktikan padaku Ayara bukan malah berhianat padaku seperti ini dan malah menuruti keinginan orang tuamu untuk menikah dengan pria pilihannya," ucap Devano melihat kearah Ayara yang sudah ingin meninggalkannya.

"Jika permasalahannya tak menyangkut dengan orang tuaku aku pasti akan membuktikan cintaku padamu Dev, tapi ini berkaitan dengan orang tuaku, aku tak bisa menyakiti dan mengecewakannya," jawab Ayara.

"Kau akan menjalani kehidupan sesuai keinginan orang tuamu tapi ketahuilah Ayara, aku akan mati tanpamu, aku tak bisa hidup tanpamu Ayara." Devano memeluk Ayara dari belakang sambil menjatuhkan kepalanya di pundak Ayara dan mencium ceruk lehernya, Ayara hanya bisa memejamkan matanya dan menarik napasnya dalam-dalam agar air matanya tak mengalir lebih deras lagi.

"Kau tak bisa melakukan ini padaku Ayara, ku mohon jangan lakukan ini padaku," mohon Devano dan Ayara berbalik menatap Devano sendu.

"Dev, akhir dari sebuah hubungan bukanlah akhir dari kehidupan Devano, kau harus bangkin dan memulai hidupmu yang baru,"

"Meskipun tanpamu Ayara?"

"Yah, tanpa diriku Dev,"

"Hidupmu pasti akan lebih baik tanpa diriku Dev," sambung Ayara.

"Jika sekarang kau tetap pada keputusanmu untuk meninggalkanku maka aku akan menghancurkan semuanya Ayara, aku akan menghancurkan semua yang pernah membuat kita seperti ini suatu saat nanti," teriak Devano berjalan mundur dengan kesal sambil mengancam Ayara.

"Kau tak akan mungkin melakukan itu Dev, berjanjilah padaku kalau kau tak akan menghancurkan orang tuaku Dev." Ayara terkejut dengan perkataan yang keluar dari bibir seksi Devano.

"Lebih baik tak usah mengucapkan janji diantara kita," sarkas Devano.

"Yah Dev, lebih baik aku tak pernah berjanji padamu, maafkan aku, aku pergi sekarang, selamat tinggal Devano." Ayara berbalik dan hendak meninggalkan Devano.

"Dengar," teriakan Devano membuat Ayara menghentikan langkahnya.

"Kau sudah mengingkari janjimu padaku, tapi kau sudah berjanji pada Ibuku, bagaimana janji yang kau ucapkan pada Ibuku, apa yang harus kau katakan padanya,"

Ayara berbalik dan berkata. "Katakan pada Ibu, aku menghancurkan janji yang ku buat padanya untuk memenuhi tanggung jawabku sebagai seorang putri, aku yakin Ibu pasti mengerti," setelah mengatakannya Ayara langsung berlari pergi meninggalkan Devano seorang diri tanpa menoleh lagi padanya.

Devano pulang dalam keadaan marah dan juga sedih bercampur aduk, Devano masuk dan menyatukan kedua tangannya sambil bersujud di lantai.

"Dia sudah merencanakan semua ini untuk memberikan takdir hidupku yang mengenaskan seperti ini, hahaha inilah jalan takdir yang dia berikan padaku," ucap Devano yang melampiaskan amarahnya pada tuhannya.

"Devano," panggil sang ibu melihat anaknya pulang.

"Apa kau mabuk Nak?" tanya sang ibu seraya bangun dari sandarannya.

"Yah, aku memang mabuk Ibu, aku memang mabuk," jawab Devano berjalan dan terduduk di lantai dihadapan sang ibu.

"Aku mabuk Bu, aku mabuk," sambungnya lagi, ibunya menangkup wajah Devano dengan kedua tangannya dan melihat kedalam mata sang anaknya tersebut mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

"Tidak Dev, wajahmu mengatakan hal yang lain, ada alasan yang lain dari kesedihanmu ini, ada apa Dev, apa yang terjadi?" tanya sang ibu masih dengan melihat wajah sang anak.

"Aku meninggalkannya Bu,aku menghancurkan hatinya, aku mengecewakannya, aku tak akan bisa menemuinya lagi, tidak akan pernah, aku tidak akan pernah bisa menemui Ayara lagi Ibu," jelas Devano dengan mata merah dan wajah yang sembab

"Kau bohong Dev, kau tak bisa melakukan itu, kau anak Ibu, kau tak bisa menghancurkan hati seorang wanita, kau berbohong Dev," ucap sang ibu menggelengkan kepalanya tak percaya sebab ia tahu kalau Devano sangat mencintai Ayara.

"Iya bu." Devano menganggukkan kepalanya.

"Aku telah berbohong, aku adalah putra Ibu, tak mungkin sanggup menghancurkan hati seorang wanita, tidak mungkin sanggup menghianati seseorang, dia yang telah menghianatiku Bu," ucap Devano sambil menundukkan kepalanya di pangkuan sang ibu, ibu Devano tersentak dan seketika itu pula meninggal tapi matanya tetap terbuka.

"Aku mengingatkan dia akan janji dia pada Ibu, aku bertanya padanya apa yang harus ku katakan, apakah Ibu tahu apa jawabannya?" ucap Devano mengangkat kepalanya menatap kearah sang ibu, dia belum menyadari jika ibunya telah tiada karena mata sang ibu masih terbuka.

"Ibu tak akan membayangkan apa yang ia katakan padaku, dia bilang Ibu akan mengerti, bayangkan itu Ibu dia mengatakan seperti itu padaku," teriaknya sambil berdiri dan memukul pintu.

"Apa Ibu bisa mengerti? jawab aku Ibu," tanya Devano menghampiri sang ibu dan seketika itu pula ia terkejut melihat ibunya tanpa reaksi apa pun.

Matanya melotot memancarkan aura takut dengan apa yang ia lihat terhadap ibunya, ia tak bisa menyimpulkan bahwa ibunya benar-benar telah tiada.

"Ibu," panggilnya lirih tak percaya dengan apa yang ia lihat, ibunya tak merespon apa pun perkataannya.

"Ibu, tidak Bu, jangan lakukan ini padaku Bu, Iibuuuuuu," teriak Devano histeris bahwa pemikirannya itu ternyata benar, ia menangis sejadinya sambil memeluk tubuh sang ibu yang sudah tak bernyawa itu.

*****

Terenyuh hati othor, turut berduka yah babang seksi, yang sabar udah ditinggal pujaan hati ditinggal pula oleh sang ibu.

Dukung terus othor dengan like, komen dan vote kalian yah, hadiah juga jangan lupa.

Terpopuler

Comments

Tathy Taba

Tathy Taba

😢😢😢

2022-05-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!