Dilla akhirnya tinggal bersama Laras di rumah milik Laras yang berada tak jauh dari warung. Rumah Laras terlihat sangat nyaman meskipun sederhana.
Dilla juga baru tahu ternyata Laras adalah seorang janda yang memiliki satu orang anak.
Suaminya meninggal dunia satu tahun yang lalu.
Laras menceritakan bagaimana jungkir baliknya ia mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Dulu sebelum membuka warung, Laras bekerja sebagai buruh cuci dari rumah ke rumah. Setelah uang tabungannya cukup, ia akhirnya membuka usaha warung nasi soto Semarang bersama satu orang temannya.
Sudah enam bulan ia merintis usahanya itu, hingga tiba-tiba beberapa hari yang lalu teman Laras yang biasa meracik dan memasak soto berhenti bekerja karena harus mengurus suaminya yang sakit-sakitan.
Sepeninggal temannya itu, warung pun menjadi sepi pembeli.
Laras sempat sedih memikirkan bagaimana nasib warungnya, sempat terlintas dibenak Laras untuk menutup warungnya dan menjadi buruh cuci kembali.
Namun, setelah kedatangan Dilla, Laras merasa bersyukur karena ternyata ia masih memiliki harapan untuk mempertahankan warung nasi sotonya tetap buka.
Mendengar semua cerita Laras, Dilla terlihat ikut larut dalam kesedihan.
Tanpa mereka sadari malam sudah semakin larut, akhirnya mereka pun menyudahi obrolan mereka malam itu.
--------------------------------------
Keesokan harinya Niko menelepon Riza tepat jam 5 pagi, Riza yang baru selesai shalat subuh pun langsung mengangkat panggilan telepon dari temannya itu.
“Halo,” jawab Riza datar.
“Za, jangan lupa ya hari ini kita ke kampusnya si Dilla itu, gue jemput loe sejam lagi. Oke, bye,” ucap Niko dalam satu tarikan nafas.
Riza diam sejenak kemudian melangkahkan kakinya menuju sebuah kamar yang berada disebelah kamar tidurnya.
Riza terlihat membaca sebuah buku disana.
Satu jam kemudian, Niko sudah sampai di depan rumah Riza.
Niko pun memanggil Riza sambil sesekali membunyikan klakson mobilnya, tak lama Riza pun keluar dari rumahnya lalu masuk ke dalam mobil Niko.
“Lama banget sih loe, Za. Kayak siput…” Riza yang diejek seperti itupun hanya diam menatap Niko.
“Ayo jalan,” ucap Riza datar, sembari memasang sabuk pengamannya.
“Iya.. Ndoro…” sahut Niko, ia pun seketika melajukan mobilnya.
------------------------------------
Di rumah Laras, Dilla terlihat sibuk meracik bahan dan bumbu untuk memasak soto Semarang, Laras juga ikut membantu Dilla.
Disela-sela kegiatan memasak mereka, Dilla bercerita mengenai desanya dan keluarganya, tentang ibu serta adiknya.
Terlihat Laras sangat antusias mendengarkan cerita Dilla.
Dilla pun berinisiatif menuliskan resep masakan soto Semarang di secarik kertas, agar nantinya Laras dapat belajar membuat soto Semarangnya sendiri.
Sesi memasak pun selesai, Laras mencicipi masakan soto buatan Dilla, dan benar saja masakan Dilla memang sangat enak dan pas rasanya di lidah.
Laras tak henti-hentinya memuji Dilla.
Dilla dan Laras pun kemudian bergegas pergi untuk membuka warung.
Saat mereka sedang membuka warung terlihat seorang pengemis datang ke warung mereka meminta makanan, Laras pun dengan cepat membungkuskan makanan untuk pengemis itu.
Laras memang wanita yang baik dan rajin bersedekah.
Tidak lama pengemis itu pergi dari warungnya, seorang bapak paruh baya datang.
“Bu, warungnya sudah buka?”
“Oh, sudah pak,” sahut Laras.
Bapak itu pun kemudian memesan satu porsi nasi soto Semarang lalu membayar pesanannya.
Laras gembira sekali akhirnya ada pembeli yang mampir ke warungnya.
Setelah itu, pembeli pun terus berdatangan ke warung Laras.
Seketika warung Laras menjadi sangat ramai.
Saat jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi, Dilla pamit kepada Laras untuk pergi mendaftarkan ulang namanya di kampus.
Laras pun mengizinkan Dilla, tak lupa Laras memberikan uang saku untuk Dilla.
Dilla kemudian bergegas pergi dengan menaiki angkutan umum.
Dilla pun tiba di kampus tempat ia akan menimba ilmu nantinya, melihat papan nama kampusnya saja sudah membuat jantungnya berdebar kencang.
“Akhirnya aku sampai di kampus ini, kampus impianku.”
Dilla melangkahkan kakinya menyusuri jalan mencari gedung Balairung tempat proses registrasi berlangsung.
Dilla bertanya kepada satpam dan mahasiswa yang berlalu lalang disana.
Dilla pun mengikuti arahan dan petunjuk yang disampaikan oleh orang-orang yang ditanyainya.
Hingga akhirnya ia pun tiba di Balairung yang ternyata sudah penuh sesak oleh para mahasiswa baru.
Dilla sempat terkejut karena melihat antrean loket yang ternyata sudah panjang bagai ular.
Dilla pun melangkahkan kakinya memasuki antrean, ia mengikuti semua tahapan dan prosedur registrasi dengan lancar.
Akhirnya semua tahapan registrasi mahasiswa baru pun selesai, rasa lelah sekaligus lapar dirasakan oleh Dilla akibat mengantre begitu lama.
Dilla pun keluar ruangan untuk mencari makanan ringan dan minuman.
--------------------------
Ternyata Riza dan Niko telah sampai di kampus setengah jam lebih dulu daripada Dilla.
Setelah memarkirkan mobil, mereka pergi menuju gedung Balairung berdasarkan petunjuk mahasiswa yang ada disana.
Sampai di gedung, Riza berusaha mencari Dilla ke sana kemari namun nihil karena gedung tersebut sudah sangat padat dengan lautan manusia.
“Ketemu Za?” tanya Niko kepada Riza.
Riza menjawab pertanyaan Niko dengan menggelengkan kepalanya pelan.
“Coba loe perhatiin baik-baik, loe masih inget kan sama muka tuh cewek?” tanya Niko kembali.
“Masih, aku nggak mungkin lupa,” Riza menjawab singkat sembari mencari sosok Dilla ditengah keramaian.
“Gini ajja deh, Za. Kita tunggu dia di luar, siapa tahu ajja dia belum dateng,” saran Niko kepada Riza.
Riza dan Niko pun menunggu Dilla di luar gedung.
Sudah berjam-jam mereka menunggu, namun sosok Dilla masih belum kelihatan.
Akhirnya Riza pun menyerah dan mengajak Niko untuk pulang.
Sampai akhirnya takdir mempertemukan mereka, saat Niko melajukan mobil ke luar dari kampus, tiba-tiba Riza melihat Dilla di seberang jalan sedang berdiri memegang botol minuman ditangannya.
Riza lalu menyuruh Niko menghentikan mobilnya.
Riza turun dari mobil, lalu mendekati Dilla perlahan.
Saat Dilla memalingkan wajahnya, ia terkejut melihat sosok Riza yang sedang berjalan ke arahnya.
“Itukan mas Riza. Sedang apa dia disini?”
“Mas Riza sedang apa disini?” Dilla bertanya sembari mengernyitkan dahinya.
“Ikutlah denganku sebentar, aku mau bicara,” jelas Riza sambil menatap Dilla
lembut.
Dilla bergidik melihat tatapan Riza seperti itu, tanpa banyak bertanya lagi Dilla pun menuruti ajakan Riza.
Dilla pun mengikuti Riza dari belakang kemudian masuk ke dalam mobil.
Saat melihat Dilla, Niko pun menyapanya,
“Hai Dilla. Kenalin, gue Niko temennya Riza," sapanya sembari tersenyum.
“Iya mas, perkenalkan saya Dilla, Syafadilla Aini.”
“Salam kenal ya!” Niko mengulurkan tangannya untuk berkenalan dan disambut uluran tangan dari Dilla.
“Kok gue nggak ngerasa ada yang aneh ya pas salaman sama nih cewek …,” batin Niko.
Niko yang sedang mengemudikan mobilnya kemudian bertanya kemana tujuan mereka, tanpa basa basi Riza menyuruh agar Niko berhenti di kafe terdekat.
Sedangkan Dilla yang mendengar obrolan Riza dan Niko hanya duduk manis dikursi belakang dengan seribu pertanyaan di kepalanya.
Akhirnya mereka sampai disebuah kafe bergaya vintage tak jauh dari kampus.
Setelah duduk, Riza pun langsung berbicara to the point kepada Dilla.
Dilla mendengarkan cerita Riza dengan seksama, sesekali Dilla mengernyitkan dahinya merasa ragu dengan apa yang dikatakan Riza.
“Mas tidak sedang membohongi saya kan?” tanya Dilla.
Riza menggeleng pelan.
“Terus maksud mas menceritakan hal ini semua sama saya untuk apa?”
Mendengar pertanyaan dari Dilla barusan, membuat Riza diam dan terlihat berpikir.
Dilla membatin, “Jangan-jangan dia hanya mau menipu aku karena dia tahu aku ini orang kampung, tapi apa untungnya bagi dia, toh aku tidak punya apapun.”
Melihat Riza yang terus diam dan tidak kunjung menjawab pertanyaannya, membuat Dilla menjadi kesal, kemudian Dilla pun berkata,
“Maaf mas, kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, saya pulang duluan, permisi.”
Baru selangkah Dilla berjalan, Riza akhirnya membuka suaranya
“Menikahlah denganku!” ucapnya seraya menatap ke arah Dilla dengan tatapan yang sulit diartikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
rikaA
ditunggu lanjutannya
2020-05-12
0
meilinatina
terima kasih sudah mampir kak...
maaf ya, karya aku masih banyak kekurangan...
ayo kita saling dukung sesama author...
oke, segera meluncur...
2020-04-29
5