"Menikahlah denganku." Ucapan Riza itu masih terus terngiang di telinga Dilla.
Flashback
Kafe
"Menikahlah denganku," ucap Riza singkat.
Perkataan Riza barusan sukses membuat kopi hangat yang sedang diseruput Niko menyembur dari mulutnya.
Sedangkan Dilla hanya diam mematung mendengar perkataan Riza barusan, seolah telinganya tuli.
"Menikahlah denganku." Riza kembali mengulangi kalimat itu.
Dilla terdiam sejenak kemudian ia pun terkekeh pelan mendengar perkataan Riza kali ini.
Sehingga membuat Riza dan Niko saling berpandangan.
"Aduh..mas..mas, menikah?, wong kita saja tidak saling mengenal bagaimana kita mau menikah?!" ucap Dilla masih tertawa.
"Kamu berhentilah menertawakanku, ini sama sekali tidak lucu." Riza terlihat serius.
Niko yang melihat perubahan ekspresi Riza, akhirnya membuka suara, "Begini Dilla, kali ini Riza serius. Loe kan udah denger semua penjelasan Riza barusan, semua yang dibilangnya itu serius dan nggak main-main," jelas Niko dengan tenang.
"Kalau memang seperti itu, kenapa harus menikah segala mas?" Dilla menatap Niko aneh.
Riza hanya diam mendengar perkataan Dilla sampai akhirnya ia berkata, "Jawablah. Iya atau tidak??"
Dilla menarik nafas panjang, "Mohon maaf sekali mas, jawaban saya tidak. Saya menolak permintaan mas itu karena jujur saya ingin fokus dulu terhadap kuliah saya, jadi untuk saat ini menikah bukanlah prioritas utama saya," sambung Dilla tegas.
"Ayo kita buat kesepakatan, kalau kamu mau menikah denganku, aku tidak akan melarangmu kuliah bahkan aku yang akan membiayai kuliahmu itu hingga kamu lulus." Riza memberikan penawaran.
Dilla diam sejenak, ia merasa tersinggung dengan perkataan Riza barusan.
Dilla menatap Riza tajam, "Maaf ya mas, dengan berat hati, saya juga menolak penawaran mas yang satu itu. Walaupun saat ini saya memang lagi butuh uang, tapi bagi saya menikah bukanlah jalan keluar untuk saya." Dilla sedikit kesal, ia pun akhirnya beranjak pergi dari kursinya.
Niko kemudian mencoba mengejar Dilla.
Sementara Riza hanya diam mematung di tempat duduknya menarik nafas panjang.
"Dilla tunggu!!!" teriak Niko.
Dilla membalikkan tubuhnya, "Maaf mas, sepertinya saya tidak bisa menerima permintaan mas Riza yang tidak masuk akal itu." Dilla terlihat kesal.
"Iya Dilla, gue ngerti. Tapi si Riza nggak punya pilihan lain, kariernya itu sekarang bergantung sama loe."
"Tapi mas, memilih jalan menikah bukanlah jalan keluar yang baik."
Niko pun menjelaskan kepada Dilla alasan sebenarnya kenapa Riza memilih jalan untuk menikahi Dilla. Ternyata Riza adalah tipe orang yang tidak nyaman jika harus menyentuh wanita sembarangan.
Oleh karena itu, Riza lebih memilih jalan menikahi Dilla secara sah karena menghargai Dilla sebagai wanita.
"Itulah alasan Riza kenapa dia tiba-tiba minta nikah sama loe. Gimana?, loe mau terima tawaran Riza?. Tolonglah bantu dia Dill, gue mohon, please!!" Niko memelas.
Dilla diam sejenak, tampak keraguan di matanya, "Untuk sekarang, saya bingung harus mengatakan apa. Saya butuh waktu untuk memikirkan hal ini baik-baik mas."
"Oke. Loe butuh waktu berapa lama?"
Dilla terlihat berpikir, "Beri saya waktu satu bulan."
"Apa?, satu bulan?, loe mau mikir atau mau semedi di gunung, kenapa lama bener sih Dilla?"
"Ya sudah, saya juga tidak memaksa mas." Dilla melangkahkan kakinya meninggalkan Niko.
"Oke..oke..., gue bakal ngomongin ini sama Riza tapi loe harus janji setelah satu bulan loe harus udah ada jawaban"
"Baik."
Niko meminta nomor ponsel Dilla namun Dilla mengatakan bahwa ia tidak memiliki ponsel.
Dengan bijak Niko pun meminta Dilla menuliskan alamat tempat tinggal Dilla saat ini, Dilla pun kemudian menuliskan alamat Laras.
Flashback End
Dilla yang sedang asik melamun pun dikejutkan oleh suara lembut Laras.
"Kamu ngapain diam disitu?"
"Eh...tidak ada mbak."
"Kamu memikirkan apa sih Dilla?, sampai melamun jauh seperti itu."
Dilla akhirnya bercerita kepada Laras, apa yang membebani pikirannya, Laras pun mendengarkan cerita Dilla dengan seksama.
"Jadi gitu mbak, aku bingung mbak, harus bagaimana," keluh Dilla kepada Laras.
"Begini saja, kamu shalat malam minta petunjuk dari Allah SWT. Pasti ada jawaban yang terbaik buat kamu, libatkanlah Allah dalam segala perkara sulitmu Dilla. Insya Allah semua akan baik-baik saja."
"Baik mbak, saya akan ikuti saran mbak. Terima kasih ya mbak atas sarannya." Dilla tersenyum lega.
-----------
Riza sedang duduk di depan televisi menonton acara kesukaannya namun ia dikejutkan dengan kedatangan teman usilnya, Niko.
Niko mendatangi Riza di rumahnya, untuk menanyakan bagaimana keadaan Riza beberapa hari terakhir.
Niko sangat mengkhawatirkan Riza karena sejak kejadian di kafe tempo hari, Riza jarang terlihat di kantor penerbit buku.
Riza pun menjawab kalau dia baik-baik saja, lalu ia menyuruh Niko agar pulang saja ke rumah dan jangan sok perhatian kepadanya.
Namun, sebenarnya di dalam hati, Riza merasa sangat kecewa atas sikap Dilla tempo hari, ia merasa bahwa alasan Dilla menolak permintaannya untuk menikah pasti karena Dilla merasa Riza adalah lelaki yang aneh sehingga tidak layak menjadi suami Dilla.
Hal itu sangat melukai hati Riza.
Niko mencoba meyakinkan Riza bahwa setelah genap sebulan nanti, Dilla pasti akan menyetujui lamaran pernikahan yang diajukan Riza.
Mendengar hal itu, Riza hanya mendesah pelan.
-------------
Tanpa terasa satu bulan pun telah berlalu, Riza terlihat sangat cemas namun ia masih menutupinya dengan bersikap tenang dan santai.
Saat ini Riza dan Niko telah berada di rumah Laras untuk menemui Dilla, menagih jawaban Dilla.
Laras menyambut mereka dengan baik dan ramah.
Tak berselang lama, Dilla pun akhirnya keluar dari kamarnya.
Flashback
Selama sebulan Dilla selalu memohon petunjuk dari Allah SWT dalam setiap shalat malamnya.
Dilla menjalani kehidupan kampusnya dengan bahagia.
Di kampus barunya ia memiliki seorang teman baru yang bernama Kiki, Kiki adalah seorang gadis yang berasal dari kota Lampung.
Mereka mengambil jurusan yang sama di kampus.
Dilla menjalankan kuliah sembari membantu Laras berjualan di warung.
Dilla terkenal sebagai seorang mahasiswi yang cerdas di kelasnya.
Hampir setiap hari Dilla berjibaku dengan tugas-tugas kuliah yang sangat banyak sehingga terkadang membuatnya merasa kewalahan.
Suatu hari, Dilla melihat temannya Kiki tengah membawa sebuah novel.
Karena penasaran Dilla pun bertanya,
"Kamu suka baca novel, Ki?" tanya Dilla penasaran.
"Oh, iya.... Suka banget, kamu?" Kiki bertanya kembali.
Dilla menggelengkan kepalanya pelan, karena ia memang tidak suka membaca novel.
Dilla lebih menyukai bacaan berupa buku-buku ilmu pengetahuan.
Tanpa sengaja Dilla melihat sampul novel yang sedang dibawa oleh Kiki tersebut bertuliskan nama orang yang tidak asing baginya, 'Riza Rifky'.
"Kamu tahu tentang penulis novel itu?" tanya Dilla selidik.
"Tahu dong, aku itu ngefans banget sama dia, dia itu penulis novel terkenal, berbakat, udah gitu ganteng lagi. ha..ha..ha.."
"Oh. Terus?" Dilla semakin penasaran.
"Tapi anehnya belakangan ini dia itu nggak pernah merilis novel lagi Dill, nggak tahu kenapa. Kabarnya lagi, karena hal itu dia terancam bakalan putus kontrak sama kantornya soalnya dia udah lama banget nggak pernah ngerilis satu novel pun. Padahal karya novelnya bagus-bagus lho." Kiki menjelaskan panjang lebar.
Dilla membatin, "Kasihan mas Riza, kalau aku menolak permintaan dia tempo hari. Bagaimana nasibnya kelak?, aku tidak bisa egois dan membiarkan dia gagal dalam kariernya, mengingat dia sudah begitu baik mau menolong aku sewaktu kecelakaan dulu. Tapi kalau aku menerima pernikahan itu, bagaimana dengan nasibku selanjutnya. Aku takut kalau dia bukan orang yang baik. Ya Allah, aku harus bagaimana"
Flashback End
Sesaat setelah Dilla keluar kamar, Riza dan Niko pun secara bersamaan menoleh ke arah Dilla, mereka tidak sabar ingin mendengar kalimat apa yang akan keluar dari mulut Dilla hari ini.
Dilla terlihat telah memiliki keputusan yang bulat, ia tampak tidak ragu sedikitpun.
Dilla pun membuka suaranya,
"Mas Riza. Sa-sa-saya menerima lamaran mas Riza," jawab Dilla sembari menundukkan kepalanya tanpa menatap Riza.
Akhirnya Dilla memilih menikah dengan Riza, ia melakukan itu karena ia merasa berhutang nyawa kepada Riza yang telah menyelamatkannya sewaktu kecelakaan dulu.
Tanpa Dilla ketahui bahwa sebenarnya Riza lah yang telah menabraknya waktu itu.
Mendengar perkataan Dilla barusan membuat Riza, Niko dan Laras tersenyum lega.
Tiba-tiba Niko berbisik pelan ke telinga Riza, "Selamat bro, setidaknya loe nggak jadi di pecat sama si Irfan semprul itu. Ha..ha..ha." Niko terkekeh pelan.
Sementara Riza hanya menatap tajam ke arah Niko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Anonymous
cerita yg bagus ....
2020-10-21
0
Penggemar
bagus.....saya suka
2020-09-01
0
ŔÒŚŚÀ ĆHÀÑ
aaaa lampung kota kelahiran saya tor 🥰😍😄
2020-05-13
0