*©®*
Anna tiba dibandara Soetta pagi ini. Ia memiliki waktu libur satu minggu sebelum kembali terbang ke
Jepang untuk turnamen selanjutnya. Libur satu minggu mungkin akan mengembalikan energinya.
Yah, Anna akan berkeliling dibeberapa negara yang mengadakan turnamen badminton. Ia hanya mendapat jatah
libur 4 kali dalam setahun diluar jadwal kosong turnamen. 1 minggu per 1 kali jatah liburnya.
Berbicara tentang pekerjaannya apakah dia sering merasa kesulitan? Tentu saja, karena dinegara tertentu masih banyak orang memandang aneh jilbabnya. Tak jarang ia harus memakai jaket yang bisa menutup kepalanya. Menyembunyikan jilbabnya.
Lalu kenapa Anna yang selalu ditugaskan untuk terbang mendampingi Ryan di setiap turnamen penting di luar negri? Karena Anna adalah pekerja yang cerdas. Dia akan mempelajari dulu tipe pemain yang akan dipotretnya.
Anna mampu dan tidak banyak mengeluh. Selalu mengerjakan hal yang bermanfaat. Tetap bekerja menyiapkan semacam cadangan walau dia sedang tak bertugas.
Dan jangan lupakan hasil potret dan tulisannya. Itu poin lebih bagi seorang Anna. Bisa dibilang bakat alami yang dimilikinya. Bahkan tak jarang Anna mendapat tawaran lebih dari perusahaan lain karena ciri khas yang ia miliki, namun Anna sudah cukup nyaman berada di I-Sport.
“Aku pulang duluan. Sampai jumpa satu minggu lagi Anna.”
Ryan melambaikan tangannya dan berlari menuju motor yang memang diparkirkannya di bandara. Anna menatap kepergian Ryan dengan senang dan senyum sumringah, Akhirnya aku bebas darinya ya Allah.
“Tapi aku akan pulang kemana?”
Senyum yang mengembang diwajah Anna seketika menghilang. Ia memang mempunyai rumah untuk pulang. Tapi sungguh dia lebih memilih untuk tidur di tempat sempit asal tidak pulang kerumah itu.
“Apa kau dirumah?”
“Aku sedang ada tugas di Lembang Anna, kenapa?”
“Ah tidak, aku hanya merindukanmu. Ya sudah aku tutup ya.”
Anna menutup telfon itu. menghela nafasnya dengan berat. Tidak ada pilihan lain. Suka tidak suka, kuat tidak kuat dia harus pulang kerumah neneknya.
Kenapa Anna tidak pulang kerumah orang tuanya? Karena itu tidak mungkin, orang tua Anna menetap dipulau Kalimantan. Tepatnya di kota Banjarmasin.
“Assalamualaikum..”
Hening. Tak ada satupun jawaban yang diterima Anna, sudah biasa. Orang rumahnya memang akan sibuk dengan urusannya masing-masing. Keadaan rumah yang ramai itu akan terasa sepi dan memang Anna tidak berniat untuk meramaikan suasananya, selain karena lelah.. ia juga tidak berniat untuk berbasa basi apalagi dengan kakak sepupunya.
Anna melangkahkan kakinya masuk. Naik keatas atap rumah yang sudah disulapnya menjadi sebuah kamar kecil melalui gaji yang diterimanya. Membaringkan tubuhnya dikasur nyaman miliknya. Anna sangat lelah hari ini.
“Anna, tolong belikan bahan makanan disupermarket depan. Lalu jangan lupa bersihkan dapur” teriak sepupu yang sangat tak ingin ia jumpai saat ini, entah apa yang ada difikiran sepupunya menyuruhnya langsung pergi setelah sampai rumah. Ia bahkan baru merebahkan badannya dikasur selama kurang dari 20 menit.
Nenek sihir! Bathin Anna. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. Anna beristighfar. Astagfirullahhaladzim. Memohon ampun atas umpatan yang dikeluarkannya hari ini.
Ia mengambil jilbab sorongnya dilemari. Memakainya dan langsung menuruti apa yang disuruh sepupunya itu. Dia berbelanja kesupermarket sesampainya disana ia mengambil beberapa kebutuhan dapur seperti minyak, beras, beberapa buah kecap sambal, bumbu dan juga beberapa frozen food. yah, Sepupu paling kecilnya sangat suka nugget juga keponakan yang sering main kerumah. Selesai memilih ia membawa belanjaan kekasir dan
membayarnya.
Ya, Anna membayar pakai uang pribadinya karena ia cukup tau diri setelah menumpang dirumah tante walaupun ia tau itu juga rumah neneknya. Ia hanya malas mendengar ocehan nenek sihir a.ka sepupunya jikalau ia melakukan perhitungan. Selesai belanja, iapun bergegas pulang dan menyusun belanjaannya kekulkas.
“Bawa apa dari Denmark An?”
“Bawa kamera, monopod, lens cap, jurnal, laptop.”
“Bukan itu Anna.”
“Lalu?”
“Menyebalkan, buang buang waktu saja berbicara denganmu!”
“Anna tidak mengajak kakak bicara kan?”
Reina. Sepupu Anna menatapnya kesal. Ia menghentakkan kakinya meninggalkan Anna yang mengerjakan tugas yang diberikannya tadi.
Anna sudah memprediksi bahwa sepupunya akan masuk kekamar orang tuanya dan mengatakan berbagai macam hal yang menjatuhkan dirinya.
“Hidupku lebih menderita dari anak tiri hiks. I need you boy wae honja saranghago honjaseoman ibyeolhae.” lirih Anna menyanyikan lagu favoritnya dari salah satu album BTS.
Seperti biasa. Disaat suntuknya Anna akan berteriak, memasang headset ditelinganya. Menghiraukan ucapan-ucapan yang mungkin akan menyakiti hati dan jiwanya. Hal ini ia lakukan sembari menyelesaikan menyusun belanjaan yang dibelinya sekaligus membersihkan dapur dirumah.
*©®*
Sementara itu di Pelatnas Korea, Joon kembali berlatih. Kali ini jam latihannya ditambah sampai malam. Karena Joon ditargekan untuk meraih setidaknya dua gelar di tourAsia timur kali ini.
Yah, target itu diberikan agar poin Joon dan Sang Woo terus bertambah sehingga menaikkan ranking mereka hingga menembus 10 besar dunia. Mereka sama sama pemain hebat yang bisa dipasangkan dengan siapapun. Coach Kim sangat yakin dengan masa depan ganda barunya ini.
Joon mengambil posisi disebelah Sang Woo yang sedang diberi bola tinggi oleh coach Kim. Mereka melakukan latihan kecepatan smash Sang Woo.
Joon menatap malas pelatih didepannya.
“Apa tidak bisa kau digantikan coach Kim?”
“Terima saja ini Joon.”
“Baiklah kalau begitu.”
Joon menerima setiap cock yang dilempar kearahnya, memukul cock itu dengan teknik ajaib yang dia miliki. Dia mengarahkan pukulan cock nya sejauh mungkin, berusaha membuat sang pelatih kesusahan saat mengumpulkannya.
Ia akan membuktikan kepada coach yang ada didepannya ini bahwa dia adalah Min Joon. Atlit badminton korea yang tidak bisa diremehkan siapapun. Sesi latihan berakhir tepat pukul 21.00 waktu KST. Joon menenggak air mineral dari botolnya dan bersiap untuk pergi. Sang Woo yang melihat Joon dengan cepat menghampirinya.
“Hyung! eodigayo? Kau tidak kembali ke asrama lagi?”
“Kembalilah duluan. Aku akan menyusul nanti.”
“Nde hyung.”
Sang Woo mengangguk paham. Dia sudah mengenal Joon sejak pertama kali bergabung di pelatnas Korea. Dan ia sudah mengagumi Joon sejak pertama kali melihat lelaki itu bermain. Sang Woo mengidolakannya, dia bangga menjadi partner Joon saat ini.
Sang Woo berlalu meninggalkan Joon yang masih mengemasi peralatan bulutangkisnya. Latihan yang dilakukan Joon hari ini cukup menguras energinya. Juga menguras emosinya. Sudah dibilang bukan bahwa apapun yang berhubungan dengan olahraga ini akan membuat moodnya berubah buruk.
*©®*
“Kau tidak ingin minum hyung?”
Beom Soo menawarkan segelas kecil soju kepada Joon. Namun pria itu menolaknya. Ia mengambil sebotol air mineral dan menenggaknya. Sesekali ia akan memakan daging yang mereka panggang.
“Apa kau tidak bosan? Saat latihan kau minum air mineral. Di luar negri saat kau bertanding kau juga minum air mineral. Minumlah soju sesekali.”
“Neo micheosseo, Aku tidak mungkin mabuk atau aku akan didepak dari Timnas besok pagi.”
“Kau mulai mengkhawatirkan soal itu hyung?”
“Tentu saja. Kau fikir aku rela membuang buang waktu berhargaku di olahraga itu tapi tidak mendapatkan apapun? Tentu saja tidak. Aku akan berjuang keras membuktikan siapa aku. Aku tidak akan mengecewakan eommaku, meski aku membenci keputusannya ini.”
Beom Soo tersenyum. Pria itu menatap Joon penuh selidik. Ia mengenal siapa Joon sebenarnya. Ia tau siapa lelaki itu. Dan ia juga yakin bukan hanya eomma yang menjadi tujuannya kali ini.
Entah kenapa Beom Soo merasa bahwa Joon menambah satu lagi alasannya untuk menjadi yang terbaik. Tapi Beom Soo tidak tau apa itu. Dia berjanji akan mencari taunya nanti. Dia berjanji akan mencari taunya nanti. Karena ia mulai merasa senang Joon mulai terobsesi pada olahraga yang ia tekuni, karena itu artinya ia tidak sia-sia dalam mengorbankan mimpinya mengikuti keputusan eommanya. Ia akan berterimakasih pada alasan baru Joon kali ini.
“Kau membuatku terharu hyung! baiklah, kau ingin kuantar keasrama?”
“Tidak. aku akan keapartemenku saja, kaja Beom Soo-ah” Beom Soo mengangguk dan mengantar Joon pulang keapartemennya.
Joon sampai diapartemennya. Ia menghidupkan lampu apartemen itu. Menatap sekeliling apartemennya yang sangat berantakan. Untung saja Beom Soo langsung pulang. Bukannya Joon segan kepada Beom Soo akan keadaan apartemennya saat ini. Ia hanya tidak ingin Beom Soo menawarkan diri untuk membersihkan apartemennya. Karena Joon tau akhirnya.
Apartemennya tidak akan bersih, melainkan semakin hancur berantakan. Beom Soo akan menghancurkan apa saja yang dipegangnya. Joon sungguh tidak ingin mengambil resiko itu. Karena dia benar benar lelah saat ini. Joon memutuskan untuk membereskan apartemen itu sebentar. Setelah itu ia masuk kedalam kamarnya. Merebahkan tubuhnya yang lelah.
“Aigoo, aku lelah sekali.”
Seketika ingatannya melayang pada pertemuannya dengan seorang fotografer wanita di Denmark waktu itu. Dengan beraninya wanita mengeluarkan kata menantang kepadanya.
Wanita unik yang berhasil membuatnya mengeluarkan kata kata terpanjang dipertemuan pertama mereka. Wanita menyebalkan yang membuatnya semangat untuk menunjukkan sesuatu. Menunjukkan siapa itu Min Joon. Wanita yang tanpa sadar menjadi salah satu alasan Joon berlatih semaksimal mungkin untuk menjuarai turnamen Jepang Open mendatang.
“Aku akan membuatmu menarik lagi ucapanmu, Caltha-si.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Hearty💕💕
Jadi memotivasi yaa
2022-04-18
0
catdoll_11
aku baca ini sambil dengerin 'Mic Drop' nya Bts..
2022-04-17
0